Search
Search
Search

SDG 13: Penanganan Perubahan Iklim

Tantangan dan Pembelajaran : Memprediksi Erupsi Gunung melalui Kelas Kuliah Seismologi Geofisika FMIPA UGM

Prof. Francois Beauducel dari IPGP Paris mengisi kelas kuliah  Seismologi Geofisika FMIPA UGM dengan membawakan materi tentang vulkanologi geodesy pada 13 Agustus 2024,. Dalam pembelajaran seismologi tersebut, Prof. Francois memaparkan bahwa kemampuan memprediksi erupsi gunung, terutama erupsi freatik seperti erupsi magmatik, menjadi topik menarik dalam kelas Seismologi baru-baru ini. Bedanya, erupsi magmatik menunjukkan deformasi dengan amplitudo yang lebih besar, sementara erupsi freatik cenderung lebih rendah dan terjadi dekat pusatnya. Namun, prediksi erupsi freatik masih mungkin dilakukan dengan peningkatan jumlah dan penempatan instrumen yang lebih baik. Sebagai contoh, pada Gunung Lasupia, pemasangan instrumen dan jaringan GPS dengan jarak maksimal 100 meter dapat meningkatkan akurasi prediksi.

Mempelajari sejarah erupsi gunung dari masa lalu juga memiliki keterbatasan, tergantung pada instrumen yang digunakan pada waktu itu. Meski begitu, pola erupsi dan sifat gunung bisa dipahami secara kasar dari data historis.

Wanda dan Ita, mahasiswa Geofisika 2022 yang mengikuti kelas tersebut, merasa mendapat wawasan baru dalam seismologi dan kegunungapian. Mereka terkejut dengan minat besar terhadap tema ini, yang mereka kira hanya diminati oleh segelintir orang saja.

Pembelajaran ini mendukung Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) nomor 13, yaitu mengambil tindakan segera untuk memerangi perubahan iklim dan dampaknya, termasuk mitigasi bencana alam seperti erupsi gunung berapi. Selain itu, ini juga sejalan dengan SDGs nomor 4, yaitu memastikan pendidikan yang inklusif dan berkualitas serta mendukung kesempatan belajar sepanjang hayat. Pembelajaran tentang mitigasi bencana melalui ilmu seismologi dan kegunungapian membantu membekali mahasiswa dengan pengetahuan kritis yang dapat diterapkan dalam penanganan bencana di masa depan.

Penulis: Chairunnisa Anggun Setiono
Dokumentasi: Ratih Cintia Sar
Editor: Febriska Noor Fitriana

Read More

Tantangan dan Pembelajaran : Memprediksi Erupsi Gunung melalui Kelas Kuliah Seismologi Geofisika FMIPA UGM

Prof. Francois Beauducel dari IPGP Paris mengisi kelas kuliah Seismologi Geofisika FMIPA UGM tentang vulkanologi geodesy pada Selasa, 13 Agustus 2024. Dalam pembelajaran seismologi tersebut, Prof. Francois memaparkan bahwa kemampuan memprediksi erupsi gunung, terutama erupsi freatik seperti erupsi magmatik, menjadi topik menarik dalam kelas seismologi baru-baru ini. Bedanya, erupsi magmatik menunjukkan deformasi dengan amplitudo yang lebih besar. Sementara erupsi freatik cenderung lebih rendah dan terjadi dekat pusatnya. Namun, prediksi erupsi freatik masih mungkin dilakukan dengan peningkatan jumlah dan penempatan instrumen yang lebih baik. Sebagai contoh, pada Gunung Lasupia, pemasangan instrumen dan jaringan GPS dengan jarak maksimal 100 meter dapat meningkatkan akurasi prediksi.

Mempelajari sejarah erupsi gunung dari masa lalu juga memiliki keterbatasan yang tergantung pada instrumen yang digunakan pada waktu itu. Meski begitu, pola erupsi dan sifat gunung bisa dipahami secara kasar dari data historis.

Wanda dan Ita, mahasiswa Geofisika 2022 yang mengikuti kelas tersebut, merasa mendapat wawasan baru dalam seismologi dan kegunungapian. Mereka terkejut dengan minat besar terhadap tema ini, yang mereka kira hanya diminati oleh segelintir orang ssja.

Pembelajaran ini mendukung Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) nomor 13, yaitu mengambil tindakan segera untuk memerangi perubahan iklim dan dampaknya, termasuk mitigasi bencana alam seperti erupsi gunung berapi. Selain itu, kegiatan kelas tersebut juga sejalan dengan SDGs nomor 4, yaitu memastikan pendidikan yang inklusif dan berkualitas serta mendukung kesempatan belajar sepanjang hayat. Pembelajaran tentang mitigasi bencana melalui ilmu seismologi dan kegunungapian membantu membekali mahasiswa dengan pengetahuan kritis yang dapat diterapkan dalam penanganan bencana di masa depan.

Penulis: Chairunnisa Anggun Setiono
Dokumentasi: Ratih Cintia Sari
Editor: Febriska Noor Fitriana

Read More

Keberhasilan Mahasiswa KIMIA FMIPA UGM di NECSC 2024: Mewujudkan Inovasi Energi Terbarukan

Adyatma Bhagaskara, mahasiswa Kimia UGM angkatan 2020, meraih juara 2 dalam National Energy, Climate, and Sustainability Competition (NECSC) 2024. Kompetisi ini diadakan oleh Society of Renewable Energy Indonesia (SRE Indonesia) dan media publikasi Rakyat Merdeka di Gedung Sasana Budaya Ganesha, ITB pada 29 April 2024. Acara ini mendapat dukungan dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) serta Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), dengan tema Ketahanan Pangan, Air, dan Energi untuk Indonesia. Peserta terdiri dari mahasiswa dan siswa dari seluruh Indonesia, dengan berbagai universitas dan sekolah turut serta.

