Search

UNIVERSITAS GADJAH MADA FACULTY OF MATHEMATICS AND NATURAL SCIENCES 

Search
Search

SDG 5: Kesetaraan Gender

Menujur Puncak Dies Natalies ke-69, FMIPA UGM Gelar Malem Kangen Temu Alumni

FMIPA UGM menyelenggarakan Malem Kangen FMIPA UGM 2024 sekaligus Temu Alumni yang merupakan salah satu rangkaian acara dari dies natalis ke-69 pada Sabtu, 14 September 2024 di Ruang Auditorium FMIPA UGM. Kegiatan ini bertujuan dalam mempertemukan alumni FMIPA UGM serta mempererat silahturahmi antar alumni dalam balutan acara yang membawa kenangan mereka kembali saat menempuh studi di FMIPA UGM.

Beragam suguhan acara dan hiburan disajikan mulai pukul 6 petang hingga menjelang tengah malam. Berbagai alumni dari berbagai tahun turut hadir baik sebagai tamu atau pengisi acara. Para hadirin akan disambut oleh iringan musik gamelan gaya Yogyakarta saat memasukki ruangan acara serta beragam kuliner jadul seperti bakmi jawa, gulali, dan harum manis. Kemudian, acara dibuka oleh beberapa pihak seperti Ketua BEM FMIPA, Ketua Alumni FMIPA (KAMIPAGAMA), dan Dekan FMIPA UGM, Prof. Dr. Eng. Kuwat Triyana, M.Si.

“Jauh-jauh dari seluruh Indonesia, ada yang dari Jakarta dan Nusa Tenggara. Kita bangga atas kehadiran Bapak dan Ibu senior yang telah hadir malam ini. FMIPA saat ini sudah berbenah dan menjadi fakultas yang dikenal dengan publikasi tertinggi di antara fakultas lain,” papar Prof. Kuwat.

Sejalan dengan tema dies natalis yang diangkat pada tahun ini yaitu Inovasi untuk Hilirisasi: Mewujudkan Kemandirian Bangsa melalui Sains dan Teknologi, Prof Kuwat turut menuturkan bahwa FMIPA saat ini telah membangun speed up company sebagai inkubator dan akselerator yang harapannya akan melahirkan berbagai start up ke depannya.

Kemudian, acara dilanjutkan dengan beragam pertunjukkan seperti tarian kreasi dan band oleh mahasiswa dan alumni, pembagian doorprize, kuis, paduan suara, penghargaan mahasiswa berprestasi, inspirational talk alumni, dan

kethoprak. Salah satu acara yang cukup memantik kemeriahan acara adalah kethoprak atau drama dengan bahasa Jawa dengan judul Suminten Bukan Siti Nurbaya. Cerita drama tersebut menceritakan tentang Suminten (Bella, mahasiswa Matematika FMIPA) yang akan dijodohkan dengan sosok lelaki tua beristri 4 Den Mono (Prof. Harno, dosen FMIPA UGM). Namun, Suminten telah memiliki seorang kekasih dan ingin melanjutkan studi S2 di FMIPA terlebih dahulu. Hal ini, sempat ditentang oleh ayah Suminten (Prof. Kuwat, Dekan FMIPA UGM) yang akhirnya luluh setelah mengetahui maksud dari anak gadisnya tersebut.

Selain suguhan kethoprak, hal menarik lainnya yang tak kalah Istimewa adalah ketika cerita kethoprak usai, seluruh hadirin beramai-ramai menyalakan lampu senter hape dan menyanyikan lagu ulang tahun untuk Prof. Kuwat, Dekan FMIPA UGM yang saat itu juga bertepatan dengan hari ulang tahunnya.

Malem Kangen dan Temu Alumni yang diselenggarakan oleh FMIPA UGM menjadi cerminan dari SDGs nomor 4 yaitu Pendidikan Berkualitas dan nomor 11 yaitu Kota dan Pemukiman yang Berkelanjutan melalui peningkatan keterampilan mahasiswa, dosen, dan pegawai FMIPA untuk berkolaborasi menyajikan pertunjukkan budaya. Pertunjukkan drama yang disajikan juga menyampaikan pesan mengenai hak perempuan untuk mendapatkan pendidikan setinggi-tingginya khususnya di bidang sains. Kemudian, acara ini menjadi implementasi dari SDGs nomor 9 yaitu Industri, Inovasi, dan Infrastruktur serta nomor 17 yaitu Kemitraan untuk Mencapai Tujuan melalui perluasan kerja sama di bidang inovasi dan industri antara FMIPA UGM dengan alumni dan mitra.

Penulis: Febriska Noor Fitriana
Dokumentasi: Tim Media FMIPA UGM

Read More

Aksi Sosial Darma Wanita MIPA melalui Donor Darah Bersama Rumah Sakit Sardjito

Setiap tahunnya Dharma Wanita Fakultas MIPA UGM bersama Rumah Sakit Sardjito dan komunitas lainnya seperti PMI rutin menggelar kegiatan donor darah. Kegiatan ini telah berlangsung sejak tahun lalu, dengan rentang 2 kali dalam setahun, yaitu di bulan Februari dan selama perayaan Dies Natalis fakultas.

