Search

UNIVERSITAS GADJAH MADA FACULTY OF MATHEMATICS AND NATURAL SCIENCES 

Search

UNIVERSITAS GADJAH MADA FACULTY OF MATHEMATICS AND NATURAL SCIENCES 

Search

UNIVERSITAS GADJAH MADA FACULTY OF MATHEMATICS AND NATURAL SCIENCES 

Prestasi

Pengukuhan Profesor Farchani Rosyid, Padukan Fisika Teoretik dan Seni Lukis sebagai Cerminan Realisme Ilmiah

Yogyakarta, 27 Mei 2025 – Suasana Auditorium Lantai 1 Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Gadjah Mada (UGM) terasa istimewa pada Selasa siang. Salah satu putra terbaik Departemen Fisika UGM, Dr. rer. nat. Muhammad Farchani Rosyid, M.Si., resmi dikukuhkan sebagai profesor dalam bidang Fisika Teoretik. Dalam pidato pengukuhannya yang berjudul “Efektivitas Matematika yang Tak Masuk Akal dalam Menangkap dan Memahami Realitas Fisis”, Prof. Farchani mengajak audiens untuk merenungkan kembali esensi dari matematika dan sains dalam menggambarkan alam semesta.

“Apakah teori-teori ilmiah yang paling sukses yang kita punya telah memadai untuk menjelaskan atau menggambarkan hakikat semesta ini?” tanyanya dalam pidato yang bernuansa reflektif. Ia menekankan bahwa sains bukanlah sekadar kumpulan rumus atau hukum-hukum eksak, namun juga alat untuk memahami realitas, yang terkadang jauh lebih kompleks dari sekadar apa yang tampak di permukaan.

Dalam penjelasannya, Prof. Farchani mengangkat konsep realisme ilmiah, sebuah pandangan bahwa alam semesta yang digambarkan oleh ilmu pengetahuan benar-benar nyata, terlepas dari bagaimana manusia menafsirkannya. Pandangan ini ia sejajarkan dengan salah satu hobi uniknya: seni lukis realis. Baginya, seni adalah bentuk lain dari pencarian kebenaran, sama halnya dengan sains.

“Melukis  membutuhkan membutuhkan ilmu fisika pada setiap goresannya” ucapnya sambil menunjuk beberapa lukisan karyanya yang dipamerkan di sudut auditorium. Beberapa di antaranya berjudul “Trapped in Hydrodynamics”, “Jalur Trekking Kalitalang”, dan “Un poisson passe devant le phares de la Jument”. Karya-karya tersebut tidak hanya menampilkan keindahan visual, tetapi juga menunjukkan penerapan prinsip fisika optik dalam penggambaran tekstur, gelap terang, serta dinamika cahaya.

Melalui pameran lukisan ini, Prof. Farchani ingin menginspirasi para mahasiswa bahwa ilmu dan seni bukanlah dua dunia yang terpisah, tetapi dapat saling menguatkan. Ia juga mengaitkan gagasannya dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), khususnya SDG 4 (Pendidikan Berkualitas) dan SDG 9 (Inovasi dan Infrastruktur), dengan mendorong pendekatan multidisiplin dalam pendidikan tinggi yang menciptakan lulusan berpikir kritis dan kreatif.

Pengukuhan ini menjadi momentum penting tidak hanya bagi Prof. Farchani secara pribadi, tetapi juga bagi komunitas akademik UGM dan dunia sains Indonesia, untuk terus mendorong batas-batas pemahaman kita terhadap alam semesta – dengan logika, rasa, dan kreativitas.

Penulis: Amalia Nurmalitasari
Dokumentasi: Raditya Maulana Adiwicaksana

Read More

FMIPA UGM Lepas 62 Mahasiswa Program Pascasarjana dalam Wisuda Periode III 2024/2025, 47% Mahasiswa Lulus Dengan Pujian

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Gadjah Mada (FMIPA UGM) kembali melepas 62 mahasiswa program Pascasarjana pada Rabu, 23 April 2025. Terdapat 56 wisudawan dan wisudawati pada program magister, dengan rincian 26 dari program studi Ilmu Komputer, 7 dari Fisika, 2 dari Kimia, 16 dari Kecerdasan Artifisial, dan 5 dari Matematika. Pada program doktor,  terdapat 6 wisudawan dan wisudawati, dengan rincian 3 dari Fisika, 1 dari Kimia, 1 dari Matematika, dan 1 dari Kimia. Wisuda periode III tahun 2024/2025 ini meluluskan 29 mahasiswa berpredikat Dengan Pujian, 25 mahasiswa berpredikat Sangat Memuaskan, dan 7 mahasiswa berpredikat Memuaskan.

Dalam sambutannya, Dekan FMIPA UGM, Prof. Dr. Eng. Kuwat Triyana, M.Si., menyampaikan rasa bangga atas pencapaian para wisudawan dan berpesan agar selalu menjaga nama baik almamater di manapun berada. Beliau juga menegaskan pentingnya menjaga integritas dan semangat kejujuran dalam berkarya, sebagai cerminan lulusan FMIPA UGM yang unggul dan berintegritas.

Sementara itu, sambutan juga disampaikan oleh Sekretaris Program Studi Ilmu Komputer, Dr. Andi Darmawan sebagai perwakilan FMIPA UGM. Dalam pesannya, ia berharap para lulusan tetap istiqomah dalam menghadapi berbagai tantangan di masa depan. “Ingat, perjalanan masih panjang. Tetap semangat dan jangan ragu, kalian pasti bisa menaklukkan tantangan yang ada,” tuturnya.

Wisuda Periode III 20224/2025 ini mencerminkan nilai Sustainable Development Goals (SDGs), poin ke-4 yaitu Pendidikan Berkualitas. Kegiatan ini menandai awal dari perjalanan baru sebagai alumni FMIPA UGM yang diharapkan mampu memberikan kontribusi positif bagi bangsa dan negara.

Penulis : Sekar Melati Putri Pratiwi
Dokumentasi : Raditya Maulana Adiwicaksana, Aphrodity Nirmala Putri
Editor : Meitha Eka Nurhasanah

Read More

Intip Perjalanan Inspiratif Puti Naila, Mahasiswa Ilmu Komputer FMIPA UGM, dalam Ajang Harvard World MUN di Manila, Filipina.

Puti Naila, Mahasiswa Program Studi Ilmu Komputer FMIPA UGM angkatan 2023, berhasil membuktikan bahwa tidak ada batasan akademik dalam mencapai sebuah prestasi. Ia berhasil terpilih sebagai salah satu dari tiga delegasi yang mewakili Indonesia dalam ajang bergengsi Harvard World Model United Nation (HWMUN) yang berlangsung di Manila, Filipina.

Ketertarikan Naila terhadap isu diplomasi dan kemanusiaan berawal sejak saat sekolah menengah. Setelah mengenal adanya MUN, ia mencoba terjun ke dalamnya dan menyadari merasa bahwa MUN adalah wadah yang tepat bagi untuk berkembang dan menyalurkan aspirasinya. “MUN itu bukan hanya tentang debat, tapi juga tentang bagaimana kita menyelesaikan suatu masalah dengan pendekatan diplomasi,” ujarnya.

