Search

UNIVERSITAS GADJAH MADA FACULTY OF MATHEMATICS AND NATURAL SCIENCES 

Search

UNIVERSITAS GADJAH MADA FACULTY OF MATHEMATICS AND NATURAL SCIENCES 

Search

UNIVERSITAS GADJAH MADA FACULTY OF MATHEMATICS AND NATURAL SCIENCES 

SDG 13: Penanganan Perubahan Iklim

Raih Gelar Doktor di Usia 25 Tahun, Rizky Aflaha Jadi Lulusan Termuda Wisuda Pascasarjana FMIPA UGM Periode 1 Tahun 2025

Wisuda Periode I 2025 Pascasarjana FMIPA UGM meluluskan salah satu wisudawan dengan usia termuda, IPK tertinggi, serta masa studi tercepat untuk Program Doktor. Prestasi ini diraih oleh Rizky Aflaha, yang pada usia 25 tahun resmi mendapatkan gelar Doktor Fisika di FMIPA UGM. Pencapaiannya ini menjadikannya sebagai salah satu lulusan doktor termuda di FMIPA UGM.

Sejak kecil, Aflah telah mengidolakan sosok almarhum B.J. Habibie yang menginspirasi dirinya untuk menempuh pendidikan hingga jenjang tertinggi. “Dari kecil saya ingin seperti Pak Habibie, bisa melanjutkan studi dan memberikan kontribusi nyata bagi bangsa,” ujarnya.

Dalam disertasinya, Aflah meneliti aplikasi nanofiber, sebuah serat berukutan nanometer, untuk keperluan sensor dan membran filter udara. Ketertarikannya pada topik ini telah dimulai sejak jenjang sarjana, saat ia meneliti penggunaan nanfofiber untuk menjadi sensor gas tertentu.

Perjalanan studinya tak terlepas dari berbagai tantangan. Aflah mengaku, masa studi saat jenjang magister terasa lebih berat karena harus menyelesaikan 32 – 40 SKS dalam satu tahun. “Saat S3 ini cenderung lebih ringan jika dibandingkan S2, kelasnya sedikit dan lebih banyak di laboratorium,“ ujarnya. Tak hanya dari tantangan akademik, Aflah juga memiliki keinginan untuk bermain dan jalan-jalan, namun, kesadarannya akan prioritas akademik membuatnya tetap fokus dalam menyelesaikan studinya.

“Pesan saya untuk mahasiswa, pahami prioritas dan tetap semangat. Kurangi main dan scrolling, karena kita datang ke sini untuk belajar dan berkontribusi,” tutupnya.

Ke depan, Aflah berencana melanjutkan kolaborasi riset dengan dosennya untuk membangun startup berbasis hasil penelitian agar inovasi dari kampus dapat berdampak bagi masyarakat. Langkah ini sejalan dengan Suistanable Development Goals (SDGs), khususnya poin 4 (Pendidikan berkualitas), poin 9 (Industri, Inovasi, dan Infrastruktur), serta poin 13 (Penanganan Perubahan Iklim) melalui pengembangan teknologi ramah lingkungan.

Penulis: Sekar Melati Putri Pratiwi
Dokumentasi: Raditya Maulana Adiwicaksana
Editor: Meitha Eka Nurhasanah

Read More

Mahasiswa Geofisika UGM Laksanakan Field Camp SEG UGM-SC 2025 di Waduk Sermo

Program Studi Geofisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) UGM melaksanakan kegiatan kuliah lapangan Field Camp SEG UGM SC 2025 yang berlokasi di Waduk Sermo, Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta. Kegiatan ini merupakan proyek tahunan yang merupakan bagian penting bagi mahasiswa tahun keempat Program Studi Geofisika FMIPA UGM untuk menerapkan ilmu dan keterampilan geofisika pada permasalahan dunia nyata.

Tahun ini, Field Camp SEG UGM-SC 2025 mengusung tema “Geophysical Exploration for Geotechnical Analysis at Sermo Dam.” Waduk Sermo memiliki peran penting sebagai sumber air untuk irigasi dan kebutuhan domestik, sehingga kegiatan ini berfokus pada analisis ketahanan infrastruktur dan keamanan waduk melalui penerapan berbagai metode geofisika.

Untuk mencapai tujuan tersebut, dipilih empat metode utama yang kemudian akan melakukan akuisisi lapangan secara kontinyu selama sembilan hari di Waduk Sermo. Empat metode tersebut adalah Metode Seismik refraksi dan Multichannel Analysis Surface Wave (RMASW), Metode Very Low Frequency (VLF), Metode Ground Penetrating Radar (GPR), serta Metode Electrical Resistivity Tomography (ERT).

Kegiatan lapangan dilaksanakan mulai 13 – 22 September 2025, pada lokasi-lokasi yang telah ditentukan melalui survey oleh panitia Field Camp SEG UGM-SC 2025. Dalam Sembilan hari tersebut, seluruh mahasiswa peserta kegiatan melakukan akuisisi, pengolahan, dan interpretasi data setiap harinya. Mahasiswa juga menyampaikan hasil pengolahan data melalui presentasi, yang kemudian dapat dievaluasi langsung dari dosen pendamping yang turut hadir dalam kegiatan ini.

Kegiatan Field Camp SEG UGM-SC 2025 turut mendukung berjalannya Suistanable Development Goals (SDGs) khususnya poin 4 (Pendidikan Berkualitas) melalui pembelajaran berbasis praktik, poin 6 (Air Bersih dan Sanitasi Layak), poin 9 (Industri, Inovasi, dan Infrastruktur), serta poin 11 (Kota dan Permukiman Berkelanjutan) melalui analisis keamanan infrastruktur dan eksplorasi air tanah, serta poin 13 (Penanganan Perubahan Iklim). Melalui kegiatan ini, mahasiswa Geofisika FMIPA UGM diharapkan semakin siap menghadapi tantangan di dunia industri dan penelitian geosains masa depan.