“Sejarah partisipasi Dharma Wanita dalam kegiatan donor darah bermula dari inisiatif pengurus yang sudah aktif mendonorkan darah sejak masa kuliah. Akibat rasa empati terhadap orang lain mendorong kami untuk berbagi melalui donor darah,” papar koordinator donor darah Dharma Wanita MIPA tahun ini.

Tidak hanya donor darah, Dharma Wanita juga memiliki program sosial lainnya. Program di bidang Sosial Budaya (Sosbud) mencakup bazar sembako murah yang diselenggarakan setiap bulan Ramadan. Kegiatan tersebut bertujuan membantu pegawai MIPA, termasuk cleaning service dan satpam dengan harga terjangkau. Dana untuk kegiatan ini sepenuhnya berasal dari kas Dharma Wanita yang dikelola dari hasil kantin fakultas.

“Hasil donor darah dari kegiatan ini akan disalurkan ke Rumah Sakit Sardjito yang nantinya akan mendistribusikannya kepada pasien yang membutuhkan. Bulan ini sebanyak 40 peserta berhasil berpartisipasi sementara Februari lalu mencapai 67 orang,” papar koordinator donor darah Dharma Wanita tahun ini.

Adapun persyaratan dasar untuk mengikuti donor darah ini meliputi berat badan minimal 50 kg, kadar Hb minimal 12,4, serta tensi yang stabil. Screening dilakukan oleh tim medis dari Sardjito dengan menggunakan peralatan lengkap termasuk timbangan untuk memastikan semua peserta memenuhi kriteria.

Koordinator pelaksana kegiatan ini berharap bahwa para peserta dapat mempersiapkan diri dengan baik dan memenuhi persyaratan screening awal. Kegiatan ini turut mengimplementasikan SDGs poin 3 yaitu kehidupan sehat dan sejahtera dan SDGs poin 5 yaitu standar dasar kehidupan dengan berempati terhadap orang lain.

Penulis: Ratih Cintia Sari
Dokumentasi: Ratih Cintia Sari
Editor: Febriska Noor Fitriana

Read More

Hari Solidaritas Jilbab Internasional, Mahasiswi FMIPA UGM Berbagi Cerita Menarik Tentang Berjilbab

Dalam rangka memperingati momen Solidaritas Jilbab Internasional, sejumlah mahasiswi FMIPA UGM turut membagikan cerita dan pengalaman mereka dalam menggunakan jilbab serta pandangan mereka mengenai jilbab. Hal ini disampaikan oleh Ainun, Nabila, dan Meila yang menceritakan mulai dari makna, model jilbab kesukaan, tantangan, dan harapan.

https://www.instagram.com/p/C_fGPdlyRUf/

Pada topik pertama, makna jilbab menurut Ainun adalah identitas sebagai Muslimah sedangkan menurut Nabila jilbab adalah untuk untuk menutup aurat terutama di bagian dada dan kepala dan menurut Meila hijab dimaknai sebagai pelindung dan penjaga diri sebagai seorang Muslimah.

“Aku pake bahan scuba atau pashima atau bahan kaos juga,” papar Nabila

“Aku pakenya model ini yang modelnya bisa ke kanan dan ke kiri intinya bisa menutup dada,” papar Meila.

Selanjutnya, mereka menceritakan mengenai warna kesukaan mereka yang didominasi warna hitam karena adanya anggapan warna yang cukup mudah dipadu-padankan dengan pakaian mereka terutama untuk kuliah.

“Warnaku mungkin jadi warna favorit orang kali ya, Aku sukanya item atau abu-abu,” papar Ainun.

Hal tersebut turut diamini oleh Nabila dan Melia dengan preferensi warna terang lainnya.

“Aku sih sama hitam, tapi Aku sama krem karena menurutku kedua warna tersebut masuk ke semua warna baju yang sering aku pake,” tutur Nabila.

“Aku juga sama warna hitam sama dusty pink karena warnanya lebih cerah dan lucu aja kalau dipake,” ujar Meila.

Selain itu, ketiga mahasiswa tersebut turut membagikan mengenai tantangan yang dialami sebagai seseorang yang menggunakan jilbab.

“Mungkin kalau aku angin kali ya. Kalau naik motor hijab tuh rawan banget terbang gitu. Jadi, rawan banget auratnya kelihatan,” papar Ainun.

“Kalau aku mungkin kalau pas wudhu kan ya kena air jadi agak basah,” kata Meilia.

Dalam menutup cerita, mereka turut menyampaikan harapan dan pesan kepada teman-teman yang sedang berusaha untuk menggunakan jilbab.

“Tetap istiqomah aja insha Allah jadi lebih baik,” kata Ainun.

“Lebih percaya diri aja karena itu versi diri kamu yang lebih baik,” kata Nabila.