Sebelum berangkat ke Manila untuk menghadiri Harvard World MUN, Naila melakukan persiapan intens. Berbagai riset mendalam ia lakukan, karena dalam MUN, setiap delegasi harus mengeluarkan fakta dari sebuah riset untuk berpendapat, bukan sebuah opini pribadi. Persiapan tersebut pun membuahkan hasil, karena Naila berhasil melewati proses seleksi dari MUN UGM serta seleksi lanjutan yang sangat ketat dari pihak Harvard World MUN.

Sebagai mahasiswa Ilmu Komputer, Naila menghadapi tantangan tersendiri dalam mendalami isu global. Namun, latar belakangnya justru menjadi keunggulan dalam melakukan riset dan analisis kritis. Kemampuannya dalam berpikir sistematis serta menyusun solusi berbasis data membantunya menavigasi berbagai diskusi kompleks di MUN.

Pengalaman di MUN membuka wawasan Naila bahwa ilmu sains dan teknologi juga bisa diimplementasikan dalam organisasi internasional seperti PBB. Ia semakin yakin bahwa meskipun jurusan yang diambil tidak sepenuhnya sejalan dengan MUN, masih ada banyak cara untuk mengaplikasikan ilmu yang dimiliki dalam ranah diplomasi global. “Setelah berbincang dengan banyak orang di Manila, saya melihat bagaimana sains diterapkan di PBB, dan saya ingin bisa berkontribusi di sana,” ujarnya. Ke depannya, Naila ingin bekerja di organisasi internasional seperti PBB sambil tetap membawa keahlian di bidang ilmu komputer.

Mengikuti Harvard World MUN menjadi salah satu pengalaman terbaik bagi Naila. Ia merasa mendapatkan banyak pembelajaran dari diskusi dengan orang-orang hebat dari seluruh dunia. “Pesan saya untuk mahasiswa FMIPA yang tertarik pada MUN, kamu hanya perlu memulai. Meskipun tidak selalu sejalan dengan jurusanmu, ilmu yang kita miliki pasti bisa diterapkan. Jika kamu peduli dengan isu global, ini adalah sesuatu yang harus kamu coba,” ujarnya.

Prestasi Naila juga mendukung tujuan dari Sustainable Development Goals (SDGs) poin 4 yaitu Pendidikan Berkualitas, poin 16 yaitu Perdamaian, Keadilan, dan Kelembagaan Yang Tangguh, serta poin 17 yaitu Kemitraan untuk Mencapai Tujuan. Naila membuktikan bahwa keterlibatan dalam diplomasi dan kebijakan global bukan hanya domain ilmu sosial dan politik, tetapi juga dapat dijembatani dengan keahlian di bidang sains dan teknologi.

Penulis: Sekar Melati Putri Pratiwi
Dokumentasi: Puti Naila
Editor: Meitha Eka Nurhasanah

Read More

Mahasiswa Statistika FMIPA UGM Raih Juara Pertama Dalam Olimpiade Nasional Statistika ANAVA 19

Mahasiswa Program Studi Statistika FMIPA UGM angkatan 2022, Rahma dan Daffa, berhasil meraih juara pertama dalam kompetisi Olimpiade Nasional Statistika (ONS) yang diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Statistika (HIMASTA) FMIPA UGM dalam kegiatan ANAVA 19. Kompetisi ini merupakan bagian dari ajang pengenalan statistika dan festival data yang rutin diselenggarakan oleh HIMASTA FMIPA UGM.

Kompetisi ONS dimulai sejak Januari dengan babak penyisihan yang dilaksanakan secara daring. Pada tahap ini, peserta mengerjakan soal pilihan ganda yang menguji pemahaman teori statistika. Peserta yang lolos kemudian melanjutkan ke babak semifinal yang juga dilakukan secara daring dalam dua tahap. Tahap pertama berupa pengerjaan soal esai tentang teori statistika, sedangkan tahap kedua adalah studi kasus yang mengharuskan peserta menganalisis data dan menyusun solusi berdasarkan analisis yang dilakukan. Babak final yang berlangsung pada 14 Februari diselenggarakan secara luring di FMIPA UGM.

Rahma mengaku persiapan yang dilakukan lebih banyak berupa review materi dasar statistika serta strategi penyusunan makalah hasil analisis. Menjelang final, mereka lebih fokus pada latihan kekompakan tim untuk menghadapi tantangan yang diberikan. Bagi Rahma, perjalanan mengikuti kompetisi statistik sudah dimulai sejak semester dua ketika pertama kali mengikuti lomba esai dan berhasil mencapai final.

Menurut Rahma, meskipun mengalami beberapa kendala, pengalaman tersebut mendorongnya untuk terus berpartisipasi dalam kompetisi. “Dalam lomba pasti ada yang menang dan kalah, tetapi hal yang lebih pasti adalah pelajaran dan pengalaman yang kita dapatkan. Mengikuti kompetisi ONS ini menjadi tantangan tersendiri, banyak hal baru yang bisa dipelajari,” ujarnya.

Keberhasilan Rahma dan Daffa dalam kompetisi ini juga sejalan dengan tujuan Sustainable Development Goals (SDGs), khususnya pada poin keempat, yaitu Pendidikan Berkualitas. Partisipasi mereka dalam ajang akademik ini menunjukkan pentingnya pendidikan yang berkualitas dalam meningkatkan kapasitas individu.</p>

Penulis: Sekar Melati Putri Pratiwi
Dokumentasi: Rahma Nur Annis
Editor: Meitha Eka Nurhasanah

Read More

Mahasiswa Statistika FMIPA UGM Sukses Meraih Juara Pertama di Kompetisi Dataverse ANAVA 19

Dua Mahasiswa Program Studi Statistika Fakultas MIPA UGM, Fitri Hartanti dan Aulia Mirfah, sukses meraih kemenangan mutlak pada kompetisi Dataverse ANAVA 19, yang diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Statistika (HIMASTA) UGM. Kompetisi dilaksanakan mulai tanggal 10 sampai 22 Januari 2025 untuk babak penyisihan secara daring, kemudian dilanjutkan dengan final secara luring di tanggal 15 Februari 2025.

Bukan pertama kali bagi Fitri dan Mirfah menjadi rekan dalam sebuah kompetisi, keduanya memiliki chemistry yang baik sehingga dapat menjadi pondasi tambahan bagi mereka dalam berkompetisi. Akan tetapi, selama pelaksanaan babak penyisihan, tak jarang juga keduanya mengalami kendala dalam pengolahan data dikarenakan jumlah data yang tidak sedikit. Hal ini menyebabkan device yang mereka pakai terkadang membutuhkan waktu yang sangat lama untuk melakukan pemrosesan.

Walaupun mengalami kendala dan kesulitan, Fitri dan Mirfah mampu melaju ke babak final bersama lima tim lainnya. Babak final yang dilaksanakan secara luring membuat keduanya merasa sedikit gugup saat melakukan presentasi. Namun, hasil yang didapatkan sangat memuaskan. “Senang banget, karena di cabang lomba ini baru pertama kali finalnya dilakukan secara langsung. Walaupun sempat minder melihat lawan-lawan yang sudah berpengalaman, tetapi ini jadi pengalaman berharga buat kami,” ungkap Mirfah.