Penulis: Sekar Melati Putri Pratiwi
Dokumentasi: Tim Dokumentasi Field Camp SEG UGM-Sc 2025
Editor: Meitha Eka Nurhasanah

Read More

FMIPA UGM Gelar Three Minutes Thesis: Wujudkan Generasi Emas 2045 yang Berdaya Saing

Yogyakarta (FMIPA UGM), Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Gadjah Mada menyelenggarakan kegiatan 3 Minute Thesis (3MT) tahun 2025 pada tanggal 17 Oktober 2025. Sebuah kompetisi yang menantang mahasiswa untuk mempresentasikan hasil penelitian tesisnya secara ringkas, menarik, dan mudah dipahami hanya dalam waktu tiga menit.

Rangkaian presentasi peserta menampilkan beragam topik riset yang mencerminkan kontribusi sains terhadap keberlanjutan energi, lingkungan, dan kesehatan. Beberapa di antaranya meliputi analisis risiko seismik pada reaktor nuklir, pemanfaatan spektroskopi untuk keamanan pangan, penelitian biodiesel ramah lingkungan, serta pengembangan katalis logam tanah jarang untuk degradasi zat warna industri.

Selain itu, inovasi di bidang teknologi energi turut mencuri perhatian, seperti pengembangan alat deteksi potensi geotermal dan rancangan molekul baru untuk terapi kanker payudara. Para peserta juga menyoroti pentingnya kolaborasi antara pemerintah, peneliti, dan masyarakat dalam menghadapi tantangan global, mulai dari mitigasi bencana hingga transisi menuju energi hijau. Secara keseluruhan, ajang ini diikuti oleh sejumlah peserta terpilih dari berbagai program studi di lingkungan FMIPA UGM.

Kegiatan 3 Minute Thesis FMIPA UGM 2025 juga menegaskan komitmen fakultas terhadap pencapaian Sustainable Development Goals SDGs, khususnya dalam bidang kualitas pendidikan SDG 4, energi bersih dan terjangkau SDG 7, industri, inovasi, dan infrastruktur SDG 9, serta aksi terhadap perubahan iklim SDG 13. Melalui penelitian-penelitian inovatif, mahasiswa FMIPA diharapkan dapat berkontribusi nyata dalam mewujudkan pembangunan berkelanjutan di Indonesia.

Dalam sesi penutupan, Dr. Idham, selaku dosen FMIPA UGM dan salah satu juri 3MT 2025, memberikan apresiasi tinggi terhadap semangat kritis dan daya inovasi para mahasiswa. “Mengerjakan penelitian di laboratorium memang tidak mudah, namun tantangan yang lebih besar adalah bagaimana kita menjelaskan hasil penelitian kepada masyarakat luas, termasuk kepada orang tua kita sendiri,” ujarnya. Ia juga menegaskan bahwa nilai utama dari kegiatan ini bukan sekadar menyusun tesis, melainkan membangun pola pikir ilmiah yang kritis dan tangguh.

Kegiatan 3 Minute Thesis FMIPA UGM 2025 ini diakhiri dengan pesan inspiratif dari para juri, antara lain Pak Theodorus, Ibu Victa, dan Dr. Idham, yang mendorong mahasiswa untuk terus berinovasi demi mewujudkan Indonesia Emas 2045. “Tidak ada yang bisa membayar pikiran kritis kita. Jadilah generasi yang tangguh dan berdaya saing,” pesan Dr. Idham menutup acara.


Penulis: Amalia Nurmalitasari
Dokumentasi: Raditya Maulana Wicaksana

Read More

89% Mahasiswa FMIPA UGM Rasakan Cuaca Dingin: Kenali Fenomena Aphelion dan Miskonsepsi yang Menyertainya

(SHUTTERSTOCK/Jose L. Stephens)

Sejak awal bulan Juli 2025, cuaca daerah Indonesia terutama pulau Jawa terasa lebih dingin dari pada biasanya. Suhu di pagi hari terasa dingin menusuk, baik pada daerah di dataran tinggi maupun dataran rendah. Dilakukan sebuah survei sederhana oleh Tim Sosial Media Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) UGM kepada mahasiswa FMIPA UGM dan mencatat bahwa 89% mahasiswa merasakan perubahan suhu yang cukup signifikan dibanding biasanya.

Fenomena ini memicu diskusi pada sosial media. Masyarakat mulai mengaitkan kondisi cuaca dingin tersebut dengan sebuah fenomena astronomi, Aphelion, kondisi dimana Bumi berada pada titik terjauh dari matahari. Simpang siur informasi tersebut melalui pesan dan isu sosial media, mengaitkan perubahan cuaca dengan fenomena tersebut dan memicu terbentuknya misinformasi.

Namun, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) membantah keterkaitan antara fenomena Aphelion dengan perubahan cuaca. Dilansir dari detik.com, BMKG menjelaskan bahwa fenomena Aphelion tidak memberikan dampak langsung terhadap perubahan suhu udara dan cuaca ekstrem di Indonesia. Aphelion terjadi merupakan fenomena astronomis yang terjadi secara berkala setiap tahun. Perubahan cuaca menjadi lebih dingin yang dirasakan justru disebabkan oleh angin muson timur yang beritup dari benua Australia yang sedang mengalami musim dingin.

Fenomena Aphelion dapat menjadi pembelajaran dan bahan edukasi bagi masyarakat. Mendalami pemahaman dalam sebuah fenomena hangat di masyarakat, turut mendukung Suistanable Development Goals (SDGs) poin ke 13 yaitu Penanganan Perubahan Iklim, dan poin 4 yakni Pendidikan Berkualitas. Pengetahuan mengenai fenomena Aphelion bisa didapatkan pada pembelajaran Program Studi Fisika dalam cabang Ilmu Astronomi.

Referensi:

Detikcom. (2025, Juli 6). Fenomena Aphelion Juli 2025: Kapan dan Apa Dampaknya bagi Bumi?
https://news.detik.com/berita/d-7990940/fenomena-aphelion-juli-2025-kapan-dan-apa-dampaknya-bagi-bumi

Penulis: Sekar Melati Putri Pratiwi
Editor: Meitha Eka Nurhasanah
Dokumentasi: Jose L. Stephens

Read More

FMIPA UGM Buka Lustrum ke-14: Dorong Peran Saintis Modern yang Siap Hadapi Tantangan Global

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Gadjah Mada (UGM) resmi membuka peringatan Lustrum ke-14 atau 70 tahun berdirinya fakultas tersebut dalam acara yang digelar pada Jumat, 11 Juli 2025 di Auditorium FMIPA UGM. Acara ini dibuka langsung oleh Dekan FMIPA UGM, Prof. Dr. Eng. Kuwat Triyana, S.Si., M.Si.. Ia  menekankan bahwa FMIPA UGM kini hadir dengan wajah baru, yakni lebih modern, berdampak, dan selaras dengan kebutuhan zaman.