“Semoga teman-teman tetap dalam lindungan Allah,” kata Meila.

Cerita pengalaman dan pandangan ketiga mahasiswa FMIPA UGM tersebut menjadi implementasi dari SDGs nomor 5 yaitu Kesetaraan Gender dan nomor 16 yaitu Perdamaian, Keadilan, dan Kelembagaan yang Tangguh dalam hak asasi manusia khususnya perempuan dalam identitas gender menggunakan hijab.

Penulis: Febriska Noor Fitriana
Gambar: Anugrah Yuwanda Atmaja

Read More

Mahasiswa Baru FMIPA UGM Sabet Juara Miss Bantul 2024

Kabar gembira menyelimuti Najwa Fitria Sugiarto, mahasiswa baru FMIPA UGM program studi Statistika 2024. Sosok belia yang sejak bangku sekolah memanen juara di bidang olimpiade dan panggung hiburan tersebut mampu mengoptimalkan prestasinya di tengah kesibukan kegiatan Pionir Pascal yang merupakan agenda wajib bagi mahasiswa baru.

“Alhamdulillah, saya berhasil meraih sebagai Juara 1 Miss Bantul 2024 dan 2 kategori lain yaitu Miss Bantul Pendidikan dan Miss Bantul Kewirausahaan 2024,” papar Najwa.

Puncak acara dari ajang Miss Bantul ini dilaksanakan pada 3 Agustus di Pendopo Parasamiya Bantul. Dari 24 finalis yang terseleksi, Najwa mampu meraih juara pertama dengan 2 kategori yang juga diraihnya. Proses yang dilewati Najwa cukup panjang yaitu mulai dari 27 Mei hingga 3 Agustus 2024. Rangkaian acara yang dilalui terdiri atas pelatihan, kegiatan sosial, dan pameran budaya.

Kegiatan pelatihan meliputi materi keorganisasian, kelas motivasi, kelas wicara publik, modelling, pemotretan, dan beragam pembekalan lainnya dari Pemerintah Kabupaten Bantul. Pada kegiatan sosial, para finalis terlibat pada kegiatan bakti sosial dan kampanye lingkungan. Selanjutnya, pada pameran budaya, para peserta diajak memperkenalkan kekayaan dan potensi lokal kepada masyarakat.

“Saya sangat bersyukur dan terhormat bisa terpilih sebagai Miss Bantul 2024. Pengalaman ini sangat berarti bagi saya, bukan hanya sebagai perjalanan pribadi, tetapi juga sebagai kesempatan untuk berkontribusi bagi masyarakat dan memperkenalkan kekayaan ekonomi, UMKM, dan budaya Bantul. Selama proses seleksi, saya belajar banyak dari teman-teman peserta, panitia, dan juri. Atmosfer yang penuh semangat dan persahabatan membuat saya merasa lebih percaya diri dan termotivasi untuk memberikan yang terbaik,” papar Najwa.

Najwa juga berharap melalui ajang ini dapat menginspirasi lebih banyak perempuan untuk percaya diri dan berani mengejar Impian mereka. Sebagai pemenang, dirinya ingin memanfaatkan gelar tersebut untuk melakukan lebih banyak kegiatan sosial dan menjangkau masyarakat, khususnya dalam bidang pendidikan dan lingkungan.

Prestasi dan kontribusi Najwa di bidang pendidikan, sosial, dan budaya tersebut merupakan cerminan dari SDGs nomor 4 yaitu Pendidikan Berkualitas melalui peningkatan kompetensi keterampilan yang dilakukan melalui ajang Miss Bantul 2024, nomor 5 yaitu Kesetaraan Gender melalui pemberdayaan perempuan di kawasan Bantul, serta nomor 14 dan 15 yaitu Ekosistem Lautan dan Ekosistem Daratan melalui kampanye sadar lingkungan yang dilakukan.

Penulis: Febriska Noor Fitriana
Foto: Najwa Fitria Sugiarto

Read More

Intip Busana Kebaya Para Wisudawati Pasca Sarjana 2023/2024 di Hari Kebaya Nasional

Bertepatan dengan Hari Kebaya Nasional yang jatuh pada tanggal 24 Juli 2024, FMIPA UGM menyelenggarakan perayaan hari wisuda bagi pasca sarjana 2023/2024. Para wisudawati nampak menggunakan berbagai model kebaya di hari besar mereka. Meskipun tertutup dengan jubah hitam dan berbagai pernak-pernik wisuda, warna-warni kebaya dan kain batik melenggang indah di lingkungan FMIPA UGM pada hari itu.

Model kebaya yang digunakan oleh para wisudawati cukup bervariasi mulai dari kebaya modern, kebaya bali, hingga model kebaya yang cukup populer hingga menempati nomor satu adalah kebaya kutu baru.  Para wisudawati menjelaskan bahwa persiapan keseluruhan tampilan untuk wisuda telah dipersiapkan pada hari-hari sebelumnya termasuk untuk rancangan kebaya yang akan dipakai. Beberapa dari mereka memilih untuk menyewa kebaya namun tidak sedikit pula yang menjahitkan dan memilih sendiri bahan kebaya yang akan dikenakan.

