Search

UNIVERSITAS GADJAH MADA FACULTY OF MATHEMATICS AND NATURAL SCIENCES 

Search

UNIVERSITAS GADJAH MADA FACULTY OF MATHEMATICS AND NATURAL SCIENCES 

Search

UNIVERSITAS GADJAH MADA FACULTY OF MATHEMATICS AND NATURAL SCIENCES 

SDG 3: Kehidupan Sehat dan Sejahtera

60 Mahasiswa Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Antusias Ikuti Road to MIPA Run di Universitas Gadjah Mada

Yogyakarta – Sebanyak 60 peserta, yang mayoritas merupakan mahasiswa FMIPA UGM, turut berpartisipasi dalam kegiatan Road to MIPA Run yang berlangsung meriah pada hari ini. Acara ini merupakan rangkaian dari perayaan Dies Natalis FMIPA UGM, dengan rute lari sepanjang 5 kilometer mengelilingi area Universitas Gadjah Mada (UGM).

Para peserta memulai lari dengan pemanasan mandiri sebelum mengambil garis start. Suasana penuh semangat tampak jelas dari antusiasme peserta yang memenuhi rute lari, menunjukkan semangat kebersamaan dalam olahraga.

Selain menikmati segarnya udara pagi dan suasana kampus, peserta juga mendapat beberapa buah dan air mineral  sebagai refreshment untuk menjaga energi selama berlari. Tak hanya itu, doorprize menarik menanti mereka yang beruntung di akhir acara, menambah keseruan dan semangat para pelari. Kegiatan ini merupakan kegiatan menuju Dies Natalis FMIPA UGM ke-70.

Kegiatan ini menjadi ajang positif untuk mempererat hubungan komunitas serta mempromosikan gaya hidup sehat di lingkungan kampus. Hal ini sejalan dengan tujuan Sustainable Development Goals (SDGs), khususnya dalam mendukung kesehatan dan kesejahteraan (SDG 3) serta membangun komunitas yang berkelanjutan (SDG 11).

Penulis: Amalia Nurmalitasari
Dokumentasi:  Raditya Maulana Adiwicaksana

Read More

Pengukuhan Guru Besar Prof. Suherman, S.Si., M.Sc., Ph.D, Tekankan Peran Penting Sensor Berbasis Nanomaterial dan AI untuk Lingkungan

Prof. Suherman, S.Si., M.Sc., Ph.D secara resmi dikukuhkan sebagai Guru Besar dalam bidang Kimia Analitik pada Selasa (22/4) dalam Sidang Terbuka Senat Guru Besar yang dilaksanakan di Ruang Balai Senat. Dalam pidato pengukuhannya, Prof. Suherman memaparkan orasi ilmiah berjudul Pengembangan Sensor dan Biosensor Kimia Berbasis Nanomaterial untuk Aplikasi Analisis Kimia Lingkungan.

Dalam orasinya, Prof. Suherman menekankan pentingnya inovasi dalam pengembangan sensor kimia untuk pemantauan lingkungan yang lebih akurat dan efisien. Ia mengungkapkan bahwa risetnya telah mencapai kemajuan signifikan, dengan pengintegrasian teknologi nano sensor bersama artificial intelegent (AI) sebagai lompatan baru dalam mendeteksi kontaminan lingkungan secara real-time. “Sensor kimia yang dikembangkan bukan hanya berperan sebagai alat deteksi, tetapi telah menjadi sistem cerdas yang mampu menganalisis dan menafsirkan data secara otomatis,” ujarnya.

Lebih dari sekadar paparan ilmiah, Prof. Suherman juga menyampaikan filosofi yang menjadi dasar semangat penelitiannya. Ia mengaitkan aktivitas meneliti dan mengembangkan ilmu dengan makna mendalam dari Al-Qur’an surat Al-‘Alaq ayat 1: Iqro. Menurutnya, kata “Iqro” yang berasal dari qaraa-yaqra’u-qira’ah memiliki makna tidak hanya membaca, tetapi juga menghimpun informasi, mendalami, dan meneliti. “Iqro” bukan sekadar perintah membaca, tapi ajakan untuk memahami dan menggali ilmu secara mendalam. Inilah landasan spiritual yang selalu saya pegang dalam berkarir di dunia riset,” terang Prof. Suherman.

Acara pengukuhan tersebut turut dihadiri oleh jajaran pimpinan universitas, kolega, mahasiswa, serta keluarga besar Prof. Suherman yang memberikan dukungan penuh atas pencapaiannya. Dalam wawancara yang dilakukan ia juga membagikan kisah pribadi tentang motivasi dan tantangan yang dihadapinya selama perjalanan akademik. Keluarga menjadi sumber utama inspirasi, sementara manajemen waktu disebut sebagai tantangan terbesar yang harus ia taklukkan untuk meraih gelar Guru Besar.

“Menjadi peneliti dan akademisi bukanlah perjalanan yang mudah. Saya belajar keras bagaimana memprioritaskan waktu dan tetap fokus agar bisa terus berkarya dan berkontribusi,” tambahnya.

Sebagai penutup, Prof. Suherman menegaskan bahwa riset dan pengembangan sensor berbasis nanomaterial dan kecerdasan buatan ini selaras dengan beberapa Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs), khususnya SDG 3 tentang Kehidupan Sehat dan Sejahtera, melalui deteksi dini zat pencemar yang berdampak pada kesehatan masyarakat, SDG 6 tentang Air Bersih dan Sanitasi Layak, dengan alat yang dapat memantau kualitas air secara akurat. Kemudian SDG 9 mengenai Industri, Inovasi dan Infrastruktur, melalui integrasi teknologi mutakhir, serta SDG 13 mengenai Penanganan Perubahan Iklim, dengan kontribusi pada sistem monitoring lingkungan secara berkelanjutan.

Penulis: Amalia Nurmalitasari
Dokumentasi:  Raditya Maulana Adiwicaksana
Editor: Meitha Eka Nurhasanah

Read More

Perjalanan Inspiratif Mahardi Nalendra Syafa Mewujudkan Mimpi Menjadi Mahasiswa Berprestasi FMIPA UGM

Siapa sangka sebuah mimpi yang ditulis di awal masa kuliah bisa menjadi nyata di penghujung perjalanan akademik? Itulah yang dialami oleh Mahardi Nalendra Syafa, mahasiswa Statistika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Gadjah Mada (FMIPA UGM) yang berhasil meraih gelar Mahasiswa Berprestasi (Mapres) FMIPA UGM 2025. Mahasiswa yang selalu berpegang pada prinsip set the goals high, go big or go home ini membagikan kisah perjalanan inspiratifnya mewujudkan impian menjadi Mapres.

“Saat masa Pelatihan Pembelajar Sukses bagi Mahasiswa Baru (PPSMB) UGM, kami diminta menuliskan mimpi yang ingin diraih selama kuliah.  Ketika itu, saya menulis ingin menjadi mahasiswa berprestasi,” kenangnya. Perjalanan menuju panggung Mapres pun tidak main-main. Dimulai dari menyusun portofolio hingga menyusun proposal gagasan kreatif yang harus selaras dengan Asta Cita dan bidang keilmuan.