Fitri juga menambahkan bahwa mereka sangat mengapresiasi adanya lomba ini karena memberikan tantangan baru bagi mereka. “Ke depan, kami ingin lebih banyak belajar model lain untuk klasifikasi agar bisa membuat model yang lebih baik,” katanya. Mereka berharap kompetisi seperti ini terus diadakan agar semakin banyak mahasiswa yang tertarik mendalami bidang data science dan machine learning.

Prestasi Fitri dan Mirfah dalam mencapai kemenangan dalam lomba Dataverse ini turut mendukung Sustainable Development Goals (SDGs) poin 4, yaitu Pendidikan Berkualitas, serta poin 9, yaitu Industri, Inovasi, dan Infrastruktur. Dengan berpartisipasi dalam kompetisi ini, mahasiswa turut berkontribusi dalam pengembangan teknologi dan peningkatan kualitas pendidikan khususnya di bidang data science dan machine learning.

Penulis: Sekar Melati Putri Pratiwi
Dokumentasi: Fitri Hartanti
Editor: Meitha Eka Nurhasanah

Read More

Pengukuhan Guru Besar Prof. Suherman, S.Si., M.Sc., Ph.D, Tekankan Peran Penting Sensor Berbasis Nanomaterial dan AI untuk Lingkungan

Prof. Suherman, S.Si., M.Sc., Ph.D secara resmi dikukuhkan sebagai Guru Besar dalam bidang Kimia Analitik pada Selasa (22/4) dalam Sidang Terbuka Senat Guru Besar yang dilaksanakan di Ruang Balai Senat. Dalam pidato pengukuhannya, Prof. Suherman memaparkan orasi ilmiah berjudul Pengembangan Sensor dan Biosensor Kimia Berbasis Nanomaterial untuk Aplikasi Analisis Kimia Lingkungan.

Dalam orasinya, Prof. Suherman menekankan pentingnya inovasi dalam pengembangan sensor kimia untuk pemantauan lingkungan yang lebih akurat dan efisien. Ia mengungkapkan bahwa risetnya telah mencapai kemajuan signifikan, dengan pengintegrasian teknologi nano sensor bersama artificial intelegent (AI) sebagai lompatan baru dalam mendeteksi kontaminan lingkungan secara real-time. “Sensor kimia yang dikembangkan bukan hanya berperan sebagai alat deteksi, tetapi telah menjadi sistem cerdas yang mampu menganalisis dan menafsirkan data secara otomatis,” ujarnya.

Lebih dari sekadar paparan ilmiah, Prof. Suherman juga menyampaikan filosofi yang menjadi dasar semangat penelitiannya. Ia mengaitkan aktivitas meneliti dan mengembangkan ilmu dengan makna mendalam dari Al-Qur’an surat Al-‘Alaq ayat 1: Iqro. Menurutnya, kata “Iqro” yang berasal dari qaraa-yaqra’u-qira’ah memiliki makna tidak hanya membaca, tetapi juga menghimpun informasi, mendalami, dan meneliti. “Iqro” bukan sekadar perintah membaca, tapi ajakan untuk memahami dan menggali ilmu secara mendalam. Inilah landasan spiritual yang selalu saya pegang dalam berkarir di dunia riset,” terang Prof. Suherman.

Acara pengukuhan tersebut turut dihadiri oleh jajaran pimpinan universitas, kolega, mahasiswa, serta keluarga besar Prof. Suherman yang memberikan dukungan penuh atas pencapaiannya. Dalam wawancara yang dilakukan ia juga membagikan kisah pribadi tentang motivasi dan tantangan yang dihadapinya selama perjalanan akademik. Keluarga menjadi sumber utama inspirasi, sementara manajemen waktu disebut sebagai tantangan terbesar yang harus ia taklukkan untuk meraih gelar Guru Besar.

“Menjadi peneliti dan akademisi bukanlah perjalanan yang mudah. Saya belajar keras bagaimana memprioritaskan waktu dan tetap fokus agar bisa terus berkarya dan berkontribusi,” tambahnya.

Sebagai penutup, Prof. Suherman menegaskan bahwa riset dan pengembangan sensor berbasis nanomaterial dan kecerdasan buatan ini selaras dengan beberapa Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs), khususnya SDG 3 tentang Kehidupan Sehat dan Sejahtera, melalui deteksi dini zat pencemar yang berdampak pada kesehatan masyarakat, SDG 6 tentang Air Bersih dan Sanitasi Layak, dengan alat yang dapat memantau kualitas air secara akurat. Kemudian SDG 9 mengenai Industri, Inovasi dan Infrastruktur, melalui integrasi teknologi mutakhir, serta SDG 13 mengenai Penanganan Perubahan Iklim, dengan kontribusi pada sistem monitoring lingkungan secara berkelanjutan.

Penulis: Amalia Nurmalitasari
Dokumentasi:  Raditya Maulana Adiwicaksana
Editor: Meitha Eka Nurhasanah

Read More

Prof Suherman Dikukuhkan jadi Guru Besar Bidang Kimia Analitik dan Lingkungan

Dosen Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Gadjah Mada, Prof. Suherman, S.Si., M.Sc., Ph.D., resmi dikukuhkan sebagai Guru Besar Bidang Kimia Analitik dan Lingkungan, Selasa (22/4) di ruang Balai Senat Gedung Pusat UGM. Dalam upacara pengukuhan, Suherman menyampaikan pidato Guru Besar yang berjudul “Pengembangan Sensor dan Biosensor Kimia Berbasis Nanomaterial Untuk Aplikasi Analisis Lingkungan”.

Dalam pidatonya, Prof. Suherman, mengungkapkan bahwa salah satu masalah besar berkaitan dengan lingkungan adalah kualitas air terutama air minum untuk konsumsi. Dalam studi UNICEF pada tahun 2020 menyampaikan bahwa hampir 70% sumber air konsumsi telah tercemar limbah domestik dan beresiko memunculkan penyakit diare akibat buruknya penataan sanitasi rumah tangga. “Keberadaan bakteri E-Coli menjadi salah satu indikasi kualitas air minum. Belum lagi cemaran berbagai logam dampak dari industrialisasi yang tidak dibarengi infrastruktur yang memadai,” terangnya.

Untuk mendeteksi kualitas air, Suherman mengembangkan teknologi sensor yang didalamnya terdapat nanomaterial di mana memiliki sensitivitas yang luar biasa dan dapat digunakan untuk mendeteksi kualitas air. “Pendekatan sensor lingkungan terutama untuk sampel air dapat dilakukan melalui beberapa cara diantaranya menggunakan metode spektroskopi, elektrokimia dan sensor optik untuk mendeteksi kandungan nikel,” katanya.

Adapun untuk deteksi logam berat, kata Suherman, dapat dilakukan dengan metode spektroskopi berbasis fluoresensi dengan memanfaatkan material sensor berbasis karbon dot. Aplikasi sensor (carbon dots/CDs) juga dapat dimanfaatkan untuk biosensor bakteri E-Coli.

 

Suherman mengungkapkan bahwa perkembangan dunia riset terkait nanomaterial begitu pesat sehingga tidak hanya dalam perspektif modifikasi material saja, namun juga dalam sudut pandang aplikasinya yang semakin luas dan menjangkau berbagai bidang. Tantangan yang dihadapi tidak hanya menyasar pada parameter selektivitas dan sensitivitas, namun juga menuju satu bentuk aplikasi instrumentasi sensor yang handheld, mobile, dan real-time monitoring. “Dari sini kita menyadari bahwa jendela peluang begitu luas, dan tuntutan kolaborasi dengan bidang ilmu lain sangatlah terbuka,” ungkapnya.