“Kalau melihat orang pakai kebaya itu terasa lebih anggun dan cantik, makanya bangga banget nih bisa pake kebaya pas wisuda,” papar Diza, salah satu wisudawati magister Kimia.

Sebagai salah satu identitas budaya Bangsa Indonesia, kita patut berbangga hati dan terus menjunjung popularitas kebaya, tidak hanya pada hari-hari besar saja namun juga dalam padu padan berbusana sehari-hari.

Kebaya yang dikenakan oleh para wisudawati ini tidak hanya menunjukkan keanggunan dan kecantikan, tetapi juga mencerminkan komitmen terhadap tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs) khususnya SDG 4 tentang pendidikan berkualitas dan SDG 5 tentang kesetaraan gender. Dengan mengenakan kebaya, para wisudawati tidak hanya merayakan kelulusan mereka tetapi juga mengangkat nilai-nilai budaya Indonesia, memberikan contoh bahwa tradisi dan modernitas bisa berjalan beriringan. Inisiatif ini juga mendukung pemberdayaan perempuan, memperlihatkan bahwa wanita Indonesia dapat tampil percaya diri dan bangga dengan identitas budaya mereka dalam berbagai kesempatan, termasuk dalam dunia akademik.

Penulis: Chairunnisa Anggun Setiono
Dokumentasi: Irchash Azkia M.
Editor: Febriska Noor Fitriana

Read More

Kisah Kharisma Mahasiswa FMIPA UGM, Anak ART yang Pantang Menyerah dalam Menggapai Impian

Tidak jarang keterbatasan ekonomi menjadi kendala tersendiri dalam menempuh pendidikan. Namun, hal itu tidak berlaku bagi Kharisma Jayanti Putri, mahasiswa baru Program Studi S1 Kimia UGM, yang pantang menyerah dalam menggapai impian.

“Saya tidak mau membebani Ibu saya,” ungkap Kharisma, anak bungsu dari pasangan alm. Jaswadi dan Asyati (50).

Dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari, Kharisma, sang ibu, dan sang kakak, menggantungkan harapan pada pekerjaan ibunya sebagai asisten rumah tangga. Pendapatan per bulan yang hanya berkisar di angka Rp900.000,00 harus diatur sedemikian rupa agar dapat memenuhi kebutuhan keluarga selama sebulan.

Namun, Kharisma tidak serta-merta berpasrah pada keadaan yang ada. Ia sadar bahwa ia harus berjuang lebih. Oleh karena itu, sejak kelas 12, Kharisma sudah mulai mencari berbagai informasi beasiswa untuk berkuliah. Apabila Kharisma memenuhi persyaratan suatu beasiswa, maka ia akan mencoba untuk mendaftar. Hingga saat ini, ia masih berjuang dengan mendaftar berbagai beasiswa, baik beasiswa biaya pendidikan, beasiswa uang saku, maupun beasiswa tempat tinggal. Ia sangat berharap dapat lolos beasiswa agar kebutuhannya selama berkuliah dapat terpenuhi tanpa harus membebani ibunya.

Selama duduk di bangku SMA, Kharisma merupakan pribadi yang aktif dan gemar berorganisasi. Ia pernah menjabat sebagai Ketua Palang Merah Remaja (PMR) SMA Negeri 2 Pati, Bendahara Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) SMA Negeri 2 Pati, Sekretaris Forum Remaja Palang Merah Indonesia Kabupaten Pati, dan Koordinator Divisi Kewirausahaan dan Ekonomi Kreatif Forum OSIS Kabupaten Pati.

Kharisma juga mengungkapkan bahwa ia ingin melanjutkan kiprahnya di dunia organisasi selama berkuliah nanti dengan tetap memperhatikan indeks prestasinya agar tidak memengaruhi beasiswa. Selain perencanaan selama berkuliah, Kharisma juga mengaku sudah memiliki perencanaan setelah lulus dari Kimia UGM. Ia memaparkan bahwa ia ingin menjadi analis laboratorium.

Kisah perjuangan Kharisma menunjukkan bahwa kesempatan untuk menempuh pendidikan masih terbuka lebar bagi siapapun asalkan mau berusaha dan tidak patah semangat dengan kendala yang ditemui. Hal ini menunjukkan wujud nyata dari SDGs poin 10, yaitu Berkurangnya Kesenjangan karena dapat dilihat bahwa faktor sosial ekonomi tidak memengaruhi kesempatan dalam meraih pendidikan. Selain itu, kisah Kharisma juga menunjukkan implementasi dari SDGs poin 5, yaitu Kesetaraan Gender karena didapatnya kesetaraan akses dan kesetaraan kesempatan tanpa memandang gender. Harapannya, kisah Kharisma mampu memotivasi banyak orang untuk terus memperjuangkan mimpinya tanpa takut dengan kendala yang dimiliki.