Memiliki passion dalam bidang data science and analytics, ia menjadikan pengalaman dan skill yang dikuasainya sebagai dasar dalam menyusun gagasan. Gagasan yang diangkat pun tidak biasa. Ia menulis gagasan berjudul Deteksi Dini Gejala Depresi dengan Pemodelan Teks Berbasis Natural Language Processing (NLP). “Topik ini saya pilih karena saya ingin ilmu saya mempunyai dampak langsung bagi masyarakat, khususnya dalam isu kesehatan mental,” ujarnya.

Berbagai tahapan seleksi ia lewati dengan penuh semangat dan perjuangan, mulai dari tingkat fakultas hingga universitas. Bahkan saat seleksi universitas, ia menyempatkan diri untuk kembali dari Jakarta ke Yogyakarta hanya untuk mengikuti tahap presentasi gagasan. “Ada uji spontan Bahasa Inggris juga. Deg-degan, tapi seru,” ujar Mahardi.

Baginya, prestasi ini bukan sekadar penghargaan, melainkan sebuah amanah. Ia ingin berbagi pengalaman dan ilmu, serta terus membantu orang lain mewujudkan mimpi besarnya dalam pendidikan. Hal ini selaras dengan nilai Sustainable Development Goals (SDGs) khususnya poin ke-4 Pendidikan Berkualitas. Adapun gagasan yang ia bawa mengenai isu kesehatan mental juga selaras dengan poin SDGs ke-3 mengenai Kehidupan Sehat dan Sejahtera.

Penulis : Meitha Eka Nurhasanah
Dokumentasi : Tim Media FMIPA UGM dan Mahardi Nalendra Syafa

Read More

Mahasiswa Magister Fisika UGM Kembangkan Electronic Nose Terkecil Berbasis Sensor QCM

Prestasi membanggakan ditorehkan oleh mahasiswa Program Studi Magister Fisika, Departemen Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA), Universitas Gadjah Mada (UGM). Trisna Julian, alumni mahasiswa magister Fisika UGM, pada saat riset tesisnya berhasil mengembangkan sistem electronic nose (e-nose) berbasis sensor gas berbasis Quartz Crystal Microbalance (QCM) yang inovatif, berbiaya rendah, dan memiliki ukuran (hanya sebesar telepon genggam) paling kecil dibandingkan dengan teknologi sejenis.

Dalam penelitian yang dipublikasikan di jurnal ACS Omega, Trisna dan tim berhasil merancang sistem e-nose portabel yang bekerja berdasarkan prinsip deteksi gravimetrik, di mana perubahan massa akibat adsorpsi molekul pada permukaan polimer dapat menyebabkan pergeseran frekuensi resonansi sensor QCM. Sistem ini menggunakan array sensor QCM yang difungsikan dengan berbagai lapisan polimer aktif, seperti polyacrylonitrile, poly(vinylidene fluoride), poly(vinyl pyrrolidone), dan poly(vinyl acetate).

Gambar system e-nose dan skema operasionalnya (Julian dkk., 2020)

Salah satu keunggulan utama dari e-nose yang dikembangkan oleh Trisna Julian adalah ukurannya yang sangat kecil dibandingkan dengan e-nose konvensional. Dengan desain yang ringkas, perangkat ini memungkinkan penggunaan yang lebih fleksibel dalam berbagai situasi, termasuk aplikasi medis, industri pangan, dan pemantauan kualitas udara. Selain itu, konsumsi daya yang sangat rendah menjadi faktor pembeda utama dari inovasi ini. Sensor yang digunakan dalam sistem ini beroperasi dalam suhu ruang tanpa memerlukan pemanasan tambahan, sehingga dapat menghemat energi secara signifikan dibandingkan dengan sensor berbasis metal-oxide semiconductors (MOS) yang membutuhkan suhu tinggi untuk bekerja secara optimal.

Sistem e-nose ini dilengkapi dengan sirkuit akuisisi data (DAQ) multisaluran yang telah dikalibrasi, sehingga dapat mencapai resolusi frekuensi hingga 0,5 Hz. Dengan sensitivitas tinggi terhadap berbagai senyawa organik volatil (volatile organic compounds, VOCs), serta dukungan algoritma pembelajaran mesin seperti Linear Discriminant Analysis (LDA) dan Support Vector Machine (SVM), sistem ini mampu mengklasifikasikan berbagai analit dengan tingkat akurasi hingga 99%.

Menurut Trisna Julian, teknologi e-nose ini memiliki potensi besar untuk digunakan dalam berbagai aplikasi, termasuk diagnosis dini penyakit, pemantauan kualitas lingkungan, serta pengujian keamanan dan kualitas produk di industri pangan dan farmasi. “Keunggulan sistem ini adalah ukurannya yang portabel, konsumsi daya yang rendah, serta kemampuan analisis gas yang canggih berkat integrasi kecerdasan buatan,” ujarnya.

Dosen pembimbing penelitian, Prof. Kuwat Triyana, menambahkan bahwa inovasi ini tidak hanya memperkaya keilmuan di bidang sensor dan teknologi deteksi gas, tetapi juga membuka peluang pengembangan lebih lanjut dalam skala industri. “Ke depannya, sistem e-nose ini selain aspek kualitas metode feature extraction dan model machine learning yang digunakan, dapat dikembangkan sensor-sensor yang lebih fokus kepada aplikasi, misalnya fokus untuk mendeteksi tuberculosis, pneumonia, dan deteksi kehalalan makanan/bahan makanan,” jelasnya.

Dampak Sosial dan Ekonomi

Pengembangan e-nose ini berpotensi membawa dampak positif yang signifikan dalam berbagai sektor, baik sosial maupun ekonomi. Dalam bidang kesehatan, teknologi ini dapat digunakan untuk diagnosis dini penyakit melalui deteksi biomarker gas dalam napas manusia, yang memungkinkan pemeriksaan non-invasif dengan biaya yang lebih terjangkau dibandingkan dengan metode konvensional seperti tes darah atau pencitraan medis.

Dari segi industri, e-nose ini dapat diterapkan dalam kontrol kualitas makanan dan minuman, mendukung standar keamanan pangan, serta mengurangi risiko kontaminasi dan kerugian akibat produk cacat. Selain itu, industri farmasi juga dapat memanfaatkan teknologi ini untuk memastikan stabilitas dan kualitas bahan aktif obat-obatan.

Di sektor lingkungan, e-nose dapat digunakan untuk mendeteksi polusi udara secara real-time, membantu pemerintah dan lembaga terkait dalam memantau kualitas udara serta mengambil tindakan mitigasi yang lebih cepat terhadap ancaman polusi. Dengan sifatnya yang portabel dan hemat energi, e-nose ini sangat ideal untuk diterapkan dalam berbagai kondisi, termasuk di daerah terpencil atau minim infrastruktur.

Gambar klasifikasi gas menggunakan linear discriminant analysis (LDA)

Kontribusi terhadap Sustainable Development Goals (SDGs)

Inovasi ini sejalan dengan dua poin utama dalam Sustainable Development Goals (SDGs) yang ditetapkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB):

  1. SDG 3 – Good Health and Well-Being: Teknologi e-nose ini mendukung kesehatan masyarakat dengan memungkinkan deteksi dini penyakit dan pemantauan kualitas udara yang lebih baik, sehingga dapat mengurangi risiko kesehatan akibat polusi dan keterlambatan diagnosis.
  2. SDG 9 – Industry, Innovation, and Infrastructure: Pengembangan teknologi berbasis e-nose ini mendorong inovasi dalam industri kesehatan, pangan, dan lingkungan, serta membuka peluang bagi sektor manufaktur dalam menciptakan produk berbasis sensor yang lebih canggih dan efisien.