Adyatma mempersiapkan kompetisi ini dengan menulis esai tentang produksi bioavtur dari limbah organik, seperti minyak jelantah. Motivasi utamanya adalah ingin memperkenalkan riset ini ke khalayak umum melalui lomba ini, yang menawarkan publikasi di Ruang Merdeka.id dan buku inovasi yang akan terjual di pasaran pada 2025. Ia mengatasi tantangan dalam lomba dengan menyederhanakan bahasa teknis agar lebih mudah dipahami masyarakat umum. Penilaian kompetisi menekankan kreativitas, inovasi, dan keberlanjutan ide, yang membuat Adyatma merasa terkejut dan bahagia saat meraih juara.

Pengalaman berkesan Adyatma termasuk berinteraksi langsung dengan Ibu Menteri LHK dan mendapatkan jaringan dengan mahasiswa di bidang energi dan keberlanjutan lingkungan. Ia memberikan motivasi untuk mahasiswa agar haus akan ilmu, update dengan perkembangan terbaru, membangun jejaring, dan mencari peluang penelitian serta lomba. Adyatma mengutip kata-kata motivasi dari HOS Cokroaminoto: “Setinggi-tinggi ilmu, semurni-murni tauhid, sepintar-pintar siasat,”

Partisipasi Adyatma dalam NECSC berkontribusi pada pencapaian SDGs (Sustainable Development Goals) khususnya SDG 4 mengenai pengembangan riset dalam kemajuan pendidikan, SDG 7 (Energi Bersih dan Terjangkau) dan SDG 13 (Penanganan Perubahan Iklim), mendukung upaya global dalam pengembangan energi terbarukan dan keberlanjutan lingkungan.

Penulis: Chairunnisa Anggun Setiono
Dokumentasi: Adyatma Bhagaskara
Editor: Febriska Noor Fitriana

Read More

Hari Hutan Indonesia, FMIPA UGM Beri Edukasi Kondisi Hutan di Indonesia

Peringatan Hari Hutan Indonesia jatuh setiap tanggal 7 Agustus. Pada tahun ini, tema yang diangkat adalah Jaga Hutan, Jaga Iklim. Melalui konten yang dibuat, FMIPA UGM turut mengajak masyarakat untuk lebih peka dan sadar terhadap kondisi hutan yang ada di Indonesia. Konten edukasi tersebut juga merupakan bagian dari upaya pelaksanaan kampanye digital dalam mendukung Hari Hutan Indonesia.

Dalam membuka topik, masyarakat diajak untuk berefleksi mengenai bagaimana kabar hutan di Indonesia. Selanjutnya, dikenalkan mengenai deforestasi yang merupakan proses hilangnya hutan dengan berbagai faktor seperti penebangan liar (illegal logging). Fakta mengejutkannya, banyak masyarakat yang tidak sadar bahwa Indonesia sudah kehilangan sekitar 9,6 juta hektar hutan primer hanya dalam kurun waktu 2 tahun. Padahal, hutan di Indonesia merupakan peringkat ketiga sebagai hutan tropis terluas di dunia yang mampu berperan dalam mengatasi perubahan iklim.

Dampak lain dari penebangan liar yang dilakukan terhadap hutan di Indonesia adalah kebakaran hutan yang turut menyumbang penyebab turunnya jumlah hutan. Gundulnya hutan akibat penebangan liar menyisakan bahan-bahan kayu yang kering serta mudah terbakar dengan kondisi cuaca yang semakin panas.

Dengan adanya kondisi yang memprihatinkan tersebut, FMIPA UGM turut mengajak masyarakat dalam upaya-upaya pelestarian yang dapat dilakukan seperti membagikan konten tersebut dalam menyadarkan dan membagikan pengetahuan terkait kondisi hutan di Indonesia yang dapat diakses melalui tautan https://www.instagram.com/p/C-WlX61y4LZ/?img_index=2

Edukasi yang dilakukan dalam momen Hari Hutan Indonesia tahun 2024 merupakan cerminan dari SDGs nomor 4 yaitu Pendidikan Berkualitas melalui akses terhadap pendidikan, nomor 13 yaitu Penanganan Perubahan Iklim, nomor 14 yaitu Ekosistem Lautan, dan 15 yaitu Ekosistem Daratan melalui kampanye digital mengenai edukasi lingkungan yang meliputi iklim, keanekaragaman hayati, hutan, dan perlindungan lingkungan.

Penulis: Febriska Noor Fitriana
Gambar: Tim Media FMIPA UGM

Read More

Hari Mangrove Sedunia, FMIPA UGM Beri Edukasi Kondisi Mangrove di Indonesia

Peringatan Mangrove Sedunia jatuh setiap tanggal 26 Juli. Pada tahun ini, tema yang diangkat adalah Mangrove for Future 2024. Melalui konten yang dibuat, FMIPA UGM turut mengajak masyarakat untuk lebih peka dan sadar terhadap kondisi mangrove yang ada di Indonesia. Konten edukasi tersebut juga merupakan bagian dari upaya pelaksanaan kampanye digital dalam mendukung Hari Mangrove Sedunia.

Dalam membuka topik, masyarakat diajak untuk merasa bangga mengenai kekayaan alam mangrove di Indonesia sebesar 3.364.047 Ha. Hal ini menyuguhkan fakta bahwa Indonesia memiliki 20,37% dari total mangrove di dunia. Dengan ini, beragam manfaat dan fungsi dari mangrove perlu diketahui masyarakat baik secara umum atau khusus dari segi keilmuan sains.

Selanjutnya, mangrove dikenalkan sebagai benteng alam yang berfungsi dalam melawan abrasi dan erosi. Selain itu, mangrove dapat mengurangi dampak dari tsunami melalui penyerapan energi gelombang air laut. Fakta dari penelitian yang dilakukan, hutan mangrove yang sehat mengalami kerusakan lebih sedikit selama terjadinya hantaman badai atau gelombang air laut.