Penulis: Azzah Nurfatin
Foto: Kharisma Jayanti Putri
Editor: Febriska Noor Fitriana

Read More

Menujur Puncak Dies Natalies ke-69, FMIPA UGM Gelar Malem Kangen Temu Alumni

FMIPA UGM menyelenggarakan Malem Kangen FMIPA UGM 2024 sekaligus Temu Alumni yang merupakan salah satu rangkaian acara dari dies natalis ke-69 pada Sabtu, 14 September 2024 di Ruang Auditorium FMIPA UGM. Kegiatan ini bertujuan dalam mempertemukan alumni FMIPA UGM serta mempererat silahturahmi antar alumni dalam balutan acara yang membawa kenangan mereka kembali saat menempuh studi di FMIPA UGM.

Beragam suguhan acara dan hiburan disajikan mulai pukul 6 petang hingga menjelang tengah malam. Berbagai alumni dari berbagai tahun turut hadir baik sebagai tamu atau pengisi acara. Para hadirin akan disambut oleh iringan musik gamelan gaya Yogyakarta saat memasukki ruangan acara serta beragam kuliner jadul seperti bakmi jawa, gulali, dan harum manis. Kemudian, acara dibuka oleh beberapa pihak seperti Ketua BEM FMIPA, Ketua Alumni FMIPA (KAMIPAGAMA), dan Dekan FMIPA UGM, Prof. Dr. Eng. Kuwat Triyana, M.Si.

“Jauh-jauh dari seluruh Indonesia, ada yang dari Jakarta dan Nusa Tenggara. Kita bangga atas kehadiran Bapak dan Ibu senior yang telah hadir malam ini. FMIPA saat ini sudah berbenah dan menjadi fakultas yang dikenal dengan publikasi tertinggi di antara fakultas lain,” papar Prof. Kuwat.

Sejalan dengan tema dies natalis yang diangkat pada tahun ini yaitu Inovasi untuk Hilirisasi: Mewujudkan Kemandirian Bangsa melalui Sains dan Teknologi, Prof Kuwat turut menuturkan bahwa FMIPA saat ini telah membangun speed up company sebagai inkubator dan akselerator yang harapannya akan melahirkan berbagai start up ke depannya.

Kemudian, acara dilanjutkan dengan beragam pertunjukkan seperti tarian kreasi dan band oleh mahasiswa dan alumni, pembagian doorprize, kuis, paduan suara, penghargaan mahasiswa berprestasi, inspirational talk alumni, dan

kethoprak. Salah satu acara yang cukup memantik kemeriahan acara adalah kethoprak atau drama dengan bahasa Jawa dengan judul Suminten Bukan Siti Nurbaya. Cerita drama tersebut menceritakan tentang Suminten (Bella, mahasiswa Matematika FMIPA) yang akan dijodohkan dengan sosok lelaki tua beristri 4 Den Mono (Prof. Harno, dosen FMIPA UGM). Namun, Suminten telah memiliki seorang kekasih dan ingin melanjutkan studi S2 di FMIPA terlebih dahulu. Hal ini, sempat ditentang oleh ayah Suminten (Prof. Kuwat, Dekan FMIPA UGM) yang akhirnya luluh setelah mengetahui maksud dari anak gadisnya tersebut.

Selain suguhan kethoprak, hal menarik lainnya yang tak kalah Istimewa adalah ketika cerita kethoprak usai, seluruh hadirin beramai-ramai menyalakan lampu senter hape dan menyanyikan lagu ulang tahun untuk Prof. Kuwat, Dekan FMIPA UGM yang saat itu juga bertepatan dengan hari ulang tahunnya.

Malem Kangen dan Temu Alumni yang diselenggarakan oleh FMIPA UGM menjadi cerminan dari SDGs nomor 4 yaitu Pendidikan Berkualitas dan nomor 11 yaitu Kota dan Pemukiman yang Berkelanjutan melalui peningkatan keterampilan mahasiswa, dosen, dan pegawai FMIPA untuk berkolaborasi menyajikan pertunjukkan budaya. Pertunjukkan drama yang disajikan juga menyampaikan pesan mengenai hak perempuan untuk mendapatkan pendidikan setinggi-tingginya khususnya di bidang sains. Kemudian, acara ini menjadi implementasi dari SDGs nomor 9 yaitu Industri, Inovasi, dan Infrastruktur serta nomor 17 yaitu Kemitraan untuk Mencapai Tujuan melalui perluasan kerja sama di bidang inovasi dan industri antara FMIPA UGM dengan alumni dan mitra.

Penulis: Febriska Noor Fitriana
Dokumentasi: Tim Media FMIPA UGM

Read More

Aksi Sosial Darma Wanita MIPA melalui Donor Darah Bersama Rumah Sakit Sardjito

Setiap tahunnya Dharma Wanita Fakultas MIPA UGM bersama Rumah Sakit Sardjito dan komunitas lainnya seperti PMI rutin menggelar kegiatan donor darah. Kegiatan ini telah berlangsung sejak tahun lalu, dengan rentang 2 kali dalam setahun, yaitu di bulan Februari dan selama perayaan Dies Natalis fakultas.