Penelitian ini merupakan bagian dari upaya UGM dalam mengembangkan teknologi berbasis riset yang dapat memberikan manfaat bagi masyarakat luas. Dengan prestasi ini, Trisna Julian telah membuktikan bahwa mahasiswa UGM mampu bersaing dan berkontribusi dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di tingkat internasional.

Untuk informasi lebih lanjut mengenai penelitian ini, kunjungi publikasi di jurnal ACS Omega: ACS Omega, 2020, 5, 29492–29503.

Read More

Sensor Safrole Berbasis Nanofiber PVAc: Inovasi Baru untuk Deteksi Precursor Ekstasi

Yogyakarta, Indonesia — Tim peneliti dari Lab Fisika Material dan Instrumentasi, Departemen Fisika FMIPA Universitas Gadjah Mada (UGM) bersama mitra peneliti dari Universitas Sebelas Maret dan Technische Universität Braunschweig, Germany serta dukungan dari Mabes Polri Jakarta berhasil mengembangkan prototipe sensor safrole berbasis Quartz Crystal Microbalance (QCM) yang dilapisi nanofiber polivinil asetat (PVAc). Sensor ini dinilai sangat sensitif, selektif, dan berbiaya rendah, sehingga berpotensi menjadi alat pendeteksi dini yang efektif untuk memerangi produksi ekstasi (MDMA) secara ilegal.

Mengapa Safrole Penting? 

Safrole adalah minyak kuning pucat yang secara alami ditemukan dalam tanaman seperti pala dan kayu manis. Namun, senyawa ini juga merupakan precursor kunci dalam sintesis ekstasi, obat psikoaktif ilegal yang banyak disalahgunakan. Menurut Interpol, pasar gelap ekstasi global diperkirakan bernilai $12 miliar per tahun, dengan Asia Tenggara sebagai salah satu wilayah produksi utama. Di Indonesia, kasus peredaran ekstasi meningkat 25% dalam lima tahun terakhir (Badan Narkotika Nasional, 2023).

Prototip sensor baru ini mampu mendeteksi safrole hingga 0,7 bagian per juta (ppm) sehingga cukup sensitif. “Ini langkah inovatif untuk mencegah penyalahgunaan bahan kimia berbahaya sekaligus melindungi masyarakat dari dampak narkoba,” ujar Prof. Kuwat Triyana, ketua tim peneliti.

Teknologi di Balik Sensor 

Sensor QCM bekerja dengan mengukur perubahan frekuensi getaran kristal kuarsa saat molekul safrole menempel pada permukaannya. Untuk meningkatkan sensitivitas, tim UGM menggunakan lapisan nanofiber PVAc yang dibuat melalui teknik electrospinning.

Dampak Sosial dan Kriminal 

Pengembangan sensor ini tidak hanya relevan secara ilmiah, tetapi juga memiliki implikasi sosial yang luas:

  1. Pencegahan Kejahatan Terorganisir: Jaringan narkoba sering menggunakan safrole yang diselundupkan dari industri legal (misalnya, minyak atsiri) untuk produksi ekstasi. Sensor portabel ini dapat digunakan di bandara, pelabuhan, atau lokasi rawan untuk mendeteksi safrole secara real-time.
  2. Perlindungan Lingkungan: Produksi ekstasi ilegal sering meninggalkan limbah kimia beracun. Deteksi dini safrole dapat memutus mata rantai produksi sebelum merusak ekosistem.
  3. Kesehatan Publik: Ekstasi menyebabkan ketergantungan, gangguan mental, dan risiko overdosis. Dengan membatasi akses bahan bakunya, sensor ini turut mendukung program rehabilitasi pengguna narkoba.

Gambar 1 adalah foto dengan scanning electron microscopy (SEM, JEOL JSM-6510)memperlihatkan perbandingan morfologi permukaan sensor berupa PVAc antara bentuk film tipis (halus dengan pori-pori kecil) dan nanofiber (bertekstur kasar dengan pori-pori besar). Struktur nanofiber meningkatkan luas permukaan hingga 3 kali lipat, memungkinkan lebih banyak molekul safrole terikat.

Gambar 2 menjelaskan mekanisme interaksi antara PVAc dan safrole. Gugus oksigen pada PVAc (bersifat basa Lewis) berikatan dengan proton pada safrole (asam Lewis) melalui gaya dipol-dipol. Interaksi fisik ini memicu pergeseran frekuensi QCM, yang kemudian diterjemahkan sebagai sinyal deteksi.

Tautan dengan SDGs 

Penelitian ini selaras dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs):

– SDG 3 (Kesehatan yang Baik): Meminimalkan dampak kesehatan dari penyalahgunaan narkoba.

– SDG 9 (Industri, Inovasi, dan Infrastruktur): Inovasi teknologi sensor yang terjangkau.

– SDG 16 (Perdamaian dan Keadilan): Memerangi kejahatan terorganisir dan perdagangan narkoba.

Potensi Pasar dan Tantangan 

Tim peneliti telah bekerja sama dengan Kepolisian Indonesia untuk uji coba sensor di lapangan. Jika diproduksi massal, harga sensor ini diprediksi 50% lebih murah dibandingkan alat kromatografi konvensional. Namun, tantangan tetap ada, seperti interferensi uap air dan kebutuhan kalibrasi rutin.

“Kami berharap kelak kalau sensor ini sudah diproduksi dengan standar industri tidak hanya digunakan di Indonesia, tetapi juga di negara lain yang menghadapi masalah serupa,” tambah Kuwat Triyana.

Artikel ini ditulis berdasarkan penelitian: Triyana, K. et al. (2019). A highly sensitive safrole sensor based on polyvinyl acetate (PVAc) nanofiber-coated QCM. Scientific Reports, 9(1), 15407.

#LawanNarkoba #InovasiIndonesia #SDGs

Read More

Antusiasme Warga FMIPA UGM Mendorong Gaya Hidup Sehat Lewat Senam Rutin Jumat Pagi

Pada Jumat, 14 Februari 2025, FMIPA UGM kembali mengadakan senam Jumat Pagi.  Sebanyak 20 peserta yang terdiri dari dosen, tenaga pendidik, dan mahasiswa, antusias dalam mengikuti kegiatan rutin FMIPA UGM  ini. Dalam acara ini juga disediakan camilan sehat seperti pisang, kacang, dan jagung rebus yang menambah semangat peserta setelah senam berakhir.

“Saya sangat antusias dalam mengikuti kegiatan FMIPA UGM ini selain untuk meningkatkan gaya hidup sehat, ini juga bisa menjadi ajang hiburan sebelum kemudian kembali ke pekerjaan sehari-hari,” ujar Ika selaku pegawai FMIPA UGM.

Kegiatan senam ini mendorong peningkatan kesehatan civitas akademika FMIPA UGM melalui aktivitas fisik, menjadikannya wujud nyata dari penerapan poin ke-3 Sustainable Development Goals (SDGs) yakni Kehidupan Sehat dan Sejahtera. Selain itu, kegiatan tersebut turut berkontribusi dalam jaminan pelayanan kesehatan bagi masyarakat kampus untuk dapat melakukan pencegahan terhadap berbagai penyakit yang datang akibat kurangnya aktivitas fisik.