Dari sudut pandang ilmu Fisika, mangrove memiliki adaptasi yang luar biasa dalam bertahan di lingkungan yang ekstrem. Akar dan daun yang didesain untuk menopang dan mendapatkan oksigen dalam kondisi air pasang menjadi keunikan tersendiri bagi mangrove dan memiliki peran penting di ekosistem pesisir. Di sisi lain, dari segi keilmuan Kimia, mangrove memiliki senyawa tanin yang memiliki dampak besar dalam penyerapan logam berat dan polutan dari air.

Dampak besar dan peran penting mangrove tersebut perlu diketahui masyarakat luas sehingga menimbulkan dorongan untuk bersama menjaga hutan mangrove di tengah ancaman dan tantangan yang dialami seperti pembabatan mangrove untuk tambak dan pencemaran secara besar-besaran pada ekosistem perairan. Untuk itu, FMIPA UGM turut mengajak masyarakat dalam upaya-upaya pelestarian yang dapat dilakukan seperti membagikan konten tersebut dalam menyadarkan dan membagikan pengetahuan terkait kondisi mangrove di Indonesia yang dapat diakses melalui tautan https://www.instagram.com/p/C94SC1dSte1/?img_index=2

Edukasi yang dilakukan dalam momen Hari Mangrove Sedunia tahun 2024 merupakan cerminan dari SDGs nomor 4 yaitu Pendidikan Berkualitas melalui akses terhadap pendidikan terutama edukasi mengenai lingkungan, nomor 14 yaitu Ekosistem Lautan dan 15 yaitu Ekosistem Daratan melalui kampanye digital mengenai edukasi lingkungan yang meliputi keanekaragaman hayati, mangrove, konservasi, garis Pantai, polusi minyak, pengelolaan ekosistem, dan perlindungan lingkungan.

Penulis: Febriska Noor Fitriana
Gambar: Tim Media FMIPA UGM

Read More

FMIPA UGM dan PT MAIPARK Indonesia Teken Perjanjian Kerja Sama, Dukung Indonesia Tangguh Bencana

Indonesia merupakan negara yang terkenal sebagai salah satu dari 35 negara di dunia yang memiliki risiko bencana yang tinggi. BNPB mencatat terdapat 5.400 kejadian bencana yang terjadi sepanjang tahun 2023. Bencana alam yang terjadi di Indonesia menimbulkan dampak yang cukup signifikan, baik secara fisik berupa kerusakan bangunan maupun non-fisik berupa korban jiwa hingga kerugian finansial.

Merujuk pada hal tersebut, FMIPA UGM bersama PT MAIPARK Indonesia bersinergi dalam riset pengelolaan risiko bencana melalui penandatanganan kerja sama yang diselenggarakan pada hari Rabu, 10 Juli 2024 di FMIPA UGM. Acara tersebut dihadiri oleh Dekan FMIPA UGM, dosen Departemen Matematika FMIPA UGM, serta Direktur Utama PT MAIPARK yang didampingi oleh jajarannya.

“Ini merupakan kehormatan bagi kami bisa bekerja sama dengan industri,” tutur Prof. Dr.Eng. Kuwat Triyana, M.Si dalam sambutan yang diberikan.

Direktur utama PT MAIPARK, Kocu Andre Hutagalung menyampaikan bahwa dijalinnya kolaborasi tersebut bertujuan untuk menjadikan Indonesia tangguh bencana. Hal ini berarti bahwa ketika terjadi bencana di Indonesia, negara memiliki mekanisme untuk membantu korban-korban bencana.

“Hal tersebut tidak akan dimiliki jika kita tidak memiliki kemampuan mendeskripsikan risiko bencana alam. Kemudian untuk mendeskripsikan risiko bencana alam dibutuhkan model bencana alam dan di situlah peran dari kerja sama kita karena untuk mendeskripsikan model tersebut dibutuhkan ilmu pengetahuan, seperti matematika,” papar Kocu.

Lebih lanjut dirinya menyampaikan bahwa spektrum kerja sama yang akan dibangun meliputi pendidikan hingga aktivitas penelitian serta pengembangan bisnis asuransi bencana alam. Sementara ini, sudah ada 2 mahasiswa dari Program Studi Aktuaria FMIPA UGM yang tengah melakukan magang di PT MAIPARK. Sebelumnya, PT MAIPARK juga telah aktif memperkenalkan aktuaria bencana alam melalui pemaparan kuliah singkat mengenai permodelan katostropik.

“Saya yakin bahwa kami akan mendapatkan dukungan yang tepat dan kuat, khususnya dari FMIPA UGM karena dalam industri asuransi maupun reasuransi membutuhkan dukungan pengetahuan kuantitatif dalam pengelolaan risiko bencana alam,” tutur  Kocu.

Melalui perjanjian kerja sama ini diharapkan mendorong kolaborasi antara perguruan tinggi dan industri yang berdampak dalam mendukung Indonesia tangguh bencana. Acara ini turut menjadi cerminan dari SDGs di poin 4 yaitu Pendidikan Berkualitas dalam pendidikan untuk keberlanjutan melalui peluang riset dan studi, poin 11 yaitu Kota dan Pemukiman yang Berkelanjutan melalui manajemen bencana, poin 13 yaitu Penanganan Perubahan Iklim melalui manajemen perubahan iklim, dan poin 17 yaitu Kemitraan untuk Mencapai Tujuan dalam mendorong inovasi dan kemitraan melalui kolaborasi antara perguruan tinggi dan industri.

Penulis: Meitha Eka Nurhasanah
Foto: Hero Prakosa Wibowo Priyanto
Editor: Febriska Noor Fitriana

Read More

Alumni Geofisika FMIPA UGM Ajak Pemuda Bijak Kelola Sampah Plastik

Puluhan pemuda di Yogyakarta mendapatkan kesempatan dalam memperoleh edukasi mengenai pengelolaan sampah plastik yang dilaksanakan pada 5 – 7 Juli 2024 di Wisma Ngestilaras, Kaliurang melalui acara Jambore Pemuda Daerah. Acara yang diselenggarakan oleh Purna Pemuda Muda Indonesia dengan Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga Kota Yogyakarta ini turut mengundang Shofi Rahmadini Kusumastuti sebagai narasumber. Shofi diketahui merupakan alumni Geofisika FMIPA UGM yang bergelut di bidang lingkungan.