“FMIPA saat ini tidak lagi hanya mencetak ilmuwan murni, tetapi juga mencetak scientific problem solvers yang siap berkontribusi langsung di dunia kerja dan masyarakat,” tegas Prof. Kuwat dalam sambutannya. Ia menjelaskan bahwa reformasi kurikulum dan pelatihan keterampilan transdisipliner telah menjadi fokus utama dalam menyiapkan mahasiswa yang tidak hanya kuat dalam teori, tetapi juga terampil secara praktis.

Salah satu isu strategis yang diangkat dalam rangkaian lustrum kali ini adalah energi nuklir, khususnya potensi uranium di Indonesia sebagai sumber energi masa depan. Hal ini, menurut Prof. Kuwat, menjadi bukti bahwa FMIPA UGM juga mengambil peran dalam diskursus energi bersih dan transisi energi, yang sejalan dengan Sustainable Development Goals (SDGs), khususnya tujuan ke-7 (Affordable and lean Energy) dan ke-13 (Climate Action). “Kita ingin menciptakan saintis yang tidak hanya cerdas, tapi juga sadar akan tantangan global, seperti krisis energi dan perubahan iklim, sekaligus mampu berperan nyata dalam mencari solusinya,” tambahnya.

Lustrum ke-14 FMIPA UGM akan berlangsung hingga Desember 2025, dengan rangkaian kegiatan ilmiah, pengabdian masyarakat, seminar energi, hingga festival sains untuk publik. Melalui perayaan lustrum ke-14 ini, FMIPA UGM ingin mengukuhkan komitmennya untuk terus berinovasi dan menjadi pusat keunggulan sains yang berdampak. Selama lima tahun terakhir, FMIPA UGM telah menjalin kolaborasi internasional dalam bidang riset energi alternatif, big data sains, dan keberlanjutan, serta membuka program-program baru berbasis interdisipliner.

Penulis: Amalia Nurmalitasari
Editor: Meitha Eka Nurhasanah
Dokumentasi: Aphrodity

Read More

Mahasiswi Fisika UGM Soroti Kondisi Saintis di Indonesia dan Peran Fisika bagi Masyarakat Lewat Pengabdiannya dalam Menyokong Tsunami Ready Community

Bagi banyak mahasiswa, menempuh pendidikan tinggi merupakan jendela menuju kesuksesan di masa depan. Namun, bagi sebagian lainnya, khususnya mereka yang menekuni bidang sains seperti fisika, masa depan tersebut kerap dibayangi oleh realitas yang belum ideal. Hal ini diungkapkan oleh Inna Tahalliah, mahasiswi Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Gadjah Mada (UGM).

“Sebagai mahasiswi fisika, saya melihat menjadi saintis di Indonesia bukan sekadar tentang mencintai ilmu, tetapi juga soal bertahan di tengah berbagai keterbatasan,” tutur Inna. Ia menggambarkan bagaimana para calon ilmuwan di Indonesia harus berjuang, tidak hanya menghadapi kompleksitas teori, tetapi juga sistem yang belum sepenuhnya mendukung.

Minimnya dukungan terhadap riset, keterbatasan infrastruktur, serta kesejahteraan yang belum memadai menjadi tantangan nyata bagi banyak saintis muda. “Tak sedikit yang akhirnya memilih jalan lain, atau bahkan hijrah ke luar negeri demi mendapatkan apresiasi yang lebih layak,” lanjutnya. Padahal, menurutnya, sains memiliki peran strategis dalam menjawab berbagai tantangan bangsa. “Dari krisis energi hingga pengembangan teknologi berkelanjutan, fisika punya jawabannya. Namun, bagaimana kami bisa berkontribusi jika fondasi untuk tumbuh saja belum kokoh?” ujarnya.

Meski begitu, Inna tetap menyalakan harapan. Ia berharap Indonesia dapat benar-benar menghargai para ilmuwan, bukan sekadar melalui pujian seremonial, melainkan lewat sistem yang berpihak dan mendukung secara konkret. “Tanpa kesejahteraan saintis, mimpi menjadi bangsa yang mandiri secara teknologi hanya akan menjadi wacana,” pungkasnya.

Tak hanya aktif secara akademik, Inna juga turut mewujudkan cita-citanya melalui peran langsung di masyarakat. Ia kerap menjadi asisten praktikum lintas program studi, membantu mahasiswa memahami berbagai eksperimen dasar fisika. Selain itu, ia juga terlibat dalam program magang kolaboratif antara Departemen Fisika FMIPA UGM dan BMKG. Dalam program tersebut, Inna berkontribusi pada pemenuhan 12 indikator Tsunami Ready Community (TRC) yang diinisiasi oleh UNESCO.

“Di sana, saya melihat bagaimana sains benar-benar bisa hadir di tengah masyarakat, bukan hanya di atas kertas jurnal,” tutupnya.

Kontribusi nyata yang ia lakukan menjadi bukti kepeduliannya terhadap kemajuan sains dan peran saintis di Indonesia. Dalam hal ini, FMIPA UGM sendiri terus berupaya menjadi ruang tumbuh yang mendukung para mahasiswa dan peneliti muda. Melalui program-program akademik dan kemitraan riset, fakultas ini mendorong mahasiswa untuk tidak hanya unggul secara teoritis, tetapi juga mampu memberikan kontribusi nyata di tengah masyarakat. Hal ini sejalan dengan komitmen global dalam mencapai Sustainable Development Goals (SDGs), terutama pada tujuan nomor 4 (Pendidikan Berkualitas), 9 (Inovasi dan Infrastruktur), dan 13 (Penanganan Perubahan Iklim). Adanya kolaborasi dengan lembaga eksternal seperti BMKG juga menjadi bukti FMIPA UGM dalam mengimplementasikan nilai SDG 17 (Kemitraan untuk Mencapai Tujuan).