“Sejarah partisipasi Dharma Wanita dalam kegiatan donor darah bermula dari inisiatif pengurus yang sudah aktif mendonorkan darah sejak masa kuliah. Akibat rasa empati terhadap orang lain mendorong kami untuk berbagi melalui donor darah,” papar koordinator donor darah Dharma Wanita MIPA tahun ini.

Tidak hanya donor darah, Dharma Wanita juga memiliki program sosial lainnya. Program di bidang Sosial Budaya (Sosbud) mencakup bazar sembako murah yang diselenggarakan setiap bulan Ramadan. Kegiatan tersebut bertujuan membantu pegawai MIPA, termasuk cleaning service dan satpam dengan harga terjangkau. Dana untuk kegiatan ini sepenuhnya berasal dari kas Dharma Wanita yang dikelola dari hasil kantin fakultas.

“Hasil donor darah dari kegiatan ini akan disalurkan ke Rumah Sakit Sardjito yang nantinya akan mendistribusikannya kepada pasien yang membutuhkan. Bulan ini sebanyak 40 peserta berhasil berpartisipasi sementara Februari lalu mencapai 67 orang,” papar koordinator donor darah Dharma Wanita tahun ini.

Adapun persyaratan dasar untuk mengikuti donor darah ini meliputi berat badan minimal 50 kg, kadar Hb minimal 12,4, serta tensi yang stabil. Screening dilakukan oleh tim medis dari Sardjito dengan menggunakan peralatan lengkap termasuk timbangan untuk memastikan semua peserta memenuhi kriteria.

Koordinator pelaksana kegiatan ini berharap bahwa para peserta dapat mempersiapkan diri dengan baik dan memenuhi persyaratan screening awal. Kegiatan ini turut mengimplementasikan SDGs poin 3 yaitu kehidupan sehat dan sejahtera dan SDGs poin 5 yaitu standar dasar kehidupan dengan berempati terhadap orang lain.

Penulis: Ratih Cintia Sari
Dokumentasi: Ratih Cintia Sari
Editor: Febriska Noor Fitriana

Read More

Hari Solidaritas Jilbab Internasional, Mahasiswi FMIPA UGM Berbagi Cerita Menarik Tentang Berjilbab

Dalam rangka memperingati momen Solidaritas Jilbab Internasional, sejumlah mahasiswi FMIPA UGM turut membagikan cerita dan pengalaman mereka dalam menggunakan jilbab serta pandangan mereka mengenai jilbab. Hal ini disampaikan oleh Ainun, Nabila, dan Meila yang menceritakan mulai dari makna, model jilbab kesukaan, tantangan, dan harapan.

https://www.instagram.com/p/C_fGPdlyRUf/

Pada topik pertama, makna jilbab menurut Ainun adalah identitas sebagai Muslimah sedangkan menurut Nabila jilbab adalah untuk untuk menutup aurat terutama di bagian dada dan kepala dan menurut Meila hijab dimaknai sebagai pelindung dan penjaga diri sebagai seorang Muslimah.

“Aku pake bahan scuba atau pashima atau bahan kaos juga,” papar Nabila

“Aku pakenya model ini yang modelnya bisa ke kanan dan ke kiri intinya bisa menutup dada,” papar Meila.

Selanjutnya, mereka menceritakan mengenai warna kesukaan mereka yang didominasi warna hitam karena adanya anggapan warna yang cukup mudah dipadu-padankan dengan pakaian mereka terutama untuk kuliah.

“Warnaku mungkin jadi warna favorit orang kali ya, Aku sukanya item atau abu-abu,” papar Ainun.

Hal tersebut turut diamini oleh Nabila dan Melia dengan preferensi warna terang lainnya.

“Aku sih sama hitam, tapi Aku sama krem karena menurutku kedua warna tersebut masuk ke semua warna baju yang sering aku pake,” tutur Nabila.

“Aku juga sama warna hitam sama dusty pink karena warnanya lebih cerah dan lucu aja kalau dipake,” ujar Meila.

Selain itu, ketiga mahasiswa tersebut turut membagikan mengenai tantangan yang dialami sebagai seseorang yang menggunakan jilbab.

“Mungkin kalau aku angin kali ya. Kalau naik motor hijab tuh rawan banget terbang gitu. Jadi, rawan banget auratnya kelihatan,” papar Ainun.

“Kalau aku mungkin kalau pas wudhu kan ya kena air jadi agak basah,” kata Meilia.

Dalam menutup cerita, mereka turut menyampaikan harapan dan pesan kepada teman-teman yang sedang berusaha untuk menggunakan jilbab.

“Tetap istiqomah aja insha Allah jadi lebih baik,” kata Ainun.

“Lebih percaya diri aja karena itu versi diri kamu yang lebih baik,” kata Nabila.

“Semoga teman-teman tetap dalam lindungan Allah,” kata Meila.