Dengan membawa tema Habis Platsik Susah Dibuang: Lalu Kaum Muda Bisa Apa? Shofi membagikan cerita dan wawasan terkait sampah plastik dengan beragam permasalahan dan solusinya.

“Kenapa plastik bermanfaat untuk kita?”, tanya Shofi dalam membuka presentasinya kepada para peserta.

Beragam jawaban disampaikan peserta melalui apliaksi interaktif menti.com dengan jawaban yang bervariasi mulai dari murah dan ringan, mudah dibawa, ekonomis, kuat dan ringan, dan lainnya.

Peserta mendapat materi yang meliputi jenis dan kode wadah plastik yang aman digunakan untuk konsumsi dan tidak, sejarah penggunaan plastik, kondisi lingkungan di sekitar Yogyakarta, tokoh dan pegiat lingkungan, mikroplastik, gaya hidup berkelanjutan, beserta solusi dalam penanganan sampah seperti menerapkan kegiatan 6R.

“Saat ini kita tidak hanya menerapkan 3R saja tetapi 6R yang terdiri atas rethink, refuse, reduce, reuse, repair, dan recycle dalam pengelolaan sampah plastik,” papar Shofi.

Dalam hal ini, Shofi juga memperkenalkan organisasi yang mau menerima sampah masyarakat seperti daur resik serta memperkenalkan toko keperluan sehari-hari yang ramah lingkungan. Dalam mengakhiri presentasinya, Shofi menekankan peran pemuda dalam pengelolaan lingkungan terutama sampah plastik dan mengajak para pemuda untuk memulai dari sekarang juga sesuai dengan kemampuan yang ada.

Peran Shofi dalam memberikan edukasi kepada pemuda untuk terlibat aktif dalam pengelolaan sampah menjadi cerminan dari SDGs nomor 4 yaitu Pendidikan Berkualitas melalui peningkatan wawasan dan keterampilan dalam mengelola sampah. Kemudian, turut menjadi implementasi dari SDGs nomor 6 yaitu Air Bersih dan Sanitasi Layak, nomor 12 yaitu Konsumsi dan Produksi yang Bertanggung Jawab, nomor 13 yaitu Penanganan Perubahan Iklim, nomor 14 yaitu Ekosistem Lautan, dan nomor 15 yaitu Ekosistem Daratan melalui perlindungan ekosistem dan air bersih, konsumersime, pengelolaan limbah, aksi iklim, edukasi mikroplastik, dan perlindungan lingkungan.

Read More

Edukasi Bencana hingga Negeri Sakura, Dosen FMIPA UGM Gelar Pengabdian Masyarakat dengan Mount Fuji Research Institute

Dosen Geofisika FMIPA UGM, Dr. Wiwit Suryanto memberikan edukasi bencana di Kota Kawaguchiko, Jepang bersama dengan BPBD Kabupaten Karangasem Bali, Kepala SDN Sebudi Karangasem, Dr. Sukma Arida dari Universitas Udayana, dan dari forum relawan FPRB Provinsi Bali (Ibu Dewi Reny Anggraeni) pada 22 – 25 Juni 2024. Kegiatan ini adalah bagian dari proyek dengan funding dari JICA Grassroot Technical Cooperation Project dengan judul “Building a Disaster-Resistant Community through the Utilization of Local Universities as a Base for Responding to Low Frequency, Large-Scale Disasters yang dimulai sejak tahun 2022.

Dr. Wiwit Suryanto bersama tim diundang oleh Mount Fuji Research Institute untuk memberikan pendidikan mitigasi bencana erupsi gunung api, khususnya di lereng Gunung Agung, Bali. Kegiatan ini berlangsung dari tanggal 22 hingga 25 Juni 2024, mencakup loka karya edukasi bencana gunungapi di SMP Katsuyama di Kota Kawaguchiko, Jepang.

Melalui loka karya yang dilaksanakan di SMP Katsuyama, para siswa mendapatkan wawasan dan pemahaman mendalam perihal fenomena gunung api dan cara-cara mitigasi yang efektif. Loka karya ini diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi kegiatan serupa di masa mendatang, baik di Jepang maupun di Indonesia.

Kegiatan ini merupakan implementasi dari poin SDGs nomor 4 yaitu Pendidikan Berkualitas melalui akses pendidikan kebencanaan. Kemudian, SDGSs nomor 13 yaitu Penanganan Perubahan Iklim dengan fokus manajemen perubahan iklim. Dalam konteks mitigasi bencana alam, kegiatan ini berfokus pada peningkatan kesadaran dan pengetahuan masyarakat mengenai risiko bencana gunungapi serta langkah-langkah yang dapat diambil untuk mengurangi dampak dari bencana tersebut. Selain itu, acara tersebut juga merupakan bagian dari SDGs nomor 11 yaitu Kota dan Pemukiman yang Berkelanjutan melalui manajemen bencana dan pengurangan risiko bencana.

Dengan adanya kolaborasi ini, hubungan antara FMIPA UGM dan institusi internasional lainnya diharpakn akan dapat terus terjalin dengan baik serta berdampak dalam kontribusi nyata terhadap mitigasi bencana untuk kesejahteraan masyarakat global. Hal tersebut merupakan implementasi dari SDGs nomor 17 yaitu Kemitraan untuk Mencapai Tujuan melalui kemitraan global yang terjalin.

Referensi tambahan dapat ditemukan pada berita NHK dan Kanal Bali, yang melaporkan detail mengenai acara tersebut dan dampaknya terhadap upaya mitigasi bencana gunungapi.