Penulis : Meitha Eka Nurhasanah
Kontributor : Inna Tahalliah

Read More

Mahasiswa Geofisika UGM Perdalam Pemahaman Geohazard dalam Seminar Kebencanaan Sebagai Persiapan Kuliah Lapangan

Mahasiswa Geofisika Universitas Gadjah Mada (UGM) angkatan 2022 sukses menggelar seminar Geohazard atau kebencanaan pada tanggal  22 Maret 2025, sebagai salah satu Pre-event Field Camp SEG UGM-SC 2025. Kegiatan seminar ini dilaksanakan guna menjadi bekal dan persiapan bagi Mahasiswa Geofisika angkatan 2022, sebelum melaksanakan kuliah lapangan terakhir semasa perkuliahan.

Dengan menghadirkan Drs. Imam Suyanto, M.Si., selaku dosen Geofisika FMIPA UGM sebagai pemateri, peserta mendapatkan kesempatan untuk memperoleh ilmu dari ahli yang berpengalaman pada bidang Geohazard.

Sesuai dengan tema Field Camp SEG UGM-SC 2025 yaitu “Geophysical Exploration for Geotechnical Analysis at Sermo Dam Yogyakarta” pembelajaran mengenai resiko bencana menjadi sebuah dasar yang tepat sebelum melakukan studi selanjutnya. Pak Imam mengangkat materi dengan tajuk “Peranan Geofisika Dalam Pengurangan Resiko Bencana” yang menunjukkan akan pentingnya pengetahuan mengenai resiko bencana bagi seorang mahasiswa Geofisika. Selain itu, dalam materinya Pak Imam juga menjelaskan berbagai macam metode Geofisika dan pengaplikasiannya dalam berbagai macam bencana.

Selain pemaparan teori, seminar ini juga dilengkapi dengan sesi diskusi interaktif, di mana mahasiswa berkesempatan untuk bertanya langsung kepada pemateri mengenai penerapan teknik Geofisika dalam mitigasi bencana. Antusiasme peserta terlihat dari berbagai pertanyaan yang diajukan, mencerminkan ketertarikan mereka terhadap topik ini.

Seminar ini tidak hanya menjadi ajang pembelajaran bagi mahasiswa, tetapi juga sejalan dengan upaya mendukung tujuan pembangunan berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs) nomor 4, yaitu Pendidikan Berkualitas, serta SDGs nomor 13, yaitu Penanganan Perubahan Iklim. Dengan adanya seminar ini, mahasiswa Geofisika UGM diharapkan lebih siap dalam melakukan eksplorasi Geofisika yang efektif dan memiliki kesadaran terhadap risiko kebencanaan.

Penulis: Sekar Melati Putri Pratiwi
Dokumentasi: Tim Dokumentasi Field Camp SEG UGM-SC 2025
Editor: Meitha Eka Nurhasanah

Read More

Pengukuhan Guru Besar Prof. Suherman, S.Si., M.Sc., Ph.D, Tekankan Peran Penting Sensor Berbasis Nanomaterial dan AI untuk Lingkungan

Prof. Suherman, S.Si., M.Sc., Ph.D secara resmi dikukuhkan sebagai Guru Besar dalam bidang Kimia Analitik pada Selasa (22/4) dalam Sidang Terbuka Senat Guru Besar yang dilaksanakan di Ruang Balai Senat. Dalam pidato pengukuhannya, Prof. Suherman memaparkan orasi ilmiah berjudul Pengembangan Sensor dan Biosensor Kimia Berbasis Nanomaterial untuk Aplikasi Analisis Kimia Lingkungan.

Dalam orasinya, Prof. Suherman menekankan pentingnya inovasi dalam pengembangan sensor kimia untuk pemantauan lingkungan yang lebih akurat dan efisien. Ia mengungkapkan bahwa risetnya telah mencapai kemajuan signifikan, dengan pengintegrasian teknologi nano sensor bersama artificial intelegent (AI) sebagai lompatan baru dalam mendeteksi kontaminan lingkungan secara real-time. “Sensor kimia yang dikembangkan bukan hanya berperan sebagai alat deteksi, tetapi telah menjadi sistem cerdas yang mampu menganalisis dan menafsirkan data secara otomatis,” ujarnya.

Lebih dari sekadar paparan ilmiah, Prof. Suherman juga menyampaikan filosofi yang menjadi dasar semangat penelitiannya. Ia mengaitkan aktivitas meneliti dan mengembangkan ilmu dengan makna mendalam dari Al-Qur’an surat Al-‘Alaq ayat 1: Iqro. Menurutnya, kata “Iqro” yang berasal dari qaraa-yaqra’u-qira’ah memiliki makna tidak hanya membaca, tetapi juga menghimpun informasi, mendalami, dan meneliti. “Iqro” bukan sekadar perintah membaca, tapi ajakan untuk memahami dan menggali ilmu secara mendalam. Inilah landasan spiritual yang selalu saya pegang dalam berkarir di dunia riset,” terang Prof. Suherman.

Acara pengukuhan tersebut turut dihadiri oleh jajaran pimpinan universitas, kolega, mahasiswa, serta keluarga besar Prof. Suherman yang memberikan dukungan penuh atas pencapaiannya. Dalam wawancara yang dilakukan ia juga membagikan kisah pribadi tentang motivasi dan tantangan yang dihadapinya selama perjalanan akademik. Keluarga menjadi sumber utama inspirasi, sementara manajemen waktu disebut sebagai tantangan terbesar yang harus ia taklukkan untuk meraih gelar Guru Besar.

“Menjadi peneliti dan akademisi bukanlah perjalanan yang mudah. Saya belajar keras bagaimana memprioritaskan waktu dan tetap fokus agar bisa terus berkarya dan berkontribusi,” tambahnya.

Sebagai penutup, Prof. Suherman menegaskan bahwa riset dan pengembangan sensor berbasis nanomaterial dan kecerdasan buatan ini selaras dengan beberapa Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs), khususnya SDG 3 tentang Kehidupan Sehat dan Sejahtera, melalui deteksi dini zat pencemar yang berdampak pada kesehatan masyarakat, SDG 6 tentang Air Bersih dan Sanitasi Layak, dengan alat yang dapat memantau kualitas air secara akurat. Kemudian SDG 9 mengenai Industri, Inovasi dan Infrastruktur, melalui integrasi teknologi mutakhir, serta SDG 13 mengenai Penanganan Perubahan Iklim, dengan kontribusi pada sistem monitoring lingkungan secara berkelanjutan.