Ketua Dewan Guru Besar, Prof. Dr. M. Baiquni, M.A., menyebutkan bahwa Prof. Suherman, S.Si., M.Sc., Ph.D., merupakan salah satu dari 526 Guru Besar aktif di UGM, dan salah satu dari 56 Guru Besar aktif dari 76 Guru Besar yang pernah dimiliki Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam UGM.

Penulis : Jelita Agustine
Editor   : Gusti Grehenson
Foto     : Donnie

Sumber : https://ugm.ac.id/id/berita/prof-suherman-dikukuhkan-jadi-guru-besar-bidang-kimia-analitik-dan-lingkungan/

Read More

Dosen FMIPA UGM Prof. Fahrudin Nugroho Dikukuhkan Guru Besar

Dosen Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Gadjah Mada, Prof. Dr. Eng. Fahrudin Nugroho, S.Si., M.Si., dikukuhkan Guru Besar, Selasa (22/4) di ruang Balai Senat Gedung Pusat UGM. Dalam pidato pengukuhan yang berjudul ‘Prospek Pengembangan Penelitian Dinamika Kompleks dalam Sistem Fisis’, Fahrudin menyoroti bagaimana konsep chaos dan turbulensi bukan sekadar istilah rumit di ruang kelas fisika, melainkan kenyataan yang membentuk banyak aspek kehidupan. “Di tengah dunia yang serba cepat dan kompleks, memahami ketidakteraturan justru menjadi kunci menciptakan solusi-solusi baru. Inilah sains yang mungkin terdengar abstrak, tapi dampaknya sangat nyata,” ungkapnya saat pidato pengukuhan dirinya sebagai Guru Besar dalam bidang Ilmu Dinamika Tak-linier dan Chaos di Balai Senat UGM, Selasa (22/4).

Chaos dan turbulensi sering kali ditemui tanpa disadari, mulai dari pola angin dan awan di langit, hingga dinamika fluida dalam dunia industri. Meski tampak acak, sistem ini tetap tunduk pada hukum-hukum dasar fisika dan memiliki struktur statistik yang bisa dianalisis. Artinya, dalam kekacauan pun, sains tetap bisa membaca pola tersembunyi. Ini menjadi landasan penting dalam dunia teknik, meteorologi, hingga penerbangan. “Turbulensi adalah keadaan aliran fluida yang sangat tidak teratur dan bergejolak, sedangkan istilah chaos sendiri merujuk pada dinamika sistem deterministik yang sangat sensitif terhadap kondisi awal,” terang Fahrudin.

Kini sebagai bidang yang terus berkembang, dinamika taklinier dan chaos menjangkau tiga cabang utama, yakni pengembangan teori, kontrol sistem, dan penerapan praktis. Fahrudin mencontohkan bagaimana algoritma pembelajaran mesin kini digunakan untuk memprediksi sistem yang chaotic, atau bagaimana teori bifurkasi berperan dalam memahami ketidakstabilan sistem ekologis. Di sinilah letak menariknya, sesuatu yang tampak berantakan bisa jadi hanya proses menuju keseimbangan baru, dan memahami proses tersebut dapat menyelamatkan banyak hal, mulai dari sistem alam hingga kesehatan manusia.“Chaos tidak selalu bersifat permanen, kadang hanya fase dinamis sementara,” ujarnya.

Di UGM sendiri, penelitian tentang dinamika chaos telah berkembang pesat. Salah satunya melalui rancang bangun sistem Rayleigh-Bénard Convection (RBC) yang memungkinkan peneliti mengamati transisi aliran dari teratur ke turbulen. Selain itu, Departemen Fisika UGM juga mengembangkan studi elektro-hidrodinamika (EHD) dalam kristal cair, yang telah berhasil mengungkap fenomena soft-mode turbulence (SMT), suatu jenis turbulensi dengan sifat ketaklinieran rendah. Temuan ini tidak hanya membuka ruang riset dasar, tetapi juga menjanjikan aplikasi di bidang teknologi material dan elektronika. “Kami menemukan adanya glassy dynamics pada SMT, serta respons SMT terhadap medan magnet bolak-balik yang menyerupai karakteristik feromagnetik,” jelas Fahrudin.

Tidak hanya eksperimen, tim peneliti juga mengeksplorasi pendekatan numerik dengan menganalisis berbagai persamaan diferensial nonlinier, seperti Kuramoto–Sivashinsky, Swift-Hohenberg, dan Nikolaevskii. Lewat simulasi ini, para peneliti dapat menguji hipotesis tanpa harus langsung ke laboratorium. Ini juga memungkinkan eksplorasi ide-ide baru yang bisa dikembangkan lebih lanjut menjadi teknologi aplikatif. “Simulasi ini memberikan wawasan penting tentang transisi dari dinamika biasa menuju chaos, serta struktur tersembunyi dalam turbulensi,” jelasnya.

Fahrudin juga menyinggung tokoh-tokoh penting dalam sejarah bidang ini, mulai dari Pierre-Gilles de Gennes, Giorgio Parisi, hingga Edward Ott. Dari mereka, dunia belajar bahwa sistem yang tampak kacau bisa mengandung keteraturan tersembunyi yang penting untuk kemajuan teknologi, komunikasi, hingga kecerdasan buatan. Ia mencontohkan teknologi komunikasi berbasis chaos shift keying yang sulit diintersepsi, menjadikannya relevan dalam pengembangan sistem keamanan data dan Internet of Things (IoT). Sains chaos pun kini bukan hanya studi akademik, tetapi juga bagian dari masa depan teknologi digital yang makin terhubung.

Menutup pidatonya, Fahrudin menyampaikan rasa terima kasih kepada keluarga, kolega, institusi, dan semua pihak yang telah mendukung perjalanannya hingga mencapai titik ini. Ia juga menitipkan harapan bagi generasi ilmuwan berikutnya untuk terus menggali potensi dinamika kompleks dalam sistem fisis. “Melalui pemahaman terhadap dinamika kompleks, kita dapat mengembangkan metode baru untuk mengendalikan dan memanfaatkan fenomena ini, baik untuk memahami alam lebih dalam maupun menerapkannya dalam teknologi. Di tengah dunia yang semakin kompleks, mungkin justru chaos-lah yang bisa menuntun kita menemukan pola, harapan, dan terobosan,” pungkasnya.

Ketua Majelis Dewan Guru Besar UGM, Prof. Dr. M. Baiquni, M.A., menyampaikan bahwa dengan pengukuhan ini, Prof. Fahrudin Nugroho menjadi bagian dari 526 Guru Besar aktif Universitas Gadjah Mada, sekaligus memperkuat barisan 56 Guru Besar aktif yang dimiliki oleh FMIPA UGM. Capaian ini tidak hanya memperkuat posisi UGM sebagai pusat keunggulan akademik di bidang dinamika kompleks dalam sistem fisis, tetapi juga menjadi bagian dari warisan keilmuan yang terus tumbuh, menyemai pemikiran dan pengabdian bagi kemajuan bangsa.