Reportase: Wiwit Suryanto
Penulis: Febriska Noor Fitriana

Read More

Tantangan dan Pembelajaran : Memprediksi Erupsi Gunung melalui Kelas Kuliah Seismologi Geofisika FMIPA UGM

Prof. Francois Beauducel dari IPGP Paris mengisi kelas kuliah  Seismologi Geofisika FMIPA UGM dengan membawakan materi tentang vulkanologi geodesy pada 13 Agustus 2024,. Dalam pembelajaran seismologi tersebut, Prof. Francois memaparkan bahwa kemampuan memprediksi erupsi gunung, terutama erupsi freatik seperti erupsi magmatik, menjadi topik menarik dalam kelas Seismologi baru-baru ini. Bedanya, erupsi magmatik menunjukkan deformasi dengan amplitudo yang lebih besar, sementara erupsi freatik cenderung lebih rendah dan terjadi dekat pusatnya. Namun, prediksi erupsi freatik masih mungkin dilakukan dengan peningkatan jumlah dan penempatan instrumen yang lebih baik. Sebagai contoh, pada Gunung Lasupia, pemasangan instrumen dan jaringan GPS dengan jarak maksimal 100 meter dapat meningkatkan akurasi prediksi.

Mempelajari sejarah erupsi gunung dari masa lalu juga memiliki keterbatasan, tergantung pada instrumen yang digunakan pada waktu itu. Meski begitu, pola erupsi dan sifat gunung bisa dipahami secara kasar dari data historis.

Wanda dan Ita, mahasiswa Geofisika 2022 yang mengikuti kelas tersebut, merasa mendapat wawasan baru dalam seismologi dan kegunungapian. Mereka terkejut dengan minat besar terhadap tema ini, yang mereka kira hanya diminati oleh segelintir orang saja.

Pembelajaran ini mendukung Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) nomor 13, yaitu mengambil tindakan segera untuk memerangi perubahan iklim dan dampaknya, termasuk mitigasi bencana alam seperti erupsi gunung berapi. Selain itu, ini juga sejalan dengan SDGs nomor 4, yaitu memastikan pendidikan yang inklusif dan berkualitas serta mendukung kesempatan belajar sepanjang hayat. Pembelajaran tentang mitigasi bencana melalui ilmu seismologi dan kegunungapian membantu membekali mahasiswa dengan pengetahuan kritis yang dapat diterapkan dalam penanganan bencana di masa depan.

Penulis: Chairunnisa Anggun Setiono
Dokumentasi: Ratih Cintia Sar
Editor: Febriska Noor Fitriana

Read More

Tantangan dan Pembelajaran : Memprediksi Erupsi Gunung melalui Kelas Kuliah Seismologi Geofisika FMIPA UGM

Prof. Francois Beauducel dari IPGP Paris mengisi kelas kuliah Seismologi Geofisika FMIPA UGM tentang vulkanologi geodesy pada Selasa, 13 Agustus 2024. Dalam pembelajaran seismologi tersebut, Prof. Francois memaparkan bahwa kemampuan memprediksi erupsi gunung, terutama erupsi freatik seperti erupsi magmatik, menjadi topik menarik dalam kelas seismologi baru-baru ini. Bedanya, erupsi magmatik menunjukkan deformasi dengan amplitudo yang lebih besar. Sementara erupsi freatik cenderung lebih rendah dan terjadi dekat pusatnya. Namun, prediksi erupsi freatik masih mungkin dilakukan dengan peningkatan jumlah dan penempatan instrumen yang lebih baik. Sebagai contoh, pada Gunung Lasupia, pemasangan instrumen dan jaringan GPS dengan jarak maksimal 100 meter dapat meningkatkan akurasi prediksi.

Mempelajari sejarah erupsi gunung dari masa lalu juga memiliki keterbatasan yang tergantung pada instrumen yang digunakan pada waktu itu. Meski begitu, pola erupsi dan sifat gunung bisa dipahami secara kasar dari data historis.

Wanda dan Ita, mahasiswa Geofisika 2022 yang mengikuti kelas tersebut, merasa mendapat wawasan baru dalam seismologi dan kegunungapian. Mereka terkejut dengan minat besar terhadap tema ini, yang mereka kira hanya diminati oleh segelintir orang ssja.

Pembelajaran ini mendukung Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) nomor 13, yaitu mengambil tindakan segera untuk memerangi perubahan iklim dan dampaknya, termasuk mitigasi bencana alam seperti erupsi gunung berapi. Selain itu, kegiatan kelas tersebut juga sejalan dengan SDGs nomor 4, yaitu memastikan pendidikan yang inklusif dan berkualitas serta mendukung kesempatan belajar sepanjang hayat. Pembelajaran tentang mitigasi bencana melalui ilmu seismologi dan kegunungapian membantu membekali mahasiswa dengan pengetahuan kritis yang dapat diterapkan dalam penanganan bencana di masa depan.

Penulis: Chairunnisa Anggun Setiono
Dokumentasi: Ratih Cintia Sari
Editor: Febriska Noor Fitriana

Read More

Keberhasilan Mahasiswa KIMIA FMIPA UGM di NECSC 2024: Mewujudkan Inovasi Energi Terbarukan

Adyatma Bhagaskara, mahasiswa Kimia UGM angkatan 2020, meraih juara 2 dalam National Energy, Climate, and Sustainability Competition (NECSC) 2024. Kompetisi ini diadakan oleh Society of Renewable Energy Indonesia (SRE Indonesia) dan media publikasi Rakyat Merdeka di Gedung Sasana Budaya Ganesha, ITB pada 29 April 2024. Acara ini mendapat dukungan dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) serta Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), dengan tema Ketahanan Pangan, Air, dan Energi untuk Indonesia. Peserta terdiri dari mahasiswa dan siswa dari seluruh Indonesia, dengan berbagai universitas dan sekolah turut serta.