Penulis: Amalia Nurmalitasari
Dokumentasi:  Raditya Maulana Adiwicaksana
Editor: Meitha Eka Nurhasanah

Read More

Raih Gelar Doktor di Usia 25 Tahun, Rizky Aflaha Jadi Lulusan Termuda Wisuda Pascasarjana FMIPA UGM Periode 1 Tahun 2025

Wisuda Periode I 2025 Pascasarjana FMIPA UGM meluluskan salah satu wisudawan dengan usia termuda, IPK tertinggi, serta masa studi tercepat untuk Program Doktor. Prestasi ini diraih oleh Rizky Aflaha, yang pada usia 25 tahun resmi mendapatkan gelar Doktor Fisika di FMIPA UGM. Pencapaiannya ini menjadikannya sebagai salah satu lulusan doktor termuda di FMIPA UGM.

Sejak kecil, Aflah telah mengidolakan sosok almarhum B.J. Habibie yang menginspirasi dirinya untuk menempuh pendidikan hingga jenjang tertinggi. “Dari kecil saya ingin seperti Pak Habibie, bisa melanjutkan studi dan memberikan kontribusi nyata bagi bangsa,” ujarnya.

Dalam disertasinya, Aflah meneliti aplikasi nanofiber, sebuah serat berukutan nanometer, untuk keperluan sensor dan membran filter udara. Ketertarikannya pada topik ini telah dimulai sejak jenjang sarjana, saat ia meneliti penggunaan nanfofiber untuk menjadi sensor gas tertentu.

Perjalanan studinya tak terlepas dari berbagai tantangan. Aflah mengaku, masa studi saat jenjang magister terasa lebih berat karena harus menyelesaikan 32 – 40 SKS dalam satu tahun. “Saat S3 ini cenderung lebih ringan jika dibandingkan S2, kelasnya sedikit dan lebih banyak di laboratorium,“ ujarnya. Tak hanya dari tantangan akademik, Aflah juga memiliki keinginan untuk bermain dan jalan-jalan, namun, kesadarannya akan prioritas akademik membuatnya tetap fokus dalam menyelesaikan studinya.

“Pesan saya untuk mahasiswa, pahami prioritas dan tetap semangat. Kurangi main dan scrolling, karena kita datang ke sini untuk belajar dan berkontribusi,” tutupnya.

Ke depan, Aflah berencana melanjutkan kolaborasi riset dengan dosennya untuk membangun startup berbasis hasil penelitian agar inovasi dari kampus dapat berdampak bagi masyarakat. Langkah ini sejalan dengan Suistanable Development Goals (SDGs), khususnya poin 4 (Pendidikan berkualitas), poin 9 (Industri, Inovasi, dan Infrastruktur), serta poin 13 (Penanganan Perubahan Iklim) melalui pengembangan teknologi ramah lingkungan.

Penulis: Sekar Melati Putri Pratiwi
Dokumentasi: Raditya Maulana Adiwicaksana
Editor: Meitha Eka Nurhasanah

Read More

Mahasiswa Geofisika UGM Laksanakan Field Camp SEG UGM-SC 2025 di Waduk Sermo

Program Studi Geofisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) UGM melaksanakan kegiatan kuliah lapangan Field Camp SEG UGM SC 2025 yang berlokasi di Waduk Sermo, Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta. Kegiatan ini merupakan proyek tahunan yang merupakan bagian penting bagi mahasiswa tahun keempat Program Studi Geofisika FMIPA UGM untuk menerapkan ilmu dan keterampilan geofisika pada permasalahan dunia nyata.

Tahun ini, Field Camp SEG UGM-SC 2025 mengusung tema “Geophysical Exploration for Geotechnical Analysis at Sermo Dam.” Waduk Sermo memiliki peran penting sebagai sumber air untuk irigasi dan kebutuhan domestik, sehingga kegiatan ini berfokus pada analisis ketahanan infrastruktur dan keamanan waduk melalui penerapan berbagai metode geofisika.

Untuk mencapai tujuan tersebut, dipilih empat metode utama yang kemudian akan melakukan akuisisi lapangan secara kontinyu selama sembilan hari di Waduk Sermo. Empat metode tersebut adalah Metode Seismik refraksi dan Multichannel Analysis Surface Wave (RMASW), Metode Very Low Frequency (VLF), Metode Ground Penetrating Radar (GPR), serta Metode Electrical Resistivity Tomography (ERT).

Kegiatan lapangan dilaksanakan mulai 13 – 22 September 2025, pada lokasi-lokasi yang telah ditentukan melalui survey oleh panitia Field Camp SEG UGM-SC 2025. Dalam Sembilan hari tersebut, seluruh mahasiswa peserta kegiatan melakukan akuisisi, pengolahan, dan interpretasi data setiap harinya. Mahasiswa juga menyampaikan hasil pengolahan data melalui presentasi, yang kemudian dapat dievaluasi langsung dari dosen pendamping yang turut hadir dalam kegiatan ini.

Kegiatan Field Camp SEG UGM-SC 2025 turut mendukung berjalannya Suistanable Development Goals (SDGs) khususnya poin 4 (Pendidikan Berkualitas) melalui pembelajaran berbasis praktik, poin 6 (Air Bersih dan Sanitasi Layak), poin 9 (Industri, Inovasi, dan Infrastruktur), serta poin 11 (Kota dan Permukiman Berkelanjutan) melalui analisis keamanan infrastruktur dan eksplorasi air tanah, serta poin 13 (Penanganan Perubahan Iklim). Melalui kegiatan ini, mahasiswa Geofisika FMIPA UGM diharapkan semakin siap menghadapi tantangan di dunia industri dan penelitian geosains masa depan.

Penulis: Sekar Melati Putri Pratiwi
Dokumentasi: Tim Dokumentasi Field Camp SEG UGM-Sc 2025
Editor: Meitha Eka Nurhasanah

Read More

FMIPA UGM Gelar Three Minutes Thesis: Wujudkan Generasi Emas 2045 yang Berdaya Saing

Yogyakarta (FMIPA UGM), Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Gadjah Mada menyelenggarakan kegiatan 3 Minute Thesis (3MT) tahun 2025 pada tanggal 17 Oktober 2025. Sebuah kompetisi yang menantang mahasiswa untuk mempresentasikan hasil penelitian tesisnya secara ringkas, menarik, dan mudah dipahami hanya dalam waktu tiga menit.

