Hobi memasak mengantarkan Bimas, mahasiswa Geofisika FMIPA UGM ke dalam jejaring konsumen yang selalu memburu sambal hasil olahannya yaitu Sambal Skripsi. Sejak SMA, Bimas mengaku telah hobi juga berjualan seperti telur asin. Namun, dirinya mengaku kebutuhan saat kuliah ternyata cukup menguras kantongnya. Awalnya, Bimas memasak sambal dengan bahan baku ikan asap sebanyak 3 toples. Tak disangka, toples sambal seberat masing-masing 200 gram tersebut langsung ludes dibeli teman-temannya. Kemudian, dirinya mengembangkan variasi sambal lainnya seperti cumi asin, teri, dan ayam. Namun, pelanggannya menjadikan sambal ikan asap dan cumi asin sebagai menu favoritnya.
“Selain dapat penghasilan sendiri, senang ketika pembeli puas dengan masakan saya dengan respon baik. Saya mengartikan bahwa karya seni saya dibidang makanan atau kuliner berhasil begitu pula sebaliknya. Selain itu juga kadang seneng liat temen-temen terutama yang kos makan masakan Saya karena kan selama ini makan sering di warteg atau warmindo, mie instan dan makanan gak sehat. Saya tau betul kebersihan dan bebas pengawet maupun pewarna dari sambal ini karena Saya juga makan jadi aman lah. Kalau pesan merintis usaha singkat aja asal butuh jangan gengsi pede aja,” papar Bimas.
Di balik suksesnya menjaring konsumen, Bimas juga mengaku bahwa terdapat kendala dalam produksi sambalnya akibat ketersediaan bahan seperti ikan asap yang menurutnya cukup sulit didapatkan dan harganya yang cenderung mahal. Namun, kendala tersebut tidak membuat Bimas menyerah. Dirinya tetap mengupayakan kulitas sambalnya hingga ke tangan konsumen.
“Harapannya, semoga bisa jadi sampingan yang menghasilkan juga setelah dapat kerja nanti,” papar Bimas.
Dalam hal ini, kisah Bimas tersebut menjadi implementasi dari SDGs nomor 4 yaitu Pendidikan Berkualitas melalui peningkatan keterampilan mahasiswa di bidang wirausaha. Selain itu, upaya tersebut menjadi cerminan SDGs nomor 8 yaitu pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi melalui produktivitas ekonomi yang dilakukan.
Penulis: Febriska Noor Fitriana
Dokumentasi: Bimas Herpi Pramuditya