Search
Search
Search

Mahasiswa FMIPA UGM Berikan Inovasi dan Edukasi sebagai Upaya Menjawab Tantangan Pengelolaan Sampah DIY Secara Berkelanjutan

Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) kini dihadapkan pada tantangan besar dalam pengelolaan sampah, khususnya setelah penurunan signifikan daya tampung Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu (TPST) regional pada 2023, dari 780 ton menjadi hanya 450 ton per hari. Meskipun volume sampah yang dikelola berhasil ditekan menjadi 756 ton per hari, data menunjukkan produksi sampah tetap stabil di angka 1.231,55 ton per hari. Hal ini mengindikasikan bahwa masih banyak sampah yang tidak tertangani dengan baik, menciptakan masalah lingkungan yang mendesak untuk diatasi.

Menjawab situasi ini, pemerintah DIY menginisiasi pendekatan holistik untuk meredam dampak lingkungan sekaligus membangun ekosistem pengelolaan sampah yang berkelanjutan. Salah satu langkah strategis yang diambil adalah mengintegrasikan edukasi lingkungan ke dalam sistem pendidikan. Melalui Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5), siswa didorong untuk aktif belajar tentang pengelolaan sampah melalui berbagai kegiatan praktis, seperti pembuatan kompos, daur ulang, dan kampanye kesadaran lingkungan. Selain itu, gerakan membawa tumbler dan kotak makanan pribadi terus digencarkan, bahkan disertai insentif berupa diskon di kantin sekolah guna meningkatkan partisipasi siswa.

“Pemerintah juga akan memperkuat pengelolaan sampah organik secara mandiri di tingkat rumah tangga, misalnya dengan metode biopori atau kompos,” ujar Guntur, perwakilan dari KM FMIPA UGM. Ia menambahkan bahwa program ini juga melibatkan penunjukan Person in Charge (PIC) di setiap kecamatan untuk memonitor keberlanjutan program pengelolaan sampah.

Selain melalui edukasi, inovasi teknologi menjadi salah satu pilar utama dalam strategi pengelolaan sampah DIY. Teknologi penangkapan gas metana mulai diimplementasikan di tempat pembuangan akhir (TPA). Teknologi ini tidak hanya membantu mengurangi emisi gas rumah kaca tetapi juga memungkinkan pemanfaatan gas metana sebagai sumber energi alternatif yang ramah lingkungan.

Dengan kombinasi kebijakan, edukasi, dan inovasi teknologi, pemerintah DIY berharap tidak hanya dapat menangani krisis sampah, tetapi juga menciptakan sistem pengelolaan yang lebih inklusif dan berkelanjutan. Dukungan aktif dari masyarakat, mulai dari rumah tangga hingga komunitas pendidikan, serta sinergi lintas sektor menjadi kunci keberhasilan langkah besar ini. Kegiatan ini turut mendukung implementasi beberapa poin Sustainable Development Goals (SDGs), seperti SDGs 11: Manajemen Bencana melalui kolaborasi dalam mengatasi krisis sampah, serta SDGs 15: Pengelolaan Ekosistem melalui penerapan teknologi pengelolaan sampah dan pengendalian pencemaran. Dengan langkah-langkah strategis ini, DIY bergerak menuju masa depan yang lebih hijau dan berkelanjutan.

Penulis: Ratih Cintia Sari
Dokumentasi: Muhammad Guntur
Editor: Sulaiman Nurhidayat

Translate