Penulis : Triya Andriyani
Foto     : Firsto

Sumber: https://ugm.ac.id/id/berita/dosen-fmipa-ugm-prof-fahrudin-nugroho-dikukuhkan-guru-besar/

Read More

Pengukuhan Profesor Farchani Rosyid, Padukan Fisika Teoretik dan Seni Lukis sebagai Cerminan Realisme Ilmiah

Yogyakarta, 27 Mei 2025 – Suasana Auditorium Lantai 1 Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Gadjah Mada (UGM) terasa istimewa pada Selasa siang. Salah satu putra terbaik Departemen Fisika UGM, Dr. rer. nat. Muhammad Farchani Rosyid, M.Si., resmi dikukuhkan sebagai profesor dalam bidang Fisika Teoretik. Dalam pidato pengukuhannya yang berjudul “Efektivitas Matematika yang Tak Masuk Akal dalam Menangkap dan Memahami Realitas Fisis”, Prof. Farchani mengajak audiens untuk merenungkan kembali esensi dari matematika dan sains dalam menggambarkan alam semesta.

“Apakah teori-teori ilmiah yang paling sukses yang kita punya telah memadai untuk menjelaskan atau menggambarkan hakikat semesta ini?” tanyanya dalam pidato yang bernuansa reflektif. Ia menekankan bahwa sains bukanlah sekadar kumpulan rumus atau hukum-hukum eksak, namun juga alat untuk memahami realitas, yang terkadang jauh lebih kompleks dari sekadar apa yang tampak di permukaan.

Dalam penjelasannya, Prof. Farchani mengangkat konsep realisme ilmiah, sebuah pandangan bahwa alam semesta yang digambarkan oleh ilmu pengetahuan benar-benar nyata, terlepas dari bagaimana manusia menafsirkannya. Pandangan ini ia sejajarkan dengan salah satu hobi uniknya: seni lukis realis. Baginya, seni adalah bentuk lain dari pencarian kebenaran, sama halnya dengan sains.

“Melukis  membutuhkan membutuhkan ilmu fisika pada setiap goresannya” ucapnya sambil menunjuk beberapa lukisan karyanya yang dipamerkan di sudut auditorium. Beberapa di antaranya berjudul “Trapped in Hydrodynamics”, “Jalur Trekking Kalitalang”, dan “Un poisson passe devant le phares de la Jument”. Karya-karya tersebut tidak hanya menampilkan keindahan visual, tetapi juga menunjukkan penerapan prinsip fisika optik dalam penggambaran tekstur, gelap terang, serta dinamika cahaya.

Melalui pameran lukisan ini, Prof. Farchani ingin menginspirasi para mahasiswa bahwa ilmu dan seni bukanlah dua dunia yang terpisah, tetapi dapat saling menguatkan. Ia juga mengaitkan gagasannya dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), khususnya SDG 4 (Pendidikan Berkualitas) dan SDG 9 (Inovasi dan Infrastruktur), dengan mendorong pendekatan multidisiplin dalam pendidikan tinggi yang menciptakan lulusan berpikir kritis dan kreatif.

Pengukuhan ini menjadi momentum penting tidak hanya bagi Prof. Farchani secara pribadi, tetapi juga bagi komunitas akademik UGM dan dunia sains Indonesia, untuk terus mendorong batas-batas pemahaman kita terhadap alam semesta – dengan logika, rasa, dan kreativitas.

Penulis: Amalia Nurmalitasari
Dokumentasi: Raditya Maulana Adiwicaksana

Read More

FMIPA UGM Lepas 62 Mahasiswa Program Pascasarjana dalam Wisuda Periode III 2024/2025, 47% Mahasiswa Lulus Dengan Pujian

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Gadjah Mada (FMIPA UGM) kembali melepas 62 mahasiswa program Pascasarjana pada Rabu, 23 April 2025. Terdapat 56 wisudawan dan wisudawati pada program magister, dengan rincian 26 dari program studi Ilmu Komputer, 7 dari Fisika, 2 dari Kimia, 16 dari Kecerdasan Artifisial, dan 5 dari Matematika. Pada program doktor,  terdapat 6 wisudawan dan wisudawati, dengan rincian 3 dari Fisika, 1 dari Kimia, 1 dari Matematika, dan 1 dari Kimia. Wisuda periode III tahun 2024/2025 ini meluluskan 29 mahasiswa berpredikat Dengan Pujian, 25 mahasiswa berpredikat Sangat Memuaskan, dan 7 mahasiswa berpredikat Memuaskan.

Dalam sambutannya, Dekan FMIPA UGM, Prof. Dr. Eng. Kuwat Triyana, M.Si., menyampaikan rasa bangga atas pencapaian para wisudawan dan berpesan agar selalu menjaga nama baik almamater di manapun berada. Beliau juga menegaskan pentingnya menjaga integritas dan semangat kejujuran dalam berkarya, sebagai cerminan lulusan FMIPA UGM yang unggul dan berintegritas.

Sementara itu, sambutan juga disampaikan oleh Sekretaris Program Studi Ilmu Komputer, Dr. Andi Darmawan sebagai perwakilan FMIPA UGM. Dalam pesannya, ia berharap para lulusan tetap istiqomah dalam menghadapi berbagai tantangan di masa depan. “Ingat, perjalanan masih panjang. Tetap semangat dan jangan ragu, kalian pasti bisa menaklukkan tantangan yang ada,” tuturnya.

Wisuda Periode III 20224/2025 ini mencerminkan nilai Sustainable Development Goals (SDGs), poin ke-4 yaitu Pendidikan Berkualitas. Kegiatan ini menandai awal dari perjalanan baru sebagai alumni FMIPA UGM yang diharapkan mampu memberikan kontribusi positif bagi bangsa dan negara.

Penulis : Sekar Melati Putri Pratiwi
Dokumentasi : Raditya Maulana Adiwicaksana, Aphrodity Nirmala Putri
Editor : Meitha Eka Nurhasanah

Read More

Intip Perjalanan Inspiratif Puti Naila, Mahasiswa Ilmu Komputer FMIPA UGM, dalam Ajang Harvard World MUN di Manila, Filipina.

Puti Naila, Mahasiswa Program Studi Ilmu Komputer FMIPA UGM angkatan 2023, berhasil membuktikan bahwa tidak ada batasan akademik dalam mencapai sebuah prestasi. Ia berhasil terpilih sebagai salah satu dari tiga delegasi yang mewakili Indonesia dalam ajang bergengsi Harvard World Model United Nation (HWMUN) yang berlangsung di Manila, Filipina.

Ketertarikan Naila terhadap isu diplomasi dan kemanusiaan berawal sejak saat sekolah menengah. Setelah mengenal adanya MUN, ia mencoba terjun ke dalamnya dan menyadari merasa bahwa MUN adalah wadah yang tepat bagi untuk berkembang dan menyalurkan aspirasinya. “MUN itu bukan hanya tentang debat, tapi juga tentang bagaimana kita menyelesaikan suatu masalah dengan pendekatan diplomasi,” ujarnya.

Sebelum berangkat ke Manila untuk menghadiri Harvard World MUN, Naila melakukan persiapan intens. Berbagai riset mendalam ia lakukan, karena dalam MUN, setiap delegasi harus mengeluarkan fakta dari sebuah riset untuk berpendapat, bukan sebuah opini pribadi. Persiapan tersebut pun membuahkan hasil, karena Naila berhasil melewati proses seleksi dari MUN UGM serta seleksi lanjutan yang sangat ketat dari pihak Harvard World MUN.