Adyatma mempersiapkan kompetisi ini dengan menulis esai tentang produksi bioavtur dari limbah organik, seperti minyak jelantah. Motivasi utamanya adalah ingin memperkenalkan riset ini ke khalayak umum melalui lomba ini, yang menawarkan publikasi di Ruang Merdeka.id dan buku inovasi yang akan terjual di pasaran pada 2025. Ia mengatasi tantangan dalam lomba dengan menyederhanakan bahasa teknis agar lebih mudah dipahami masyarakat umum. Penilaian kompetisi menekankan kreativitas, inovasi, dan keberlanjutan ide, yang membuat Adyatma merasa terkejut dan bahagia saat meraih juara.

Pengalaman berkesan Adyatma termasuk berinteraksi langsung dengan Ibu Menteri LHK dan mendapatkan jaringan dengan mahasiswa di bidang energi dan keberlanjutan lingkungan. Ia memberikan motivasi untuk mahasiswa agar haus akan ilmu, update dengan perkembangan terbaru, membangun jejaring, dan mencari peluang penelitian serta lomba. Adyatma mengutip kata-kata motivasi dari HOS Cokroaminoto: “Setinggi-tinggi ilmu, semurni-murni tauhid, sepintar-pintar siasat,”

Partisipasi Adyatma dalam NECSC berkontribusi pada pencapaian SDGs (Sustainable Development Goals) khususnya SDG 4 mengenai pengembangan riset dalam kemajuan pendidikan, SDG 7 (Energi Bersih dan Terjangkau) dan SDG 13 (Penanganan Perubahan Iklim), mendukung upaya global dalam pengembangan energi terbarukan dan keberlanjutan lingkungan.

Penulis: Chairunnisa Anggun Setiono
Dokumentasi: Adyatma Bhagaskara
Editor: Febriska Noor Fitriana

Read More

Hari Hutan Indonesia, FMIPA UGM Beri Edukasi Kondisi Hutan di Indonesia

Peringatan Hari Hutan Indonesia jatuh setiap tanggal 7 Agustus. Pada tahun ini, tema yang diangkat adalah Jaga Hutan, Jaga Iklim. Melalui konten yang dibuat, FMIPA UGM turut mengajak masyarakat untuk lebih peka dan sadar terhadap kondisi hutan yang ada di Indonesia. Konten edukasi tersebut juga merupakan bagian dari upaya pelaksanaan kampanye digital dalam mendukung Hari Hutan Indonesia.

Dalam membuka topik, masyarakat diajak untuk berefleksi mengenai bagaimana kabar hutan di Indonesia. Selanjutnya, dikenalkan mengenai deforestasi yang merupakan proses hilangnya hutan dengan berbagai faktor seperti penebangan liar (illegal logging). Fakta mengejutkannya, banyak masyarakat yang tidak sadar bahwa Indonesia sudah kehilangan sekitar 9,6 juta hektar hutan primer hanya dalam kurun waktu 2 tahun. Padahal, hutan di Indonesia merupakan peringkat ketiga sebagai hutan tropis terluas di dunia yang mampu berperan dalam mengatasi perubahan iklim.

Dampak lain dari penebangan liar yang dilakukan terhadap hutan di Indonesia adalah kebakaran hutan yang turut menyumbang penyebab turunnya jumlah hutan. Gundulnya hutan akibat penebangan liar menyisakan bahan-bahan kayu yang kering serta mudah terbakar dengan kondisi cuaca yang semakin panas.

Dengan adanya kondisi yang memprihatinkan tersebut, FMIPA UGM turut mengajak masyarakat dalam upaya-upaya pelestarian yang dapat dilakukan seperti membagikan konten tersebut dalam menyadarkan dan membagikan pengetahuan terkait kondisi hutan di Indonesia yang dapat diakses melalui tautan https://www.instagram.com/p/C-WlX61y4LZ/?img_index=2

Edukasi yang dilakukan dalam momen Hari Hutan Indonesia tahun 2024 merupakan cerminan dari SDGs nomor 4 yaitu Pendidikan Berkualitas melalui akses terhadap pendidikan, nomor 13 yaitu Penanganan Perubahan Iklim, nomor 14 yaitu Ekosistem Lautan, dan 15 yaitu Ekosistem Daratan melalui kampanye digital mengenai edukasi lingkungan yang meliputi iklim, keanekaragaman hayati, hutan, dan perlindungan lingkungan.

Penulis: Febriska Noor Fitriana
Gambar: Tim Media FMIPA UGM

Read More

Hari Mangrove Sedunia, FMIPA UGM Beri Edukasi Kondisi Mangrove di Indonesia

Peringatan Mangrove Sedunia jatuh setiap tanggal 26 Juli. Pada tahun ini, tema yang diangkat adalah Mangrove for Future 2024. Melalui konten yang dibuat, FMIPA UGM turut mengajak masyarakat untuk lebih peka dan sadar terhadap kondisi mangrove yang ada di Indonesia. Konten edukasi tersebut juga merupakan bagian dari upaya pelaksanaan kampanye digital dalam mendukung Hari Mangrove Sedunia.

Dalam membuka topik, masyarakat diajak untuk merasa bangga mengenai kekayaan alam mangrove di Indonesia sebesar 3.364.047 Ha. Hal ini menyuguhkan fakta bahwa Indonesia memiliki 20,37% dari total mangrove di dunia. Dengan ini, beragam manfaat dan fungsi dari mangrove perlu diketahui masyarakat baik secara umum atau khusus dari segi keilmuan sains.

Selanjutnya, mangrove dikenalkan sebagai benteng alam yang berfungsi dalam melawan abrasi dan erosi. Selain itu, mangrove dapat mengurangi dampak dari tsunami melalui penyerapan energi gelombang air laut. Fakta dari penelitian yang dilakukan, hutan mangrove yang sehat mengalami kerusakan lebih sedikit selama terjadinya hantaman badai atau gelombang air laut.