Cerita pengalaman dan pandangan ketiga mahasiswa FMIPA UGM tersebut menjadi implementasi dari SDGs nomor 5 yaitu Kesetaraan Gender dan nomor 16 yaitu Perdamaian, Keadilan, dan Kelembagaan yang Tangguh dalam hak asasi manusia khususnya perempuan dalam identitas gender menggunakan hijab.

Penulis: Febriska Noor Fitriana
Gambar: Anugrah Yuwanda Atmaja

Read More

Mahasiswa Baru FMIPA UGM Sabet Juara Miss Bantul 2024

Kabar gembira menyelimuti Najwa Fitria Sugiarto, mahasiswa baru FMIPA UGM program studi Statistika 2024. Sosok belia yang sejak bangku sekolah memanen juara di bidang olimpiade dan panggung hiburan tersebut mampu mengoptimalkan prestasinya di tengah kesibukan kegiatan Pionir Pascal yang merupakan agenda wajib bagi mahasiswa baru.

“Alhamdulillah, saya berhasil meraih sebagai Juara 1 Miss Bantul 2024 dan 2 kategori lain yaitu Miss Bantul Pendidikan dan Miss Bantul Kewirausahaan 2024,” papar Najwa.

Puncak acara dari ajang Miss Bantul ini dilaksanakan pada 3 Agustus di Pendopo Parasamiya Bantul. Dari 24 finalis yang terseleksi, Najwa mampu meraih juara pertama dengan 2 kategori yang juga diraihnya. Proses yang dilewati Najwa cukup panjang yaitu mulai dari 27 Mei hingga 3 Agustus 2024. Rangkaian acara yang dilalui terdiri atas pelatihan, kegiatan sosial, dan pameran budaya.

Kegiatan pelatihan meliputi materi keorganisasian, kelas motivasi, kelas wicara publik, modelling, pemotretan, dan beragam pembekalan lainnya dari Pemerintah Kabupaten Bantul. Pada kegiatan sosial, para finalis terlibat pada kegiatan bakti sosial dan kampanye lingkungan. Selanjutnya, pada pameran budaya, para peserta diajak memperkenalkan kekayaan dan potensi lokal kepada masyarakat.

“Saya sangat bersyukur dan terhormat bisa terpilih sebagai Miss Bantul 2024. Pengalaman ini sangat berarti bagi saya, bukan hanya sebagai perjalanan pribadi, tetapi juga sebagai kesempatan untuk berkontribusi bagi masyarakat dan memperkenalkan kekayaan ekonomi, UMKM, dan budaya Bantul. Selama proses seleksi, saya belajar banyak dari teman-teman peserta, panitia, dan juri. Atmosfer yang penuh semangat dan persahabatan membuat saya merasa lebih percaya diri dan termotivasi untuk memberikan yang terbaik,” papar Najwa.

Najwa juga berharap melalui ajang ini dapat menginspirasi lebih banyak perempuan untuk percaya diri dan berani mengejar Impian mereka. Sebagai pemenang, dirinya ingin memanfaatkan gelar tersebut untuk melakukan lebih banyak kegiatan sosial dan menjangkau masyarakat, khususnya dalam bidang pendidikan dan lingkungan.

Prestasi dan kontribusi Najwa di bidang pendidikan, sosial, dan budaya tersebut merupakan cerminan dari SDGs nomor 4 yaitu Pendidikan Berkualitas melalui peningkatan kompetensi keterampilan yang dilakukan melalui ajang Miss Bantul 2024, nomor 5 yaitu Kesetaraan Gender melalui pemberdayaan perempuan di kawasan Bantul, serta nomor 14 dan 15 yaitu Ekosistem Lautan dan Ekosistem Daratan melalui kampanye sadar lingkungan yang dilakukan.

Penulis: Febriska Noor Fitriana
Foto: Najwa Fitria Sugiarto

Read More

Intip Busana Kebaya Para Wisudawati Pasca Sarjana 2023/2024 di Hari Kebaya Nasional

Bertepatan dengan Hari Kebaya Nasional yang jatuh pada tanggal 24 Juli 2024, FMIPA UGM menyelenggarakan perayaan hari wisuda bagi pasca sarjana 2023/2024. Para wisudawati nampak menggunakan berbagai model kebaya di hari besar mereka. Meskipun tertutup dengan jubah hitam dan berbagai pernak-pernik wisuda, warna-warni kebaya dan kain batik melenggang indah di lingkungan FMIPA UGM pada hari itu.

Model kebaya yang digunakan oleh para wisudawati cukup bervariasi mulai dari kebaya modern, kebaya bali, hingga model kebaya yang cukup populer hingga menempati nomor satu adalah kebaya kutu baru.  Para wisudawati menjelaskan bahwa persiapan keseluruhan tampilan untuk wisuda telah dipersiapkan pada hari-hari sebelumnya termasuk untuk rancangan kebaya yang akan dipakai. Beberapa dari mereka memilih untuk menyewa kebaya namun tidak sedikit pula yang menjahitkan dan memilih sendiri bahan kebaya yang akan dikenakan.