Sebagai mahasiswa Ilmu Komputer, Naila menghadapi tantangan tersendiri dalam mendalami isu global. Namun, latar belakangnya justru menjadi keunggulan dalam melakukan riset dan analisis kritis. Kemampuannya dalam berpikir sistematis serta menyusun solusi berbasis data membantunya menavigasi berbagai diskusi kompleks di MUN.

Pengalaman di MUN membuka wawasan Naila bahwa ilmu sains dan teknologi juga bisa diimplementasikan dalam organisasi internasional seperti PBB. Ia semakin yakin bahwa meskipun jurusan yang diambil tidak sepenuhnya sejalan dengan MUN, masih ada banyak cara untuk mengaplikasikan ilmu yang dimiliki dalam ranah diplomasi global. “Setelah berbincang dengan banyak orang di Manila, saya melihat bagaimana sains diterapkan di PBB, dan saya ingin bisa berkontribusi di sana,” ujarnya. Ke depannya, Naila ingin bekerja di organisasi internasional seperti PBB sambil tetap membawa keahlian di bidang ilmu komputer.

Mengikuti Harvard World MUN menjadi salah satu pengalaman terbaik bagi Naila. Ia merasa mendapatkan banyak pembelajaran dari diskusi dengan orang-orang hebat dari seluruh dunia. “Pesan saya untuk mahasiswa FMIPA yang tertarik pada MUN, kamu hanya perlu memulai. Meskipun tidak selalu sejalan dengan jurusanmu, ilmu yang kita miliki pasti bisa diterapkan. Jika kamu peduli dengan isu global, ini adalah sesuatu yang harus kamu coba,” ujarnya.

Prestasi Naila juga mendukung tujuan dari Sustainable Development Goals (SDGs) poin 4 yaitu Pendidikan Berkualitas, poin 16 yaitu Perdamaian, Keadilan, dan Kelembagaan Yang Tangguh, serta poin 17 yaitu Kemitraan untuk Mencapai Tujuan. Naila membuktikan bahwa keterlibatan dalam diplomasi dan kebijakan global bukan hanya domain ilmu sosial dan politik, tetapi juga dapat dijembatani dengan keahlian di bidang sains dan teknologi.

Penulis: Sekar Melati Putri Pratiwi
Dokumentasi: Puti Naila
Editor: Meitha Eka Nurhasanah

Read More

Mahasiswa Statistika FMIPA UGM Raih Juara Pertama Dalam Olimpiade Nasional Statistika ANAVA 19

Mahasiswa Program Studi Statistika FMIPA UGM angkatan 2022, Rahma dan Daffa, berhasil meraih juara pertama dalam kompetisi Olimpiade Nasional Statistika (ONS) yang diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Statistika (HIMASTA) FMIPA UGM dalam kegiatan ANAVA 19. Kompetisi ini merupakan bagian dari ajang pengenalan statistika dan festival data yang rutin diselenggarakan oleh HIMASTA FMIPA UGM.

Kompetisi ONS dimulai sejak Januari dengan babak penyisihan yang dilaksanakan secara daring. Pada tahap ini, peserta mengerjakan soal pilihan ganda yang menguji pemahaman teori statistika. Peserta yang lolos kemudian melanjutkan ke babak semifinal yang juga dilakukan secara daring dalam dua tahap. Tahap pertama berupa pengerjaan soal esai tentang teori statistika, sedangkan tahap kedua adalah studi kasus yang mengharuskan peserta menganalisis data dan menyusun solusi berdasarkan analisis yang dilakukan. Babak final yang berlangsung pada 14 Februari diselenggarakan secara luring di FMIPA UGM.

Rahma mengaku persiapan yang dilakukan lebih banyak berupa review materi dasar statistika serta strategi penyusunan makalah hasil analisis. Menjelang final, mereka lebih fokus pada latihan kekompakan tim untuk menghadapi tantangan yang diberikan. Bagi Rahma, perjalanan mengikuti kompetisi statistik sudah dimulai sejak semester dua ketika pertama kali mengikuti lomba esai dan berhasil mencapai final.

Menurut Rahma, meskipun mengalami beberapa kendala, pengalaman tersebut mendorongnya untuk terus berpartisipasi dalam kompetisi. “Dalam lomba pasti ada yang menang dan kalah, tetapi hal yang lebih pasti adalah pelajaran dan pengalaman yang kita dapatkan. Mengikuti kompetisi ONS ini menjadi tantangan tersendiri, banyak hal baru yang bisa dipelajari,” ujarnya.

Keberhasilan Rahma dan Daffa dalam kompetisi ini juga sejalan dengan tujuan Sustainable Development Goals (SDGs), khususnya pada poin keempat, yaitu Pendidikan Berkualitas. Partisipasi mereka dalam ajang akademik ini menunjukkan pentingnya pendidikan yang berkualitas dalam meningkatkan kapasitas individu.</p>

Penulis: Sekar Melati Putri Pratiwi
Dokumentasi: Rahma Nur Annis
Editor: Meitha Eka Nurhasanah

Read More

Mahasiswa Statistika FMIPA UGM Sukses Meraih Juara Pertama di Kompetisi Dataverse ANAVA 19

Dua Mahasiswa Program Studi Statistika Fakultas MIPA UGM, Fitri Hartanti dan Aulia Mirfah, sukses meraih kemenangan mutlak pada kompetisi Dataverse ANAVA 19, yang diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Statistika (HIMASTA) UGM. Kompetisi dilaksanakan mulai tanggal 10 sampai 22 Januari 2025 untuk babak penyisihan secara daring, kemudian dilanjutkan dengan final secara luring di tanggal 15 Februari 2025.

Bukan pertama kali bagi Fitri dan Mirfah menjadi rekan dalam sebuah kompetisi, keduanya memiliki chemistry yang baik sehingga dapat menjadi pondasi tambahan bagi mereka dalam berkompetisi. Akan tetapi, selama pelaksanaan babak penyisihan, tak jarang juga keduanya mengalami kendala dalam pengolahan data dikarenakan jumlah data yang tidak sedikit. Hal ini menyebabkan device yang mereka pakai terkadang membutuhkan waktu yang sangat lama untuk melakukan pemrosesan.

Walaupun mengalami kendala dan kesulitan, Fitri dan Mirfah mampu melaju ke babak final bersama lima tim lainnya. Babak final yang dilaksanakan secara luring membuat keduanya merasa sedikit gugup saat melakukan presentasi. Namun, hasil yang didapatkan sangat memuaskan. “Senang banget, karena di cabang lomba ini baru pertama kali finalnya dilakukan secara langsung. Walaupun sempat minder melihat lawan-lawan yang sudah berpengalaman, tetapi ini jadi pengalaman berharga buat kami,” ungkap Mirfah.

Fitri juga menambahkan bahwa mereka sangat mengapresiasi adanya lomba ini karena memberikan tantangan baru bagi mereka. “Ke depan, kami ingin lebih banyak belajar model lain untuk klasifikasi agar bisa membuat model yang lebih baik,” katanya. Mereka berharap kompetisi seperti ini terus diadakan agar semakin banyak mahasiswa yang tertarik mendalami bidang data science dan machine learning.