Dari sudut pandang ilmu Fisika, mangrove memiliki adaptasi yang luar biasa dalam bertahan di lingkungan yang ekstrem. Akar dan daun yang didesain untuk menopang dan mendapatkan oksigen dalam kondisi air pasang menjadi keunikan tersendiri bagi mangrove dan memiliki peran penting di ekosistem pesisir. Di sisi lain, dari segi keilmuan Kimia, mangrove memiliki senyawa tanin yang memiliki dampak besar dalam penyerapan logam berat dan polutan dari air.

Dampak besar dan peran penting mangrove tersebut perlu diketahui masyarakat luas sehingga menimbulkan dorongan untuk bersama menjaga hutan mangrove di tengah ancaman dan tantangan yang dialami seperti pembabatan mangrove untuk tambak dan pencemaran secara besar-besaran pada ekosistem perairan. Untuk itu, FMIPA UGM turut mengajak masyarakat dalam upaya-upaya pelestarian yang dapat dilakukan seperti membagikan konten tersebut dalam menyadarkan dan membagikan pengetahuan terkait kondisi mangrove di Indonesia yang dapat diakses melalui tautan https://www.instagram.com/p/C94SC1dSte1/?img_index=2

Edukasi yang dilakukan dalam momen Hari Mangrove Sedunia tahun 2024 merupakan cerminan dari SDGs nomor 4 yaitu Pendidikan Berkualitas melalui akses terhadap pendidikan terutama edukasi mengenai lingkungan, nomor 14 yaitu Ekosistem Lautan dan 15 yaitu Ekosistem Daratan melalui kampanye digital mengenai edukasi lingkungan yang meliputi keanekaragaman hayati, mangrove, konservasi, garis Pantai, polusi minyak, pengelolaan ekosistem, dan perlindungan lingkungan.

Penulis: Febriska Noor Fitriana
Gambar: Tim Media FMIPA UGM

Read More

FMIPA UGM dan PT MAIPARK Indonesia Teken Perjanjian Kerja Sama, Dukung Indonesia Tangguh Bencana

Indonesia merupakan negara yang terkenal sebagai salah satu dari 35 negara di dunia yang memiliki risiko bencana yang tinggi. BNPB mencatat terdapat 5.400 kejadian bencana yang terjadi sepanjang tahun 2023. Bencana alam yang terjadi di Indonesia menimbulkan dampak yang cukup signifikan, baik secara fisik berupa kerusakan bangunan maupun non-fisik berupa korban jiwa hingga kerugian finansial.

Merujuk pada hal tersebut, FMIPA UGM bersama PT MAIPARK Indonesia bersinergi dalam riset pengelolaan risiko bencana melalui penandatanganan kerja sama yang diselenggarakan pada hari Rabu, 10 Juli 2024 di FMIPA UGM. Acara tersebut dihadiri oleh Dekan FMIPA UGM, dosen Departemen Matematika FMIPA UGM, serta Direktur Utama PT MAIPARK yang didampingi oleh jajarannya.

“Ini merupakan kehormatan bagi kami bisa bekerja sama dengan industri,” tutur Prof. Dr.Eng. Kuwat Triyana, M.Si dalam sambutan yang diberikan.

Direktur utama PT MAIPARK, Kocu Andre Hutagalung menyampaikan bahwa dijalinnya kolaborasi tersebut bertujuan untuk menjadikan Indonesia tangguh bencana. Hal ini berarti bahwa ketika terjadi bencana di Indonesia, negara memiliki mekanisme untuk membantu korban-korban bencana.

“Hal tersebut tidak akan dimiliki jika kita tidak memiliki kemampuan mendeskripsikan risiko bencana alam. Kemudian untuk mendeskripsikan risiko bencana alam dibutuhkan model bencana alam dan di situlah peran dari kerja sama kita karena untuk mendeskripsikan model tersebut dibutuhkan ilmu pengetahuan, seperti matematika,” papar Kocu.

Lebih lanjut dirinya menyampaikan bahwa spektrum kerja sama yang akan dibangun meliputi pendidikan hingga aktivitas penelitian serta pengembangan bisnis asuransi bencana alam. Sementara ini, sudah ada 2 mahasiswa dari Program Studi Aktuaria FMIPA UGM yang tengah melakukan magang di PT MAIPARK. Sebelumnya, PT MAIPARK juga telah aktif memperkenalkan aktuaria bencana alam melalui pemaparan kuliah singkat mengenai permodelan katostropik.

“Saya yakin bahwa kami akan mendapatkan dukungan yang tepat dan kuat, khususnya dari FMIPA UGM karena dalam industri asuransi maupun reasuransi membutuhkan dukungan pengetahuan kuantitatif dalam pengelolaan risiko bencana alam,” tutur  Kocu.

Melalui perjanjian kerja sama ini diharapkan mendorong kolaborasi antara perguruan tinggi dan industri yang berdampak dalam mendukung Indonesia tangguh bencana. Acara ini turut menjadi cerminan dari SDGs di poin 4 yaitu Pendidikan Berkualitas dalam pendidikan untuk keberlanjutan melalui peluang riset dan studi, poin 11 yaitu Kota dan Pemukiman yang Berkelanjutan melalui manajemen bencana, poin 13 yaitu Penanganan Perubahan Iklim melalui manajemen perubahan iklim, dan poin 17 yaitu Kemitraan untuk Mencapai Tujuan dalam mendorong inovasi dan kemitraan melalui kolaborasi antara perguruan tinggi dan industri.

Penulis: Meitha Eka Nurhasanah
Foto: Hero Prakosa Wibowo Priyanto
Editor: Febriska Noor Fitriana

Read More

Alumni Geofisika FMIPA UGM Ajak Pemuda Bijak Kelola Sampah Plastik

Puluhan pemuda di Yogyakarta mendapatkan kesempatan dalam memperoleh edukasi mengenai pengelolaan sampah plastik yang dilaksanakan pada 5 – 7 Juli 2024 di Wisma Ngestilaras, Kaliurang melalui acara Jambore Pemuda Daerah. Acara yang diselenggarakan oleh Purna Pemuda Muda Indonesia dengan Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga Kota Yogyakarta ini turut mengundang Shofi Rahmadini Kusumastuti sebagai narasumber. Shofi diketahui merupakan alumni Geofisika FMIPA UGM yang bergelut di bidang lingkungan.