Penulis: Amalia Nurmalitasari
Editor: Meitha Eka Nurhasanah
Dokumentasi: Lorria Ardhani

Read More

Tim Futsal FMIPA UGM Tunjukkan Semangat Sehat dan Solid dalam Pertandingan Antar Fakultas di Lustrum XV dan Dies Natalis ke-75 UGM

Dalam rangka perayaan Lustrum XV dan Dies Natalis ke-75 Universitas Gadjah Mada (UGM), pertandingan futsal antar unit kerja dan fakultas/sekolah digelar pada Sabtu, 30 November 2024. Tim Futsal Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Gadjah Mada (FMIPA UGM) turut ambil bagian dalam kompetisi tersebut, dengan Mas Ruslan sebagai kapten tim. Anggota tim ini terdiri dari dosen dan karyawan FMIPA UGM, yang bersama-sama membawa semangat kompetitif sekaligus kebersamaan.

Dalam keterangannya, Mas Ruslan menjelaskan bahwa meski persiapan telah dimulai sejak lama, beberapa kendala tidak dapat dihindari. Salah satu tantangan utama adalah sulitnya mengumpulkan seluruh anggota tim untuk latihan karena kesibukan masing-masing. “Saya bergabung setelah turnamen Dekan Cup FMIPA, tapi latihan bersama secara lengkap hanya bisa dilakukan beberapa kali saja,” ungkap Mas Ruslan. Meski demikian, semangat anggota tim tetap tinggi, dengan fokus utama pada peningkatan sinergi antar pemain dalam latihan yang terbatas.

Pertandingan melawan tim-tim dari fakultas dan unit kerja lain menjadi tantangan besar bagi Tim Futsal FMIPA UGM. Dengan lawan yang semakin solid dan tangguh, hasil yang diraih belum memenuhi target yang diharapkan. “Memang hasilnya belum sesuai harapan, dan ada rasa kecewa di antara pemain serta manajemen tim,” kata Mas Ruslan. Namun, tim tidak larut dalam kekecewaan. Sebaliknya, mereka sudah mulai menyusun rencana latihan baru untuk mempersiapkan diri menghadapi kompetisi-kompetisi selanjutnya.

Partisipasi dalam pertandingan futsal ini tidak hanya berbicara soal olahraga, tetapi juga memiliki dampak positif yang lebih luas. Kegiatan ini mendukung pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs), khususnya tujuan ke-3 tentang kesehatan dan kesejahteraan. Dengan mempromosikan gaya hidup aktif dan sehat, kegiatan ini menunjukkan pentingnya menjaga kesehatan fisik dan mental melalui olahraga. Selain itu, aspek solidaritas dan kerja sama dalam tim mendukung SDG 16 tentang perdamaian, keadilan, dan kelembagaan yang tangguh, serta SDG 17 tentang kemitraan untuk mencapai tujuan.

Meskipun belum berhasil meraih hasil terbaik, partisipasi Tim Futsal FMIPA UGM dalam kompetisi ini adalah bukti nyata semangat dan solidaritas di lingkungan universitas. Kompetisi ini tidak hanya mempererat hubungan antarunit di UGM, tetapi juga menjadi momentum untuk terus belajar dan berkembang. Dengan tekad yang kuat, tim optimis bahwa pengalaman ini akan menjadi pijakan menuju keberhasilan di ajang-ajang berikutnya, sekaligus memperkuat peran UGM dalam mendorong budaya sehat dan kolaborasi yang berkelanjutan.

Penulis: Chairunnisa Anggun Setiono
Dokumentasi: Hero Prakosa Wibowo Priyanto
Editor: Sulaiman Nurhidayat

Read More

FMIPA UGM Rajut Tradisi dan Semangat Keberlanjutan dalam Kirab Budaya Nitilaku 2024

Universitas Gadjah Mada (UGM) kembali menggelar tradisi tahunan yang penuh makna, Kirab Budaya Nitilaku, pada 15 Desember 2024. Acara ini berlangsung dengan meriah dan menjadi sorotan berbagai pihak, termasuk partisipasi aktif 25 personel dari Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Gadjah Mada (FMIPA UGM). Peserta dari FMIPA UGM terdiri dari berbagai elemen, seperti perwakilan dari setiap departemen, pegawai tata usaha, hingga anggota Satuan Kegiatan Kemahasiswaan (SKK).

Dengan menyesuaikan diri pada tema tradisi kirab budaya tahun ini, tim FMIPA UGM tampil memukau dengan kostum khas yang mencerminkan kekayaan budaya. Tidak hanya itu, mereka juga membawakan yel-yel khas FMIPA dan lagu “Jogja Istimewa,” menciptakan suasana yang semakin semarak. Koreografi yang dirancang khusus oleh Ibu Susi dari Departemen Matematika menjadi daya tarik tersendiri, menunjukkan harmoni gerakan yang menggambarkan semangat kebersamaan.

Persiapan acara ini tidak lepas dari berbagai tantangan. Dengan waktu persiapan yang hanya dua minggu dan latihan intensif selama satu minggu, personel FMIPA UGM harus membagi waktu mereka di tengah kesibukan aktivitas rutin. Ketersediaan kostum yang terbatas juga menjadi kendala, namun hal tersebut tidak mengurangi semangat tim untuk memberikan penampilan terbaik.

Semangat dan kerja keras para peserta akhirnya membuahkan hasil yang membanggakan. Ibu Sely Rosiani, S.Pd., M.Hum., salah satu penggerak utama dalam acara ini, mengungkapkan apresiasinya terhadap dedikasi tim. “Kami puas, kita seru, rame dari awal start sampai di venue akhir di Balairung,” tuturnya dengan penuh rasa syukur.

Kirab Budaya Nitilaku bukan sekadar perayaan tradisional, tetapi juga mencerminkan kontribusi UGM dalam mendukung berbagai poin Sustainable Development Goals (SDGs). Dengan mempromosikan aktivitas fisik melalui kirab, acara ini mendukung SDG 3 (Kesehatan dan Kesejahteraan). Keterlibatan semua elemen masyarakat tanpa memandang latar belakang turut mendukung SDG 5 (Kesetaraan Gender) dan SDG 10 (Mengurangi Ketimpangan). Di sisi lain, pelestarian budaya lokal yang menjadi inti acara ini relevan dengan SDG 11 (Kota dan Komunitas Berkelanjutan). Penggunaan kostum berbasis tradisi lokal juga menjadi bentuk kesadaran terhadap SDG 13 (Penanganan Perubahan Iklim), sedangkan kerja sama yang terjalin antarindividu mencerminkan upaya mendukung SDG 16 (Perdamaian, Keadilan, dan Kelembagaan yang Tangguh). Terakhir, sinergi antara berbagai komunitas di UGM mempertegas implementasi SDG 17 (Kemitraan untuk Tujuan).

Kirab Budaya Nitilaku 2024 menjadi bukti nyata bahwa tradisi dan inovasi dapat berjalan beriringan. Partisipasi FMIPA UGM tidak hanya memperkaya acara ini dengan semangat dan kreativitas mereka, tetapi juga mempertegas peran pendidikan tinggi dalam melestarikan budaya, mempererat kolaborasi, dan menciptakan dampak positif yang lebih luas. Melalui kegiatan ini, FMIPA UGM menunjukkan bahwa kebersamaan dan kerja keras dapat menghasilkan sesuatu yang bermakna, baik untuk masyarakat maupun masa depan keberlanjutan.