Prestasi Fitri dan Mirfah dalam mencapai kemenangan dalam lomba Dataverse ini turut mendukung Sustainable Development Goals (SDGs) poin 4, yaitu Pendidikan Berkualitas, serta poin 9, yaitu Industri, Inovasi, dan Infrastruktur. Dengan berpartisipasi dalam kompetisi ini, mahasiswa turut berkontribusi dalam pengembangan teknologi dan peningkatan kualitas pendidikan khususnya di bidang data science dan machine learning.

Penulis: Sekar Melati Putri Pratiwi
Dokumentasi: Fitri Hartanti
Editor: Meitha Eka Nurhasanah

Read More

Pengukuhan Guru Besar Prof. Suherman, S.Si., M.Sc., Ph.D, Tekankan Peran Penting Sensor Berbasis Nanomaterial dan AI untuk Lingkungan

Prof. Suherman, S.Si., M.Sc., Ph.D secara resmi dikukuhkan sebagai Guru Besar dalam bidang Kimia Analitik pada Selasa (22/4) dalam Sidang Terbuka Senat Guru Besar yang dilaksanakan di Ruang Balai Senat. Dalam pidato pengukuhannya, Prof. Suherman memaparkan orasi ilmiah berjudul Pengembangan Sensor dan Biosensor Kimia Berbasis Nanomaterial untuk Aplikasi Analisis Kimia Lingkungan.

Dalam orasinya, Prof. Suherman menekankan pentingnya inovasi dalam pengembangan sensor kimia untuk pemantauan lingkungan yang lebih akurat dan efisien. Ia mengungkapkan bahwa risetnya telah mencapai kemajuan signifikan, dengan pengintegrasian teknologi nano sensor bersama artificial intelegent (AI) sebagai lompatan baru dalam mendeteksi kontaminan lingkungan secara real-time. “Sensor kimia yang dikembangkan bukan hanya berperan sebagai alat deteksi, tetapi telah menjadi sistem cerdas yang mampu menganalisis dan menafsirkan data secara otomatis,” ujarnya.

Lebih dari sekadar paparan ilmiah, Prof. Suherman juga menyampaikan filosofi yang menjadi dasar semangat penelitiannya. Ia mengaitkan aktivitas meneliti dan mengembangkan ilmu dengan makna mendalam dari Al-Qur’an surat Al-‘Alaq ayat 1: Iqro. Menurutnya, kata “Iqro” yang berasal dari qaraa-yaqra’u-qira’ah memiliki makna tidak hanya membaca, tetapi juga menghimpun informasi, mendalami, dan meneliti. “Iqro” bukan sekadar perintah membaca, tapi ajakan untuk memahami dan menggali ilmu secara mendalam. Inilah landasan spiritual yang selalu saya pegang dalam berkarir di dunia riset,” terang Prof. Suherman.

Acara pengukuhan tersebut turut dihadiri oleh jajaran pimpinan universitas, kolega, mahasiswa, serta keluarga besar Prof. Suherman yang memberikan dukungan penuh atas pencapaiannya. Dalam wawancara yang dilakukan ia juga membagikan kisah pribadi tentang motivasi dan tantangan yang dihadapinya selama perjalanan akademik. Keluarga menjadi sumber utama inspirasi, sementara manajemen waktu disebut sebagai tantangan terbesar yang harus ia taklukkan untuk meraih gelar Guru Besar.

“Menjadi peneliti dan akademisi bukanlah perjalanan yang mudah. Saya belajar keras bagaimana memprioritaskan waktu dan tetap fokus agar bisa terus berkarya dan berkontribusi,” tambahnya.

Sebagai penutup, Prof. Suherman menegaskan bahwa riset dan pengembangan sensor berbasis nanomaterial dan kecerdasan buatan ini selaras dengan beberapa Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs), khususnya SDG 3 tentang Kehidupan Sehat dan Sejahtera, melalui deteksi dini zat pencemar yang berdampak pada kesehatan masyarakat, SDG 6 tentang Air Bersih dan Sanitasi Layak, dengan alat yang dapat memantau kualitas air secara akurat. Kemudian SDG 9 mengenai Industri, Inovasi dan Infrastruktur, melalui integrasi teknologi mutakhir, serta SDG 13 mengenai Penanganan Perubahan Iklim, dengan kontribusi pada sistem monitoring lingkungan secara berkelanjutan.

Penulis: Amalia Nurmalitasari
Dokumentasi:  Raditya Maulana Adiwicaksana
Editor: Meitha Eka Nurhasanah

Read More

Prof Suherman Dikukuhkan jadi Guru Besar Bidang Kimia Analitik dan Lingkungan

Dosen Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Gadjah Mada, Prof. Suherman, S.Si., M.Sc., Ph.D., resmi dikukuhkan sebagai Guru Besar Bidang Kimia Analitik dan Lingkungan, Selasa (22/4) di ruang Balai Senat Gedung Pusat UGM. Dalam upacara pengukuhan, Suherman menyampaikan pidato Guru Besar yang berjudul “Pengembangan Sensor dan Biosensor Kimia Berbasis Nanomaterial Untuk Aplikasi Analisis Lingkungan”.

Dalam pidatonya, Prof. Suherman, mengungkapkan bahwa salah satu masalah besar berkaitan dengan lingkungan adalah kualitas air terutama air minum untuk konsumsi. Dalam studi UNICEF pada tahun 2020 menyampaikan bahwa hampir 70% sumber air konsumsi telah tercemar limbah domestik dan beresiko memunculkan penyakit diare akibat buruknya penataan sanitasi rumah tangga. “Keberadaan bakteri E-Coli menjadi salah satu indikasi kualitas air minum. Belum lagi cemaran berbagai logam dampak dari industrialisasi yang tidak dibarengi infrastruktur yang memadai,” terangnya.

Untuk mendeteksi kualitas air, Suherman mengembangkan teknologi sensor yang didalamnya terdapat nanomaterial di mana memiliki sensitivitas yang luar biasa dan dapat digunakan untuk mendeteksi kualitas air. “Pendekatan sensor lingkungan terutama untuk sampel air dapat dilakukan melalui beberapa cara diantaranya menggunakan metode spektroskopi, elektrokimia dan sensor optik untuk mendeteksi kandungan nikel,” katanya.

Adapun untuk deteksi logam berat, kata Suherman, dapat dilakukan dengan metode spektroskopi berbasis fluoresensi dengan memanfaatkan material sensor berbasis karbon dot. Aplikasi sensor (carbon dots/CDs) juga dapat dimanfaatkan untuk biosensor bakteri E-Coli.

 

Suherman mengungkapkan bahwa perkembangan dunia riset terkait nanomaterial begitu pesat sehingga tidak hanya dalam perspektif modifikasi material saja, namun juga dalam sudut pandang aplikasinya yang semakin luas dan menjangkau berbagai bidang. Tantangan yang dihadapi tidak hanya menyasar pada parameter selektivitas dan sensitivitas, namun juga menuju satu bentuk aplikasi instrumentasi sensor yang handheld, mobile, dan real-time monitoring. “Dari sini kita menyadari bahwa jendela peluang begitu luas, dan tuntutan kolaborasi dengan bidang ilmu lain sangatlah terbuka,” ungkapnya.