“Kalau melihat orang pakai kebaya itu terasa lebih anggun dan cantik, makanya bangga banget nih bisa pake kebaya pas wisuda,” papar Diza, salah satu wisudawati magister Kimia.

Sebagai salah satu identitas budaya Bangsa Indonesia, kita patut berbangga hati dan terus menjunjung popularitas kebaya, tidak hanya pada hari-hari besar saja namun juga dalam padu padan berbusana sehari-hari.

Kebaya yang dikenakan oleh para wisudawati ini tidak hanya menunjukkan keanggunan dan kecantikan, tetapi juga mencerminkan komitmen terhadap tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs) khususnya SDG 4 tentang pendidikan berkualitas dan SDG 5 tentang kesetaraan gender. Dengan mengenakan kebaya, para wisudawati tidak hanya merayakan kelulusan mereka tetapi juga mengangkat nilai-nilai budaya Indonesia, memberikan contoh bahwa tradisi dan modernitas bisa berjalan beriringan. Inisiatif ini juga mendukung pemberdayaan perempuan, memperlihatkan bahwa wanita Indonesia dapat tampil percaya diri dan bangga dengan identitas budaya mereka dalam berbagai kesempatan, termasuk dalam dunia akademik.

Penulis: Chairunnisa Anggun Setiono
Dokumentasi: Irchash Azkia M.
Editor: Febriska Noor Fitriana

Read More

Kisah Kharisma Mahasiswa FMIPA UGM, Anak ART yang Pantang Menyerah dalam Menggapai Impian

Tidak jarang keterbatasan ekonomi menjadi kendala tersendiri dalam menempuh pendidikan. Namun, hal itu tidak berlaku bagi Kharisma Jayanti Putri, mahasiswa baru Program Studi S1 Kimia UGM, yang pantang menyerah dalam menggapai impian.

“Saya tidak mau membebani Ibu saya,” ungkap Kharisma, anak bungsu dari pasangan alm. Jaswadi dan Asyati (50).

Dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari, Kharisma, sang ibu, dan sang kakak, menggantungkan harapan pada pekerjaan ibunya sebagai asisten rumah tangga. Pendapatan per bulan yang hanya berkisar di angka Rp900.000,00 harus diatur sedemikian rupa agar dapat memenuhi kebutuhan keluarga selama sebulan.

Namun, Kharisma tidak serta-merta berpasrah pada keadaan yang ada. Ia sadar bahwa ia harus berjuang lebih. Oleh karena itu, sejak kelas 12, Kharisma sudah mulai mencari berbagai informasi beasiswa untuk berkuliah. Apabila Kharisma memenuhi persyaratan suatu beasiswa, maka ia akan mencoba untuk mendaftar. Hingga saat ini, ia masih berjuang dengan mendaftar berbagai beasiswa, baik beasiswa biaya pendidikan, beasiswa uang saku, maupun beasiswa tempat tinggal. Ia sangat berharap dapat lolos beasiswa agar kebutuhannya selama berkuliah dapat terpenuhi tanpa harus membebani ibunya.

Selama duduk di bangku SMA, Kharisma merupakan pribadi yang aktif dan gemar berorganisasi. Ia pernah menjabat sebagai Ketua Palang Merah Remaja (PMR) SMA Negeri 2 Pati, Bendahara Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) SMA Negeri 2 Pati, Sekretaris Forum Remaja Palang Merah Indonesia Kabupaten Pati, dan Koordinator Divisi Kewirausahaan dan Ekonomi Kreatif Forum OSIS Kabupaten Pati.

Kharisma juga mengungkapkan bahwa ia ingin melanjutkan kiprahnya di dunia organisasi selama berkuliah nanti dengan tetap memperhatikan indeks prestasinya agar tidak memengaruhi beasiswa. Selain perencanaan selama berkuliah, Kharisma juga mengaku sudah memiliki perencanaan setelah lulus dari Kimia UGM. Ia memaparkan bahwa ia ingin menjadi analis laboratorium.

Kisah perjuangan Kharisma menunjukkan bahwa kesempatan untuk menempuh pendidikan masih terbuka lebar bagi siapapun asalkan mau berusaha dan tidak patah semangat dengan kendala yang ditemui. Hal ini menunjukkan wujud nyata dari SDGs poin 10, yaitu Berkurangnya Kesenjangan karena dapat dilihat bahwa faktor sosial ekonomi tidak memengaruhi kesempatan dalam meraih pendidikan. Selain itu, kisah Kharisma juga menunjukkan implementasi dari SDGs poin 5, yaitu Kesetaraan Gender karena didapatnya kesetaraan akses dan kesetaraan kesempatan tanpa memandang gender. Harapannya, kisah Kharisma mampu memotivasi banyak orang untuk terus memperjuangkan mimpinya tanpa takut dengan kendala yang dimiliki.

Penulis: Azzah Nurfatin
Foto: Kharisma Jayanti Putri
Editor: Febriska Noor Fitriana

Read More
Translate