Penulis: Chairunnisa Anggun Setiono
Dokumentasi: Hero Prakosa Wibowo Priyanto
Editor: Sulaiman Nurhidayat

Read More

60 Mahasiswa Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Antusias Ikuti Road to MIPA Run di Universitas Gadjah Mada

Yogyakarta – Sebanyak 60 peserta, yang mayoritas merupakan mahasiswa FMIPA UGM, turut berpartisipasi dalam kegiatan Road to MIPA Run yang berlangsung meriah pada hari ini. Acara ini merupakan rangkaian dari perayaan Dies Natalis FMIPA UGM, dengan rute lari sepanjang 5 kilometer mengelilingi area Universitas Gadjah Mada (UGM).

Para peserta memulai lari dengan pemanasan mandiri sebelum mengambil garis start. Suasana penuh semangat tampak jelas dari antusiasme peserta yang memenuhi rute lari, menunjukkan semangat kebersamaan dalam olahraga.

Selain menikmati segarnya udara pagi dan suasana kampus, peserta juga mendapat beberapa buah dan air mineral  sebagai refreshment untuk menjaga energi selama berlari. Tak hanya itu, doorprize menarik menanti mereka yang beruntung di akhir acara, menambah keseruan dan semangat para pelari. Kegiatan ini merupakan kegiatan menuju Dies Natalis FMIPA UGM ke-70.

Kegiatan ini menjadi ajang positif untuk mempererat hubungan komunitas serta mempromosikan gaya hidup sehat di lingkungan kampus. Hal ini sejalan dengan tujuan Sustainable Development Goals (SDGs), khususnya dalam mendukung kesehatan dan kesejahteraan (SDG 3) serta membangun komunitas yang berkelanjutan (SDG 11).

Penulis: Amalia Nurmalitasari
Dokumentasi:  Raditya Maulana Adiwicaksana

Read More

Pengukuhan Guru Besar Prof. Suherman, S.Si., M.Sc., Ph.D, Tekankan Peran Penting Sensor Berbasis Nanomaterial dan AI untuk Lingkungan

Prof. Suherman, S.Si., M.Sc., Ph.D secara resmi dikukuhkan sebagai Guru Besar dalam bidang Kimia Analitik pada Selasa (22/4) dalam Sidang Terbuka Senat Guru Besar yang dilaksanakan di Ruang Balai Senat. Dalam pidato pengukuhannya, Prof. Suherman memaparkan orasi ilmiah berjudul Pengembangan Sensor dan Biosensor Kimia Berbasis Nanomaterial untuk Aplikasi Analisis Kimia Lingkungan.

Dalam orasinya, Prof. Suherman menekankan pentingnya inovasi dalam pengembangan sensor kimia untuk pemantauan lingkungan yang lebih akurat dan efisien. Ia mengungkapkan bahwa risetnya telah mencapai kemajuan signifikan, dengan pengintegrasian teknologi nano sensor bersama artificial intelegent (AI) sebagai lompatan baru dalam mendeteksi kontaminan lingkungan secara real-time. “Sensor kimia yang dikembangkan bukan hanya berperan sebagai alat deteksi, tetapi telah menjadi sistem cerdas yang mampu menganalisis dan menafsirkan data secara otomatis,” ujarnya.

Lebih dari sekadar paparan ilmiah, Prof. Suherman juga menyampaikan filosofi yang menjadi dasar semangat penelitiannya. Ia mengaitkan aktivitas meneliti dan mengembangkan ilmu dengan makna mendalam dari Al-Qur’an surat Al-‘Alaq ayat 1: Iqro. Menurutnya, kata “Iqro” yang berasal dari qaraa-yaqra’u-qira’ah memiliki makna tidak hanya membaca, tetapi juga menghimpun informasi, mendalami, dan meneliti. “Iqro” bukan sekadar perintah membaca, tapi ajakan untuk memahami dan menggali ilmu secara mendalam. Inilah landasan spiritual yang selalu saya pegang dalam berkarir di dunia riset,” terang Prof. Suherman.

Acara pengukuhan tersebut turut dihadiri oleh jajaran pimpinan universitas, kolega, mahasiswa, serta keluarga besar Prof. Suherman yang memberikan dukungan penuh atas pencapaiannya. Dalam wawancara yang dilakukan ia juga membagikan kisah pribadi tentang motivasi dan tantangan yang dihadapinya selama perjalanan akademik. Keluarga menjadi sumber utama inspirasi, sementara manajemen waktu disebut sebagai tantangan terbesar yang harus ia taklukkan untuk meraih gelar Guru Besar.

“Menjadi peneliti dan akademisi bukanlah perjalanan yang mudah. Saya belajar keras bagaimana memprioritaskan waktu dan tetap fokus agar bisa terus berkarya dan berkontribusi,” tambahnya.

Sebagai penutup, Prof. Suherman menegaskan bahwa riset dan pengembangan sensor berbasis nanomaterial dan kecerdasan buatan ini selaras dengan beberapa Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs), khususnya SDG 3 tentang Kehidupan Sehat dan Sejahtera, melalui deteksi dini zat pencemar yang berdampak pada kesehatan masyarakat, SDG 6 tentang Air Bersih dan Sanitasi Layak, dengan alat yang dapat memantau kualitas air secara akurat. Kemudian SDG 9 mengenai Industri, Inovasi dan Infrastruktur, melalui integrasi teknologi mutakhir, serta SDG 13 mengenai Penanganan Perubahan Iklim, dengan kontribusi pada sistem monitoring lingkungan secara berkelanjutan.

Penulis: Amalia Nurmalitasari
Dokumentasi:  Raditya Maulana Adiwicaksana
Editor: Meitha Eka Nurhasanah

Read More

Perjalanan Inspiratif Mahardi Nalendra Syafa Mewujudkan Mimpi Menjadi Mahasiswa Berprestasi FMIPA UGM

Siapa sangka sebuah mimpi yang ditulis di awal masa kuliah bisa menjadi nyata di penghujung perjalanan akademik? Itulah yang dialami oleh Mahardi Nalendra Syafa, mahasiswa Statistika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Gadjah Mada (FMIPA UGM) yang berhasil meraih gelar Mahasiswa Berprestasi (Mapres) FMIPA UGM 2025. Mahasiswa yang selalu berpegang pada prinsip set the goals high, go big or go home ini membagikan kisah perjalanan inspiratifnya mewujudkan impian menjadi Mapres.

“Saat masa Pelatihan Pembelajar Sukses bagi Mahasiswa Baru (PPSMB) UGM, kami diminta menuliskan mimpi yang ingin diraih selama kuliah.  Ketika itu, saya menulis ingin menjadi mahasiswa berprestasi,” kenangnya. Perjalanan menuju panggung Mapres pun tidak main-main. Dimulai dari menyusun portofolio hingga menyusun proposal gagasan kreatif yang harus selaras dengan Asta Cita dan bidang keilmuan.

Memiliki passion dalam bidang data science and analytics, ia menjadikan pengalaman dan skill yang dikuasainya sebagai dasar dalam menyusun gagasan. Gagasan yang diangkat pun tidak biasa. Ia menulis gagasan berjudul Deteksi Dini Gejala Depresi dengan Pemodelan Teks Berbasis Natural Language Processing (NLP). “Topik ini saya pilih karena saya ingin ilmu saya mempunyai dampak langsung bagi masyarakat, khususnya dalam isu kesehatan mental,” ujarnya.