Ketua Dewan Guru Besar, Prof. Dr. M. Baiquni, M.A., menyebutkan bahwa Prof. Suherman, S.Si., M.Sc., Ph.D., merupakan salah satu dari 526 Guru Besar aktif di UGM, dan salah satu dari 56 Guru Besar aktif dari 76 Guru Besar yang pernah dimiliki Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam UGM.

Penulis : Jelita Agustine
Editor   : Gusti Grehenson
Foto     : Donnie

Sumber : https://ugm.ac.id/id/berita/prof-suherman-dikukuhkan-jadi-guru-besar-bidang-kimia-analitik-dan-lingkungan/

Read More

Dosen FMIPA UGM Prof. Fahrudin Nugroho Dikukuhkan Guru Besar

Dosen Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Gadjah Mada, Prof. Dr. Eng. Fahrudin Nugroho, S.Si., M.Si., dikukuhkan Guru Besar, Selasa (22/4) di ruang Balai Senat Gedung Pusat UGM. Dalam pidato pengukuhan yang berjudul ‘Prospek Pengembangan Penelitian Dinamika Kompleks dalam Sistem Fisis’, Fahrudin menyoroti bagaimana konsep chaos dan turbulensi bukan sekadar istilah rumit di ruang kelas fisika, melainkan kenyataan yang membentuk banyak aspek kehidupan. “Di tengah dunia yang serba cepat dan kompleks, memahami ketidakteraturan justru menjadi kunci menciptakan solusi-solusi baru. Inilah sains yang mungkin terdengar abstrak, tapi dampaknya sangat nyata,” ungkapnya saat pidato pengukuhan dirinya sebagai Guru Besar dalam bidang Ilmu Dinamika Tak-linier dan Chaos di Balai Senat UGM, Selasa (22/4).

Chaos dan turbulensi sering kali ditemui tanpa disadari, mulai dari pola angin dan awan di langit, hingga dinamika fluida dalam dunia industri. Meski tampak acak, sistem ini tetap tunduk pada hukum-hukum dasar fisika dan memiliki struktur statistik yang bisa dianalisis. Artinya, dalam kekacauan pun, sains tetap bisa membaca pola tersembunyi. Ini menjadi landasan penting dalam dunia teknik, meteorologi, hingga penerbangan. “Turbulensi adalah keadaan aliran fluida yang sangat tidak teratur dan bergejolak, sedangkan istilah chaos sendiri merujuk pada dinamika sistem deterministik yang sangat sensitif terhadap kondisi awal,” terang Fahrudin.

Kini sebagai bidang yang terus berkembang, dinamika taklinier dan chaos menjangkau tiga cabang utama, yakni pengembangan teori, kontrol sistem, dan penerapan praktis. Fahrudin mencontohkan bagaimana algoritma pembelajaran mesin kini digunakan untuk memprediksi sistem yang chaotic, atau bagaimana teori bifurkasi berperan dalam memahami ketidakstabilan sistem ekologis. Di sinilah letak menariknya, sesuatu yang tampak berantakan bisa jadi hanya proses menuju keseimbangan baru, dan memahami proses tersebut dapat menyelamatkan banyak hal, mulai dari sistem alam hingga kesehatan manusia.“Chaos tidak selalu bersifat permanen, kadang hanya fase dinamis sementara,” ujarnya.

Di UGM sendiri, penelitian tentang dinamika chaos telah berkembang pesat. Salah satunya melalui rancang bangun sistem Rayleigh-Bénard Convection (RBC) yang memungkinkan peneliti mengamati transisi aliran dari teratur ke turbulen. Selain itu, Departemen Fisika UGM juga mengembangkan studi elektro-hidrodinamika (EHD) dalam kristal cair, yang telah berhasil mengungkap fenomena soft-mode turbulence (SMT), suatu jenis turbulensi dengan sifat ketaklinieran rendah. Temuan ini tidak hanya membuka ruang riset dasar, tetapi juga menjanjikan aplikasi di bidang teknologi material dan elektronika. “Kami menemukan adanya glassy dynamics pada SMT, serta respons SMT terhadap medan magnet bolak-balik yang menyerupai karakteristik feromagnetik,” jelas Fahrudin.

Tidak hanya eksperimen, tim peneliti juga mengeksplorasi pendekatan numerik dengan menganalisis berbagai persamaan diferensial nonlinier, seperti Kuramoto–Sivashinsky, Swift-Hohenberg, dan Nikolaevskii. Lewat simulasi ini, para peneliti dapat menguji hipotesis tanpa harus langsung ke laboratorium. Ini juga memungkinkan eksplorasi ide-ide baru yang bisa dikembangkan lebih lanjut menjadi teknologi aplikatif. “Simulasi ini memberikan wawasan penting tentang transisi dari dinamika biasa menuju chaos, serta struktur tersembunyi dalam turbulensi,” jelasnya.

Fahrudin juga menyinggung tokoh-tokoh penting dalam sejarah bidang ini, mulai dari Pierre-Gilles de Gennes, Giorgio Parisi, hingga Edward Ott. Dari mereka, dunia belajar bahwa sistem yang tampak kacau bisa mengandung keteraturan tersembunyi yang penting untuk kemajuan teknologi, komunikasi, hingga kecerdasan buatan. Ia mencontohkan teknologi komunikasi berbasis chaos shift keying yang sulit diintersepsi, menjadikannya relevan dalam pengembangan sistem keamanan data dan Internet of Things (IoT). Sains chaos pun kini bukan hanya studi akademik, tetapi juga bagian dari masa depan teknologi digital yang makin terhubung.

Menutup pidatonya, Fahrudin menyampaikan rasa terima kasih kepada keluarga, kolega, institusi, dan semua pihak yang telah mendukung perjalanannya hingga mencapai titik ini. Ia juga menitipkan harapan bagi generasi ilmuwan berikutnya untuk terus menggali potensi dinamika kompleks dalam sistem fisis. “Melalui pemahaman terhadap dinamika kompleks, kita dapat mengembangkan metode baru untuk mengendalikan dan memanfaatkan fenomena ini, baik untuk memahami alam lebih dalam maupun menerapkannya dalam teknologi. Di tengah dunia yang semakin kompleks, mungkin justru chaos-lah yang bisa menuntun kita menemukan pola, harapan, dan terobosan,” pungkasnya.

Ketua Majelis Dewan Guru Besar UGM, Prof. Dr. M. Baiquni, M.A., menyampaikan bahwa dengan pengukuhan ini, Prof. Fahrudin Nugroho menjadi bagian dari 526 Guru Besar aktif Universitas Gadjah Mada, sekaligus memperkuat barisan 56 Guru Besar aktif yang dimiliki oleh FMIPA UGM. Capaian ini tidak hanya memperkuat posisi UGM sebagai pusat keunggulan akademik di bidang dinamika kompleks dalam sistem fisis, tetapi juga menjadi bagian dari warisan keilmuan yang terus tumbuh, menyemai pemikiran dan pengabdian bagi kemajuan bangsa.

Penulis : Triya Andriyani
Foto     : Firsto

Sumber: https://ugm.ac.id/id/berita/dosen-fmipa-ugm-prof-fahrudin-nugroho-dikukuhkan-guru-besar/

Read More
Translate