Rangkaian presentasi peserta menampilkan beragam topik riset yang mencerminkan kontribusi sains terhadap keberlanjutan energi, lingkungan, dan kesehatan. Beberapa di antaranya meliputi analisis risiko seismik pada reaktor nuklir, pemanfaatan spektroskopi untuk keamanan pangan, penelitian biodiesel ramah lingkungan, serta pengembangan katalis logam tanah jarang untuk degradasi zat warna industri.

Selain itu, inovasi di bidang teknologi energi turut mencuri perhatian, seperti pengembangan alat deteksi potensi geotermal dan rancangan molekul baru untuk terapi kanker payudara. Para peserta juga menyoroti pentingnya kolaborasi antara pemerintah, peneliti, dan masyarakat dalam menghadapi tantangan global, mulai dari mitigasi bencana hingga transisi menuju energi hijau. Secara keseluruhan, ajang ini diikuti oleh sejumlah peserta terpilih dari berbagai program studi di lingkungan FMIPA UGM.

Kegiatan 3 Minute Thesis FMIPA UGM 2025 juga menegaskan komitmen fakultas terhadap pencapaian Sustainable Development Goals SDGs, khususnya dalam bidang kualitas pendidikan SDG 4, energi bersih dan terjangkau SDG 7, industri, inovasi, dan infrastruktur SDG 9, serta aksi terhadap perubahan iklim SDG 13. Melalui penelitian-penelitian inovatif, mahasiswa FMIPA diharapkan dapat berkontribusi nyata dalam mewujudkan pembangunan berkelanjutan di Indonesia.

Dalam sesi penutupan, Dr. Idham, selaku dosen FMIPA UGM dan salah satu juri 3MT 2025, memberikan apresiasi tinggi terhadap semangat kritis dan daya inovasi para mahasiswa. “Mengerjakan penelitian di laboratorium memang tidak mudah, namun tantangan yang lebih besar adalah bagaimana kita menjelaskan hasil penelitian kepada masyarakat luas, termasuk kepada orang tua kita sendiri,” ujarnya. Ia juga menegaskan bahwa nilai utama dari kegiatan ini bukan sekadar menyusun tesis, melainkan membangun pola pikir ilmiah yang kritis dan tangguh.

Kegiatan 3 Minute Thesis FMIPA UGM 2025 ini diakhiri dengan pesan inspiratif dari para juri, antara lain Pak Theodorus, Ibu Victa, dan Dr. Idham, yang mendorong mahasiswa untuk terus berinovasi demi mewujudkan Indonesia Emas 2045. “Tidak ada yang bisa membayar pikiran kritis kita. Jadilah generasi yang tangguh dan berdaya saing,” pesan Dr. Idham menutup acara.


Penulis: Amalia Nurmalitasari
Dokumentasi: Raditya Maulana Wicaksana

Read More

89% Mahasiswa FMIPA UGM Rasakan Cuaca Dingin: Kenali Fenomena Aphelion dan Miskonsepsi yang Menyertainya

(SHUTTERSTOCK/Jose L. Stephens)

Sejak awal bulan Juli 2025, cuaca daerah Indonesia terutama pulau Jawa terasa lebih dingin dari pada biasanya. Suhu di pagi hari terasa dingin menusuk, baik pada daerah di dataran tinggi maupun dataran rendah. Dilakukan sebuah survei sederhana oleh Tim Sosial Media Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) UGM kepada mahasiswa FMIPA UGM dan mencatat bahwa 89% mahasiswa merasakan perubahan suhu yang cukup signifikan dibanding biasanya.

Fenomena ini memicu diskusi pada sosial media. Masyarakat mulai mengaitkan kondisi cuaca dingin tersebut dengan sebuah fenomena astronomi, Aphelion, kondisi dimana Bumi berada pada titik terjauh dari matahari. Simpang siur informasi tersebut melalui pesan dan isu sosial media, mengaitkan perubahan cuaca dengan fenomena tersebut dan memicu terbentuknya misinformasi.

Namun, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) membantah keterkaitan antara fenomena Aphelion dengan perubahan cuaca. Dilansir dari detik.com, BMKG menjelaskan bahwa fenomena Aphelion tidak memberikan dampak langsung terhadap perubahan suhu udara dan cuaca ekstrem di Indonesia. Aphelion terjadi merupakan fenomena astronomis yang terjadi secara berkala setiap tahun. Perubahan cuaca menjadi lebih dingin yang dirasakan justru disebabkan oleh angin muson timur yang beritup dari benua Australia yang sedang mengalami musim dingin.

Fenomena Aphelion dapat menjadi pembelajaran dan bahan edukasi bagi masyarakat. Mendalami pemahaman dalam sebuah fenomena hangat di masyarakat, turut mendukung Suistanable Development Goals (SDGs) poin ke 13 yaitu Penanganan Perubahan Iklim, dan poin 4 yakni Pendidikan Berkualitas. Pengetahuan mengenai fenomena Aphelion bisa didapatkan pada pembelajaran Program Studi Fisika dalam cabang Ilmu Astronomi.

Referensi:

Detikcom. (2025, Juli 6). Fenomena Aphelion Juli 2025: Kapan dan Apa Dampaknya bagi Bumi?
https://news.detik.com/berita/d-7990940/fenomena-aphelion-juli-2025-kapan-dan-apa-dampaknya-bagi-bumi

Penulis: Sekar Melati Putri Pratiwi
Editor: Meitha Eka Nurhasanah
Dokumentasi: Jose L. Stephens

Read More

FMIPA UGM Buka Lustrum ke-14: Dorong Peran Saintis Modern yang Siap Hadapi Tantangan Global

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Gadjah Mada (UGM) resmi membuka peringatan Lustrum ke-14 atau 70 tahun berdirinya fakultas tersebut dalam acara yang digelar pada Jumat, 11 Juli 2025 di Auditorium FMIPA UGM. Acara ini dibuka langsung oleh Dekan FMIPA UGM, Prof. Dr. Eng. Kuwat Triyana, S.Si., M.Si.. Ia  menekankan bahwa FMIPA UGM kini hadir dengan wajah baru, yakni lebih modern, berdampak, dan selaras dengan kebutuhan zaman.