Berbagai tahapan seleksi ia lewati dengan penuh semangat dan perjuangan, mulai dari tingkat fakultas hingga universitas. Bahkan saat seleksi universitas, ia menyempatkan diri untuk kembali dari Jakarta ke Yogyakarta hanya untuk mengikuti tahap presentasi gagasan. “Ada uji spontan Bahasa Inggris juga. Deg-degan, tapi seru,” ujar Mahardi.

Baginya, prestasi ini bukan sekadar penghargaan, melainkan sebuah amanah. Ia ingin berbagi pengalaman dan ilmu, serta terus membantu orang lain mewujudkan mimpi besarnya dalam pendidikan. Hal ini selaras dengan nilai Sustainable Development Goals (SDGs) khususnya poin ke-4 Pendidikan Berkualitas. Adapun gagasan yang ia bawa mengenai isu kesehatan mental juga selaras dengan poin SDGs ke-3 mengenai Kehidupan Sehat dan Sejahtera.

Penulis : Meitha Eka Nurhasanah
Dokumentasi : Tim Media FMIPA UGM dan Mahardi Nalendra Syafa

Read More

Mahasiswa Magister Fisika UGM Kembangkan Electronic Nose Terkecil Berbasis Sensor QCM

Prestasi membanggakan ditorehkan oleh mahasiswa Program Studi Magister Fisika, Departemen Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA), Universitas Gadjah Mada (UGM). Trisna Julian, alumni mahasiswa magister Fisika UGM, pada saat riset tesisnya berhasil mengembangkan sistem electronic nose (e-nose) berbasis sensor gas berbasis Quartz Crystal Microbalance (QCM) yang inovatif, berbiaya rendah, dan memiliki ukuran (hanya sebesar telepon genggam) paling kecil dibandingkan dengan teknologi sejenis.

Dalam penelitian yang dipublikasikan di jurnal ACS Omega, Trisna dan tim berhasil merancang sistem e-nose portabel yang bekerja berdasarkan prinsip deteksi gravimetrik, di mana perubahan massa akibat adsorpsi molekul pada permukaan polimer dapat menyebabkan pergeseran frekuensi resonansi sensor QCM. Sistem ini menggunakan array sensor QCM yang difungsikan dengan berbagai lapisan polimer aktif, seperti polyacrylonitrile, poly(vinylidene fluoride), poly(vinyl pyrrolidone), dan poly(vinyl acetate).

Gambar system e-nose dan skema operasionalnya (Julian dkk., 2020)

Salah satu keunggulan utama dari e-nose yang dikembangkan oleh Trisna Julian adalah ukurannya yang sangat kecil dibandingkan dengan e-nose konvensional. Dengan desain yang ringkas, perangkat ini memungkinkan penggunaan yang lebih fleksibel dalam berbagai situasi, termasuk aplikasi medis, industri pangan, dan pemantauan kualitas udara. Selain itu, konsumsi daya yang sangat rendah menjadi faktor pembeda utama dari inovasi ini. Sensor yang digunakan dalam sistem ini beroperasi dalam suhu ruang tanpa memerlukan pemanasan tambahan, sehingga dapat menghemat energi secara signifikan dibandingkan dengan sensor berbasis metal-oxide semiconductors (MOS) yang membutuhkan suhu tinggi untuk bekerja secara optimal.

Sistem e-nose ini dilengkapi dengan sirkuit akuisisi data (DAQ) multisaluran yang telah dikalibrasi, sehingga dapat mencapai resolusi frekuensi hingga 0,5 Hz. Dengan sensitivitas tinggi terhadap berbagai senyawa organik volatil (volatile organic compounds, VOCs), serta dukungan algoritma pembelajaran mesin seperti Linear Discriminant Analysis (LDA) dan Support Vector Machine (SVM), sistem ini mampu mengklasifikasikan berbagai analit dengan tingkat akurasi hingga 99%.

Menurut Trisna Julian, teknologi e-nose ini memiliki potensi besar untuk digunakan dalam berbagai aplikasi, termasuk diagnosis dini penyakit, pemantauan kualitas lingkungan, serta pengujian keamanan dan kualitas produk di industri pangan dan farmasi. “Keunggulan sistem ini adalah ukurannya yang portabel, konsumsi daya yang rendah, serta kemampuan analisis gas yang canggih berkat integrasi kecerdasan buatan,” ujarnya.

Dosen pembimbing penelitian, Prof. Kuwat Triyana, menambahkan bahwa inovasi ini tidak hanya memperkaya keilmuan di bidang sensor dan teknologi deteksi gas, tetapi juga membuka peluang pengembangan lebih lanjut dalam skala industri. “Ke depannya, sistem e-nose ini selain aspek kualitas metode feature extraction dan model machine learning yang digunakan, dapat dikembangkan sensor-sensor yang lebih fokus kepada aplikasi, misalnya fokus untuk mendeteksi tuberculosis, pneumonia, dan deteksi kehalalan makanan/bahan makanan,” jelasnya.

Dampak Sosial dan Ekonomi

Pengembangan e-nose ini berpotensi membawa dampak positif yang signifikan dalam berbagai sektor, baik sosial maupun ekonomi. Dalam bidang kesehatan, teknologi ini dapat digunakan untuk diagnosis dini penyakit melalui deteksi biomarker gas dalam napas manusia, yang memungkinkan pemeriksaan non-invasif dengan biaya yang lebih terjangkau dibandingkan dengan metode konvensional seperti tes darah atau pencitraan medis.

Dari segi industri, e-nose ini dapat diterapkan dalam kontrol kualitas makanan dan minuman, mendukung standar keamanan pangan, serta mengurangi risiko kontaminasi dan kerugian akibat produk cacat. Selain itu, industri farmasi juga dapat memanfaatkan teknologi ini untuk memastikan stabilitas dan kualitas bahan aktif obat-obatan.

Di sektor lingkungan, e-nose dapat digunakan untuk mendeteksi polusi udara secara real-time, membantu pemerintah dan lembaga terkait dalam memantau kualitas udara serta mengambil tindakan mitigasi yang lebih cepat terhadap ancaman polusi. Dengan sifatnya yang portabel dan hemat energi, e-nose ini sangat ideal untuk diterapkan dalam berbagai kondisi, termasuk di daerah terpencil atau minim infrastruktur.

Gambar klasifikasi gas menggunakan linear discriminant analysis (LDA)

Kontribusi terhadap Sustainable Development Goals (SDGs)

Inovasi ini sejalan dengan dua poin utama dalam Sustainable Development Goals (SDGs) yang ditetapkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB):

  1. SDG 3 – Good Health and Well-Being: Teknologi e-nose ini mendukung kesehatan masyarakat dengan memungkinkan deteksi dini penyakit dan pemantauan kualitas udara yang lebih baik, sehingga dapat mengurangi risiko kesehatan akibat polusi dan keterlambatan diagnosis.
  2. SDG 9 – Industry, Innovation, and Infrastructure: Pengembangan teknologi berbasis e-nose ini mendorong inovasi dalam industri kesehatan, pangan, dan lingkungan, serta membuka peluang bagi sektor manufaktur dalam menciptakan produk berbasis sensor yang lebih canggih dan efisien.