Dengan membawa tema Habis Platsik Susah Dibuang: Lalu Kaum Muda Bisa Apa? Shofi membagikan cerita dan wawasan terkait sampah plastik dengan beragam permasalahan dan solusinya.

“Kenapa plastik bermanfaat untuk kita?”, tanya Shofi dalam membuka presentasinya kepada para peserta.

Beragam jawaban disampaikan peserta melalui apliaksi interaktif menti.com dengan jawaban yang bervariasi mulai dari murah dan ringan, mudah dibawa, ekonomis, kuat dan ringan, dan lainnya.

Peserta mendapat materi yang meliputi jenis dan kode wadah plastik yang aman digunakan untuk konsumsi dan tidak, sejarah penggunaan plastik, kondisi lingkungan di sekitar Yogyakarta, tokoh dan pegiat lingkungan, mikroplastik, gaya hidup berkelanjutan, beserta solusi dalam penanganan sampah seperti menerapkan kegiatan 6R.

“Saat ini kita tidak hanya menerapkan 3R saja tetapi 6R yang terdiri atas rethink, refuse, reduce, reuse, repair, dan recycle dalam pengelolaan sampah plastik,” papar Shofi.

Dalam hal ini, Shofi juga memperkenalkan organisasi yang mau menerima sampah masyarakat seperti daur resik serta memperkenalkan toko keperluan sehari-hari yang ramah lingkungan. Dalam mengakhiri presentasinya, Shofi menekankan peran pemuda dalam pengelolaan lingkungan terutama sampah plastik dan mengajak para pemuda untuk memulai dari sekarang juga sesuai dengan kemampuan yang ada.

Peran Shofi dalam memberikan edukasi kepada pemuda untuk terlibat aktif dalam pengelolaan sampah menjadi cerminan dari SDGs nomor 4 yaitu Pendidikan Berkualitas melalui peningkatan wawasan dan keterampilan dalam mengelola sampah. Kemudian, turut menjadi implementasi dari SDGs nomor 6 yaitu Air Bersih dan Sanitasi Layak, nomor 12 yaitu Konsumsi dan Produksi yang Bertanggung Jawab, nomor 13 yaitu Penanganan Perubahan Iklim, nomor 14 yaitu Ekosistem Lautan, dan nomor 15 yaitu Ekosistem Daratan melalui perlindungan ekosistem dan air bersih, konsumersime, pengelolaan limbah, aksi iklim, edukasi mikroplastik, dan perlindungan lingkungan.

Read More

Edukasi Bencana hingga Negeri Sakura, Dosen FMIPA UGM Gelar Pengabdian Masyarakat dengan Mount Fuji Research Institute

Dosen Geofisika FMIPA UGM, Dr. Wiwit Suryanto memberikan edukasi bencana di Kota Kawaguchiko, Jepang bersama dengan BPBD Kabupaten Karangasem Bali, Kepala SDN Sebudi Karangasem, Dr. Sukma Arida dari Universitas Udayana, dan dari forum relawan FPRB Provinsi Bali (Ibu Dewi Reny Anggraeni) pada 22 – 25 Juni 2024. Kegiatan ini adalah bagian dari proyek dengan funding dari JICA Grassroot Technical Cooperation Project dengan judul “Building a Disaster-Resistant Community through the Utilization of Local Universities as a Base for Responding to Low Frequency, Large-Scale Disasters yang dimulai sejak tahun 2022.

Dr. Wiwit Suryanto bersama tim diundang oleh Mount Fuji Research Institute untuk memberikan pendidikan mitigasi bencana erupsi gunung api, khususnya di lereng Gunung Agung, Bali. Kegiatan ini berlangsung dari tanggal 22 hingga 25 Juni 2024, mencakup loka karya edukasi bencana gunungapi di SMP Katsuyama di Kota Kawaguchiko, Jepang.

Melalui loka karya yang dilaksanakan di SMP Katsuyama, para siswa mendapatkan wawasan dan pemahaman mendalam perihal fenomena gunung api dan cara-cara mitigasi yang efektif. Loka karya ini diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi kegiatan serupa di masa mendatang, baik di Jepang maupun di Indonesia.

Kegiatan ini merupakan implementasi dari poin SDGs nomor 4 yaitu Pendidikan Berkualitas melalui akses pendidikan kebencanaan. Kemudian, SDGSs nomor 13 yaitu Penanganan Perubahan Iklim dengan fokus manajemen perubahan iklim. Dalam konteks mitigasi bencana alam, kegiatan ini berfokus pada peningkatan kesadaran dan pengetahuan masyarakat mengenai risiko bencana gunungapi serta langkah-langkah yang dapat diambil untuk mengurangi dampak dari bencana tersebut. Selain itu, acara tersebut juga merupakan bagian dari SDGs nomor 11 yaitu Kota dan Pemukiman yang Berkelanjutan melalui manajemen bencana dan pengurangan risiko bencana.

Dengan adanya kolaborasi ini, hubungan antara FMIPA UGM dan institusi internasional lainnya diharpakn akan dapat terus terjalin dengan baik serta berdampak dalam kontribusi nyata terhadap mitigasi bencana untuk kesejahteraan masyarakat global. Hal tersebut merupakan implementasi dari SDGs nomor 17 yaitu Kemitraan untuk Mencapai Tujuan melalui kemitraan global yang terjalin.

Referensi tambahan dapat ditemukan pada berita NHK dan Kanal Bali, yang melaporkan detail mengenai acara tersebut dan dampaknya terhadap upaya mitigasi bencana gunungapi.

Reportase: Wiwit Suryanto
Penulis: Febriska Noor Fitriana

Read More
Translate