“FMIPA saat ini tidak lagi hanya mencetak ilmuwan murni, tetapi juga mencetak scientific problem solvers yang siap berkontribusi langsung di dunia kerja dan masyarakat,” tegas Prof. Kuwat dalam sambutannya. Ia menjelaskan bahwa reformasi kurikulum dan pelatihan keterampilan transdisipliner telah menjadi fokus utama dalam menyiapkan mahasiswa yang tidak hanya kuat dalam teori, tetapi juga terampil secara praktis.

Salah satu isu strategis yang diangkat dalam rangkaian lustrum kali ini adalah energi nuklir, khususnya potensi uranium di Indonesia sebagai sumber energi masa depan. Hal ini, menurut Prof. Kuwat, menjadi bukti bahwa FMIPA UGM juga mengambil peran dalam diskursus energi bersih dan transisi energi, yang sejalan dengan Sustainable Development Goals (SDGs), khususnya tujuan ke-7 (Affordable and lean Energy) dan ke-13 (Climate Action). “Kita ingin menciptakan saintis yang tidak hanya cerdas, tapi juga sadar akan tantangan global, seperti krisis energi dan perubahan iklim, sekaligus mampu berperan nyata dalam mencari solusinya,” tambahnya.

Lustrum ke-14 FMIPA UGM akan berlangsung hingga Desember 2025, dengan rangkaian kegiatan ilmiah, pengabdian masyarakat, seminar energi, hingga festival sains untuk publik. Melalui perayaan lustrum ke-14 ini, FMIPA UGM ingin mengukuhkan komitmennya untuk terus berinovasi dan menjadi pusat keunggulan sains yang berdampak. Selama lima tahun terakhir, FMIPA UGM telah menjalin kolaborasi internasional dalam bidang riset energi alternatif, big data sains, dan keberlanjutan, serta membuka program-program baru berbasis interdisipliner.

Penulis: Amalia Nurmalitasari
Editor: Meitha Eka Nurhasanah
Dokumentasi: Aphrodity

Read More

Mahasiswi Fisika UGM Soroti Kondisi Saintis di Indonesia dan Peran Fisika bagi Masyarakat Lewat Pengabdiannya dalam Menyokong Tsunami Ready Community

Bagi banyak mahasiswa, menempuh pendidikan tinggi merupakan jendela menuju kesuksesan di masa depan. Namun, bagi sebagian lainnya, khususnya mereka yang menekuni bidang sains seperti fisika, masa depan tersebut kerap dibayangi oleh realitas yang belum ideal. Hal ini diungkapkan oleh Inna Tahalliah, mahasiswi Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Gadjah Mada (UGM).

“Sebagai mahasiswi fisika, saya melihat menjadi saintis di Indonesia bukan sekadar tentang mencintai ilmu, tetapi juga soal bertahan di tengah berbagai keterbatasan,” tutur Inna. Ia menggambarkan bagaimana para calon ilmuwan di Indonesia harus berjuang, tidak hanya menghadapi kompleksitas teori, tetapi juga sistem yang belum sepenuhnya mendukung.

Minimnya dukungan terhadap riset, keterbatasan infrastruktur, serta kesejahteraan yang belum memadai menjadi tantangan nyata bagi banyak saintis muda. “Tak sedikit yang akhirnya memilih jalan lain, atau bahkan hijrah ke luar negeri demi mendapatkan apresiasi yang lebih layak,” lanjutnya. Padahal, menurutnya, sains memiliki peran strategis dalam menjawab berbagai tantangan bangsa. “Dari krisis energi hingga pengembangan teknologi berkelanjutan, fisika punya jawabannya. Namun, bagaimana kami bisa berkontribusi jika fondasi untuk tumbuh saja belum kokoh?” ujarnya.

Meski begitu, Inna tetap menyalakan harapan. Ia berharap Indonesia dapat benar-benar menghargai para ilmuwan, bukan sekadar melalui pujian seremonial, melainkan lewat sistem yang berpihak dan mendukung secara konkret. “Tanpa kesejahteraan saintis, mimpi menjadi bangsa yang mandiri secara teknologi hanya akan menjadi wacana,” pungkasnya.

Tak hanya aktif secara akademik, Inna juga turut mewujudkan cita-citanya melalui peran langsung di masyarakat. Ia kerap menjadi asisten praktikum lintas program studi, membantu mahasiswa memahami berbagai eksperimen dasar fisika. Selain itu, ia juga terlibat dalam program magang kolaboratif antara Departemen Fisika FMIPA UGM dan BMKG. Dalam program tersebut, Inna berkontribusi pada pemenuhan 12 indikator Tsunami Ready Community (TRC) yang diinisiasi oleh UNESCO.

“Di sana, saya melihat bagaimana sains benar-benar bisa hadir di tengah masyarakat, bukan hanya di atas kertas jurnal,” tutupnya.

Kontribusi nyata yang ia lakukan menjadi bukti kepeduliannya terhadap kemajuan sains dan peran saintis di Indonesia. Dalam hal ini, FMIPA UGM sendiri terus berupaya menjadi ruang tumbuh yang mendukung para mahasiswa dan peneliti muda. Melalui program-program akademik dan kemitraan riset, fakultas ini mendorong mahasiswa untuk tidak hanya unggul secara teoritis, tetapi juga mampu memberikan kontribusi nyata di tengah masyarakat. Hal ini sejalan dengan komitmen global dalam mencapai Sustainable Development Goals (SDGs), terutama pada tujuan nomor 4 (Pendidikan Berkualitas), 9 (Inovasi dan Infrastruktur), dan 13 (Penanganan Perubahan Iklim). Adanya kolaborasi dengan lembaga eksternal seperti BMKG juga menjadi bukti FMIPA UGM dalam mengimplementasikan nilai SDG 17 (Kemitraan untuk Mencapai Tujuan).

Penulis : Meitha Eka Nurhasanah
Kontributor : Inna Tahalliah

Read More

Mahasiswa Geofisika UGM Perdalam Pemahaman Geohazard dalam Seminar Kebencanaan Sebagai Persiapan Kuliah Lapangan

Mahasiswa Geofisika Universitas Gadjah Mada (UGM) angkatan 2022 sukses menggelar seminar Geohazard atau kebencanaan pada tanggal  22 Maret 2025, sebagai salah satu Pre-event Field Camp SEG UGM-SC 2025. Kegiatan seminar ini dilaksanakan guna menjadi bekal dan persiapan bagi Mahasiswa Geofisika angkatan 2022, sebelum melaksanakan kuliah lapangan terakhir semasa perkuliahan.