Penelitian ini merupakan bagian dari upaya UGM dalam mengembangkan teknologi berbasis riset yang dapat memberikan manfaat bagi masyarakat luas. Dengan prestasi ini, Trisna Julian telah membuktikan bahwa mahasiswa UGM mampu bersaing dan berkontribusi dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di tingkat internasional.

Untuk informasi lebih lanjut mengenai penelitian ini, kunjungi publikasi di jurnal ACS Omega: ACS Omega, 2020, 5, 29492–29503.

Read More

Sensor Safrole Berbasis Nanofiber PVAc: Inovasi Baru untuk Deteksi Precursor Ekstasi

Yogyakarta, Indonesia — Tim peneliti dari Lab Fisika Material dan Instrumentasi, Departemen Fisika FMIPA Universitas Gadjah Mada (UGM) bersama mitra peneliti dari Universitas Sebelas Maret dan Technische Universität Braunschweig, Germany serta dukungan dari Mabes Polri Jakarta berhasil mengembangkan prototipe sensor safrole berbasis Quartz Crystal Microbalance (QCM) yang dilapisi nanofiber polivinil asetat (PVAc). Sensor ini dinilai sangat sensitif, selektif, dan berbiaya rendah, sehingga berpotensi menjadi alat pendeteksi dini yang efektif untuk memerangi produksi ekstasi (MDMA) secara ilegal.

Mengapa Safrole Penting? 

Safrole adalah minyak kuning pucat yang secara alami ditemukan dalam tanaman seperti pala dan kayu manis. Namun, senyawa ini juga merupakan precursor kunci dalam sintesis ekstasi, obat psikoaktif ilegal yang banyak disalahgunakan. Menurut Interpol, pasar gelap ekstasi global diperkirakan bernilai $12 miliar per tahun, dengan Asia Tenggara sebagai salah satu wilayah produksi utama. Di Indonesia, kasus peredaran ekstasi meningkat 25% dalam lima tahun terakhir (Badan Narkotika Nasional, 2023).

Prototip sensor baru ini mampu mendeteksi safrole hingga 0,7 bagian per juta (ppm) sehingga cukup sensitif. “Ini langkah inovatif untuk mencegah penyalahgunaan bahan kimia berbahaya sekaligus melindungi masyarakat dari dampak narkoba,” ujar Prof. Kuwat Triyana, ketua tim peneliti.

Teknologi di Balik Sensor 

Sensor QCM bekerja dengan mengukur perubahan frekuensi getaran kristal kuarsa saat molekul safrole menempel pada permukaannya. Untuk meningkatkan sensitivitas, tim UGM menggunakan lapisan nanofiber PVAc yang dibuat melalui teknik electrospinning.

Dampak Sosial dan Kriminal 

Pengembangan sensor ini tidak hanya relevan secara ilmiah, tetapi juga memiliki implikasi sosial yang luas:

  1. Pencegahan Kejahatan Terorganisir: Jaringan narkoba sering menggunakan safrole yang diselundupkan dari industri legal (misalnya, minyak atsiri) untuk produksi ekstasi. Sensor portabel ini dapat digunakan di bandara, pelabuhan, atau lokasi rawan untuk mendeteksi safrole secara real-time.
  2. Perlindungan Lingkungan: Produksi ekstasi ilegal sering meninggalkan limbah kimia beracun. Deteksi dini safrole dapat memutus mata rantai produksi sebelum merusak ekosistem.
  3. Kesehatan Publik: Ekstasi menyebabkan ketergantungan, gangguan mental, dan risiko overdosis. Dengan membatasi akses bahan bakunya, sensor ini turut mendukung program rehabilitasi pengguna narkoba.

Gambar 1 adalah foto dengan scanning electron microscopy (SEM, JEOL JSM-6510)memperlihatkan perbandingan morfologi permukaan sensor berupa PVAc antara bentuk film tipis (halus dengan pori-pori kecil) dan nanofiber (bertekstur kasar dengan pori-pori besar). Struktur nanofiber meningkatkan luas permukaan hingga 3 kali lipat, memungkinkan lebih banyak molekul safrole terikat.

Gambar 2 menjelaskan mekanisme interaksi antara PVAc dan safrole. Gugus oksigen pada PVAc (bersifat basa Lewis) berikatan dengan proton pada safrole (asam Lewis) melalui gaya dipol-dipol. Interaksi fisik ini memicu pergeseran frekuensi QCM, yang kemudian diterjemahkan sebagai sinyal deteksi.

Tautan dengan SDGs 

Penelitian ini selaras dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs):

– SDG 3 (Kesehatan yang Baik): Meminimalkan dampak kesehatan dari penyalahgunaan narkoba.

– SDG 9 (Industri, Inovasi, dan Infrastruktur): Inovasi teknologi sensor yang terjangkau.

– SDG 16 (Perdamaian dan Keadilan): Memerangi kejahatan terorganisir dan perdagangan narkoba.

Potensi Pasar dan Tantangan 

Tim peneliti telah bekerja sama dengan Kepolisian Indonesia untuk uji coba sensor di lapangan. Jika diproduksi massal, harga sensor ini diprediksi 50% lebih murah dibandingkan alat kromatografi konvensional. Namun, tantangan tetap ada, seperti interferensi uap air dan kebutuhan kalibrasi rutin.

“Kami berharap kelak kalau sensor ini sudah diproduksi dengan standar industri tidak hanya digunakan di Indonesia, tetapi juga di negara lain yang menghadapi masalah serupa,” tambah Kuwat Triyana.

Artikel ini ditulis berdasarkan penelitian: Triyana, K. et al. (2019). A highly sensitive safrole sensor based on polyvinyl acetate (PVAc) nanofiber-coated QCM. Scientific Reports, 9(1), 15407.

#LawanNarkoba #InovasiIndonesia #SDGs

Read More

Antusiasme Warga FMIPA UGM Mendorong Gaya Hidup Sehat Lewat Senam Rutin Jumat Pagi

Pada Jumat, 14 Februari 2025, FMIPA UGM kembali mengadakan senam Jumat Pagi.  Sebanyak 20 peserta yang terdiri dari dosen, tenaga pendidik, dan mahasiswa, antusias dalam mengikuti kegiatan rutin FMIPA UGM  ini. Dalam acara ini juga disediakan camilan sehat seperti pisang, kacang, dan jagung rebus yang menambah semangat peserta setelah senam berakhir.

“Saya sangat antusias dalam mengikuti kegiatan FMIPA UGM ini selain untuk meningkatkan gaya hidup sehat, ini juga bisa menjadi ajang hiburan sebelum kemudian kembali ke pekerjaan sehari-hari,” ujar Ika selaku pegawai FMIPA UGM.

Kegiatan senam ini mendorong peningkatan kesehatan civitas akademika FMIPA UGM melalui aktivitas fisik, menjadikannya wujud nyata dari penerapan poin ke-3 Sustainable Development Goals (SDGs) yakni Kehidupan Sehat dan Sejahtera. Selain itu, kegiatan tersebut turut berkontribusi dalam jaminan pelayanan kesehatan bagi masyarakat kampus untuk dapat melakukan pencegahan terhadap berbagai penyakit yang datang akibat kurangnya aktivitas fisik.

