Meriahkan Acara Workshop Paradigma dan Contextual Learning, Ratusan Guru Meriahkan Sesi Tanya Jawab
Fakultas MIPA kembali menyelenggarakan workshop intelektual. Melalui acara ini, diberikan kesempatan untuk para peserta mengajukan pertanyaan terkait tema yang dibahas. Beberapa perwakilan yang bertanya dari sesi 1 hingga 2 adalah SMA Blitar, SMA Mutiara Persada, SMK Negeri 6 Yogyakarta, SMA IT Abu Bakar Kulon Progo, SMA Kolese De Britto, dan MA IT Baitul Quran Al Jahra.
“Untuk mendobrak hambatan mind block, dengan konsisten menunjukkan contoh keberhasilan dan mencapai prestasi bersama yang dapat memotivasi orang lain sehingga global-mindedness dapat menyebar lebih merata di seluruh institusi, meskipun berada di lingkungan dengan fixed mindset,” papar Prof. Nizam.
Sementara itu permasalahan fasilitas yang kurang memadai untuk keberhasilan pencapaian muridnya juga menjadi hal yang prihatin. Namun menurut Prof. Nizam fasilitas yang tidak memadai bisa dijadikan sebagai inovasi untuk mendidik sesuatu yang hebat dan menjadikan siswa sebagai saintis yang hebat melalui fondasi kegiatan internasional.
“Jangan jadikan kekurangan fasilitas jadi kendala namun jadikan challenge untuk membuat alat yang diciptakan dari hasil siswanya sendiri misalnya,” papar Prof. Nizam.
Selain itu, kendala mengajar dikelas dan kesulitan mencari referensi materi mata pelajaran untuk menjangkau konteks juga menjadi hambatan. Padahal referensi bisa didapat dari kehidupan sehari hari dan guru bisa melakukan diskusi. Contextual learning bisa dibuat penjelasan kegiatan nyata yang dihubungkan dengan konteks sains. Dengan keterlibatan aktif memberi kesempatan kepada siswa untuk mencapai kolaboratif pembelajarannya tidak membosankan.
“Salah satu kegiatan contextual learning yang tidak melupakan diferensiasi siswa adalah dengan gaya belajar dan style dalam pembelajaran untuk menciptakan peminatan yang banyak dan memanfaatkan stimulus serta memperhatikan aspek suara, memberi kesempatan,” papar Prof. dr. Gandes Retno Rahayu, M.Med.Ed., Ph.D. (Direktur Pendidikan dan Pengajaran UGM).
Contextual learning bisa dimulai dari bagaimana anak anak menghargai barang-barang yang tidak layak seperti sampah menjadi sesuatu yg penting. Bisa didasari dengan pengetahuan recific, respon, dan value. Sementara itu interaksi menjadi hal yang penting untuk menangani hambatan sarana prasarana yang ada. Dari acara workshop ini, FMIPA mengimplementasikan SDGs poin 4 Pendidikan berkelanjutan, SDGs poin 9 Kerjasama Inovasi, SDGs poin 17 Kemitraan untuk mencapai tujuan.
Penulis: Ratih Cintia Sari
Dokumentasi: Hero Prakosa Wibowo Priyanto
Editor: Febriska Noor Fitriana