Dengan menghadirkan Drs. Imam Suyanto, M.Si., selaku dosen Geofisika FMIPA UGM sebagai pemateri, peserta mendapatkan kesempatan untuk memperoleh ilmu dari ahli yang berpengalaman pada bidang Geohazard.

Sesuai dengan tema Field Camp SEG UGM-SC 2025 yaitu “Geophysical Exploration for Geotechnical Analysis at Sermo Dam Yogyakarta” pembelajaran mengenai resiko bencana menjadi sebuah dasar yang tepat sebelum melakukan studi selanjutnya. Pak Imam mengangkat materi dengan tajuk “Peranan Geofisika Dalam Pengurangan Resiko Bencana” yang menunjukkan akan pentingnya pengetahuan mengenai resiko bencana bagi seorang mahasiswa Geofisika. Selain itu, dalam materinya Pak Imam juga menjelaskan berbagai macam metode Geofisika dan pengaplikasiannya dalam berbagai macam bencana.

Selain pemaparan teori, seminar ini juga dilengkapi dengan sesi diskusi interaktif, di mana mahasiswa berkesempatan untuk bertanya langsung kepada pemateri mengenai penerapan teknik Geofisika dalam mitigasi bencana. Antusiasme peserta terlihat dari berbagai pertanyaan yang diajukan, mencerminkan ketertarikan mereka terhadap topik ini.

Seminar ini tidak hanya menjadi ajang pembelajaran bagi mahasiswa, tetapi juga sejalan dengan upaya mendukung tujuan pembangunan berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs) nomor 4, yaitu Pendidikan Berkualitas, serta SDGs nomor 13, yaitu Penanganan Perubahan Iklim. Dengan adanya seminar ini, mahasiswa Geofisika UGM diharapkan lebih siap dalam melakukan eksplorasi Geofisika yang efektif dan memiliki kesadaran terhadap risiko kebencanaan.

Penulis: Sekar Melati Putri Pratiwi
Dokumentasi: Tim Dokumentasi Field Camp SEG UGM-SC 2025
Editor: Meitha Eka Nurhasanah

Read More

Pengukuhan Guru Besar Prof. Suherman, S.Si., M.Sc., Ph.D, Tekankan Peran Penting Sensor Berbasis Nanomaterial dan AI untuk Lingkungan

Prof. Suherman, S.Si., M.Sc., Ph.D secara resmi dikukuhkan sebagai Guru Besar dalam bidang Kimia Analitik pada Selasa (22/4) dalam Sidang Terbuka Senat Guru Besar yang dilaksanakan di Ruang Balai Senat. Dalam pidato pengukuhannya, Prof. Suherman memaparkan orasi ilmiah berjudul Pengembangan Sensor dan Biosensor Kimia Berbasis Nanomaterial untuk Aplikasi Analisis Kimia Lingkungan.

Dalam orasinya, Prof. Suherman menekankan pentingnya inovasi dalam pengembangan sensor kimia untuk pemantauan lingkungan yang lebih akurat dan efisien. Ia mengungkapkan bahwa risetnya telah mencapai kemajuan signifikan, dengan pengintegrasian teknologi nano sensor bersama artificial intelegent (AI) sebagai lompatan baru dalam mendeteksi kontaminan lingkungan secara real-time. “Sensor kimia yang dikembangkan bukan hanya berperan sebagai alat deteksi, tetapi telah menjadi sistem cerdas yang mampu menganalisis dan menafsirkan data secara otomatis,” ujarnya.

Lebih dari sekadar paparan ilmiah, Prof. Suherman juga menyampaikan filosofi yang menjadi dasar semangat penelitiannya. Ia mengaitkan aktivitas meneliti dan mengembangkan ilmu dengan makna mendalam dari Al-Qur’an surat Al-‘Alaq ayat 1: Iqro. Menurutnya, kata “Iqro” yang berasal dari qaraa-yaqra’u-qira’ah memiliki makna tidak hanya membaca, tetapi juga menghimpun informasi, mendalami, dan meneliti. “Iqro” bukan sekadar perintah membaca, tapi ajakan untuk memahami dan menggali ilmu secara mendalam. Inilah landasan spiritual yang selalu saya pegang dalam berkarir di dunia riset,” terang Prof. Suherman.

Acara pengukuhan tersebut turut dihadiri oleh jajaran pimpinan universitas, kolega, mahasiswa, serta keluarga besar Prof. Suherman yang memberikan dukungan penuh atas pencapaiannya. Dalam wawancara yang dilakukan ia juga membagikan kisah pribadi tentang motivasi dan tantangan yang dihadapinya selama perjalanan akademik. Keluarga menjadi sumber utama inspirasi, sementara manajemen waktu disebut sebagai tantangan terbesar yang harus ia taklukkan untuk meraih gelar Guru Besar.

“Menjadi peneliti dan akademisi bukanlah perjalanan yang mudah. Saya belajar keras bagaimana memprioritaskan waktu dan tetap fokus agar bisa terus berkarya dan berkontribusi,” tambahnya.

Sebagai penutup, Prof. Suherman menegaskan bahwa riset dan pengembangan sensor berbasis nanomaterial dan kecerdasan buatan ini selaras dengan beberapa Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs), khususnya SDG 3 tentang Kehidupan Sehat dan Sejahtera, melalui deteksi dini zat pencemar yang berdampak pada kesehatan masyarakat, SDG 6 tentang Air Bersih dan Sanitasi Layak, dengan alat yang dapat memantau kualitas air secara akurat. Kemudian SDG 9 mengenai Industri, Inovasi dan Infrastruktur, melalui integrasi teknologi mutakhir, serta SDG 13 mengenai Penanganan Perubahan Iklim, dengan kontribusi pada sistem monitoring lingkungan secara berkelanjutan.

Penulis: Amalia Nurmalitasari
Dokumentasi:  Raditya Maulana Adiwicaksana
Editor: Meitha Eka Nurhasanah

Read More
Translate