Penulis: Amalia Nurmalitasari
Editor: Meitha Eka Nurhasanah
Dokumentasi: Lorria Ardhani

Read More

Tim Futsal FMIPA UGM Tunjukkan Semangat Sehat dan Solid dalam Pertandingan Antar Fakultas di Lustrum XV dan Dies Natalis ke-75 UGM

Dalam rangka perayaan Lustrum XV dan Dies Natalis ke-75 Universitas Gadjah Mada (UGM), pertandingan futsal antar unit kerja dan fakultas/sekolah digelar pada Sabtu, 30 November 2024. Tim Futsal Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Gadjah Mada (FMIPA UGM) turut ambil bagian dalam kompetisi tersebut, dengan Mas Ruslan sebagai kapten tim. Anggota tim ini terdiri dari dosen dan karyawan FMIPA UGM, yang bersama-sama membawa semangat kompetitif sekaligus kebersamaan.

Dalam keterangannya, Mas Ruslan menjelaskan bahwa meski persiapan telah dimulai sejak lama, beberapa kendala tidak dapat dihindari. Salah satu tantangan utama adalah sulitnya mengumpulkan seluruh anggota tim untuk latihan karena kesibukan masing-masing. “Saya bergabung setelah turnamen Dekan Cup FMIPA, tapi latihan bersama secara lengkap hanya bisa dilakukan beberapa kali saja,” ungkap Mas Ruslan. Meski demikian, semangat anggota tim tetap tinggi, dengan fokus utama pada peningkatan sinergi antar pemain dalam latihan yang terbatas.

Pertandingan melawan tim-tim dari fakultas dan unit kerja lain menjadi tantangan besar bagi Tim Futsal FMIPA UGM. Dengan lawan yang semakin solid dan tangguh, hasil yang diraih belum memenuhi target yang diharapkan. “Memang hasilnya belum sesuai harapan, dan ada rasa kecewa di antara pemain serta manajemen tim,” kata Mas Ruslan. Namun, tim tidak larut dalam kekecewaan. Sebaliknya, mereka sudah mulai menyusun rencana latihan baru untuk mempersiapkan diri menghadapi kompetisi-kompetisi selanjutnya.

Partisipasi dalam pertandingan futsal ini tidak hanya berbicara soal olahraga, tetapi juga memiliki dampak positif yang lebih luas. Kegiatan ini mendukung pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs), khususnya tujuan ke-3 tentang kesehatan dan kesejahteraan. Dengan mempromosikan gaya hidup aktif dan sehat, kegiatan ini menunjukkan pentingnya menjaga kesehatan fisik dan mental melalui olahraga. Selain itu, aspek solidaritas dan kerja sama dalam tim mendukung SDG 16 tentang perdamaian, keadilan, dan kelembagaan yang tangguh, serta SDG 17 tentang kemitraan untuk mencapai tujuan.

Meskipun belum berhasil meraih hasil terbaik, partisipasi Tim Futsal FMIPA UGM dalam kompetisi ini adalah bukti nyata semangat dan solidaritas di lingkungan universitas. Kompetisi ini tidak hanya mempererat hubungan antarunit di UGM, tetapi juga menjadi momentum untuk terus belajar dan berkembang. Dengan tekad yang kuat, tim optimis bahwa pengalaman ini akan menjadi pijakan menuju keberhasilan di ajang-ajang berikutnya, sekaligus memperkuat peran UGM dalam mendorong budaya sehat dan kolaborasi yang berkelanjutan.

Penulis: Chairunnisa Anggun Setiono
Dokumentasi: Hero Prakosa Wibowo Priyanto
Editor: Sulaiman Nurhidayat

Read More

FMIPA UGM Rajut Tradisi dan Semangat Keberlanjutan dalam Kirab Budaya Nitilaku 2024

Universitas Gadjah Mada (UGM) kembali menggelar tradisi tahunan yang penuh makna, Kirab Budaya Nitilaku, pada 15 Desember 2024. Acara ini berlangsung dengan meriah dan menjadi sorotan berbagai pihak, termasuk partisipasi aktif 25 personel dari Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Gadjah Mada (FMIPA UGM). Peserta dari FMIPA UGM terdiri dari berbagai elemen, seperti perwakilan dari setiap departemen, pegawai tata usaha, hingga anggota Satuan Kegiatan Kemahasiswaan (SKK).

Dengan menyesuaikan diri pada tema tradisi kirab budaya tahun ini, tim FMIPA UGM tampil memukau dengan kostum khas yang mencerminkan kekayaan budaya. Tidak hanya itu, mereka juga membawakan yel-yel khas FMIPA dan lagu “Jogja Istimewa,” menciptakan suasana yang semakin semarak. Koreografi yang dirancang khusus oleh Ibu Susi dari Departemen Matematika menjadi daya tarik tersendiri, menunjukkan harmoni gerakan yang menggambarkan semangat kebersamaan.

Persiapan acara ini tidak lepas dari berbagai tantangan. Dengan waktu persiapan yang hanya dua minggu dan latihan intensif selama satu minggu, personel FMIPA UGM harus membagi waktu mereka di tengah kesibukan aktivitas rutin. Ketersediaan kostum yang terbatas juga menjadi kendala, namun hal tersebut tidak mengurangi semangat tim untuk memberikan penampilan terbaik.

Semangat dan kerja keras para peserta akhirnya membuahkan hasil yang membanggakan. Ibu Sely Rosiani, S.Pd., M.Hum., salah satu penggerak utama dalam acara ini, mengungkapkan apresiasinya terhadap dedikasi tim. “Kami puas, kita seru, rame dari awal start sampai di venue akhir di Balairung,” tuturnya dengan penuh rasa syukur.

Kirab Budaya Nitilaku bukan sekadar perayaan tradisional, tetapi juga mencerminkan kontribusi UGM dalam mendukung berbagai poin Sustainable Development Goals (SDGs). Dengan mempromosikan aktivitas fisik melalui kirab, acara ini mendukung SDG 3 (Kesehatan dan Kesejahteraan). Keterlibatan semua elemen masyarakat tanpa memandang latar belakang turut mendukung SDG 5 (Kesetaraan Gender) dan SDG 10 (Mengurangi Ketimpangan). Di sisi lain, pelestarian budaya lokal yang menjadi inti acara ini relevan dengan SDG 11 (Kota dan Komunitas Berkelanjutan). Penggunaan kostum berbasis tradisi lokal juga menjadi bentuk kesadaran terhadap SDG 13 (Penanganan Perubahan Iklim), sedangkan kerja sama yang terjalin antarindividu mencerminkan upaya mendukung SDG 16 (Perdamaian, Keadilan, dan Kelembagaan yang Tangguh). Terakhir, sinergi antara berbagai komunitas di UGM mempertegas implementasi SDG 17 (Kemitraan untuk Tujuan).

Kirab Budaya Nitilaku 2024 menjadi bukti nyata bahwa tradisi dan inovasi dapat berjalan beriringan. Partisipasi FMIPA UGM tidak hanya memperkaya acara ini dengan semangat dan kreativitas mereka, tetapi juga mempertegas peran pendidikan tinggi dalam melestarikan budaya, mempererat kolaborasi, dan menciptakan dampak positif yang lebih luas. Melalui kegiatan ini, FMIPA UGM menunjukkan bahwa kebersamaan dan kerja keras dapat menghasilkan sesuatu yang bermakna, baik untuk masyarakat maupun masa depan keberlanjutan.

Penulis: Chairunnisa Anggun Setiono
Dokumentasi: Hero Prakosa Wibowo Priyanto
Editor: Sulaiman Nurhidayat

Read More
Translate