Search

UNIVERSITAS GADJAH MADA FACULTY OF MATHEMATICS AND NATURAL SCIENCES 

Search

UNIVERSITAS GADJAH MADA FACULTY OF MATHEMATICS AND NATURAL SCIENCES 

Search

UNIVERSITAS GADJAH MADA FACULTY OF MATHEMATICS AND NATURAL SCIENCES 

Pendidikan

Dikukuhkan sebagai Guru Besar Kimia FMIPA UGM, Prof. Dr. Drs. Winarto Haryadi, M.Si Soroti Potensi Sumber Daya Alam Hayati Indonesia sebagai Bahan Baku Obat

Indonesia sebagai negara dengan kekayaan megabiodiversitas dunia ironisnya masih sangat bergantung pada impor untuk memenuhi kebutuhan bahan baku obat. Isu krusial ini diangkat oleh Prof. Dr. Drs. Winarto Haryadi, M.Si., dalam pidato pengukuhannya sebagai Guru Besar Bidang Ilmu Kimia Bahan Alam Tumbuhan Tropis dan Pengembangan Senyawa Obat Baru di Balai Senat Universitas Gadjah Mada (UGM) pada Selasa, 12 Agustus 2025.  Dalam pidatonya yang berjudul “Pengembangan Senyawa Aktif Bahan Alam sebagai Sumber Bahan Baku Obat Masa Depan,” Prof. Winarto menyoroti potensi luar biasa yang tersimpan dalam sumber daya alam hayati Indonesia untuk dijadikan bahan baku obat.

Menurutnya, ketergantungan pada produk impor merupakan sebuah ironi yang harus segera diatasi. “Dengan potensi alam yang sangat besar, perlu dilakukan eksplorasi senyawa aktif melalui penelitian dalam bidang Kimia bahan alam,” tegasnya.

Ia menjelaskan bahwa riset untuk menemukan senyawa aktif dari bahan alam merupakan fondasi strategis untuk mewujudkan kemandirian farmasi di masa depan. Upaya ini, menurutnya, sejalan dengan salah satu topik riset unggulan (flagship) di UGM, yaitu Kemandirian Bahan Baku Obat dan Alat Kesehatan. Lebih lanjut, Prof. Winarto menyatakan bahwa pengembangan bahan baku obat dari sumber daya lokal tidak hanya akan mengurangi ketergantungan impor, tetapi juga mendukung pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), khususnya tujuan nomor 3, yakni Kehidupan Sehat dan Sejahtera.

“Tantangan terbesar kita adalah bagaimana menyatukan semua potensi, mulai dari keanekaragaman hayati, pengetahuan tradisional, hingga sumber daya peneliti yang terus berkembang, dalam satu visi kemandirian inovasi berbasis senyawa aktif dari bahan alam Indonesia,” ujarnya.

Melalui risetnya, Prof. Winarto telah mengkaji berbagai potensi, mulai dari senyawa antikanker pada tanaman bangun-bangun (Coleus amboinicus), antibiotik dari turunan eritromisin, hingga senyawa bioaktif dari spons laut yang berpotensi sebagai obat malaria. Kontribusi dan dedikasinya menegaskan kembali peran sentral akademisi sentral akademisi dalam menjawab tantangan global melalui inovasi sains yang aplikatif dan berdampak luas. Hal ini sejalan dengan SDG poin 4 (Pendidikan Berkualitas), sekaligus poin 9 (Inovasi, Industri, dan Infrastruktur).

Penulis: Meitha Eka Nurhasanah
Dokumentasi: Raditya Maulana Wicaksana

Read More

Dikukuhkan sebagai Guru Besar Kimia Analitik FMIPA UGM, Prof. Dr.rer.nat. Nurul Hidayat Aprilita, M.Si Tawarkan Inovasi Ubah Limbah Industri Jadi Solusi Atasi Polusi

Pada 12 Agustus 2025, Prof. Dr.rer.nat. Nurul Hidayat Aprilita, M.Si resmi dikukuhkan sebagai guru besar dalam bidang kimia analitik di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Gadjah Mada (UGM). Dalam upacara pengukuhan, Prof. Nurul memaparkan gagasan inovatif mengenai pemanfaatan limbah padat industri sebagai solusi strategis untuk mengatasi pencemaran lingkungan. Melalui pidato pengukuhan berjudul “Modifikasi Limbah Padat Industri untuk Menangani Polutan Kimia Logam Berat Berbahaya dan Zat Warna,” ia menjelaskan bagaimana limbah yang melimpah dapat diubah menjadi material bernilai tinggi.

Menurutnya, limbah padat industri seperti slag nikel, abu dasar, abu layang batubara, dan slag baja, yang sering kali menjadi masalah lingkungan, memiliki potensi besar. Dengan sedikit pengolahan atau modifikasi, limbah ini dapat diubah menjadi bahan adsorben (penyerap) berbiaya rendah untuk menyerap polutan berbahaya seperti logam berat dan zat warna di perairan.

“Inovasi pemanfaatan kembali limbah melalui modifikasi untuk remediasi pencemar logam berat dan zat warna dapat menjadi solusi strategis dalam mencapai keberlanjutan industri dan lingkungan,” ujarnya dalam pidato tersebut.

Pendekatan ini, lanjutnya, menawarkan alternatif yang jauh lebih ekonomis dibandingkan material konvensional seperti karbon aktif yang harganya lebih mahal. Pemanfaatan limbah padat ini merupakan implementasi nyata dari pendekatan ekonomi sirkular yang menekankan pada penggunaan kembali material dan pengurangan limbah.

Ia juga menegaskan bahwa teknologi ini sejalan dengan prinsip kimia hijau (green chemistry) dan tujuan pembangunan berkelanjutan (sustainable development). “Teknologi ini sangat cocok untuk negara berkembang karena kesederhanaan proses dan ketersediaan bahan baku lokal yang melimpah,” tambahnya. Dengan riset berkelanjutan dan dukungan kebijakan, ia optimis pendekatan ini bisa menjadi solusi efisien dan berkelanjutan dalam pengendalian pencemaran.

Acara pengukuhan dihadiri oleh jajaran pimpinan UGM, sivitas akademika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Gadjah Mada, serta keluarga dan kolega Prof. Nurul. Dengan pengukuhan ini, UGM menegaskan kembali peran sentral akademisi dalam menjawab tantangan global melalui inovasi sains yang aplikatif dan berdampak luas. Hal ini sejalan dengan SDG poin 4 (Pendidikan Berkualitas), sekaligus poin 9 (Inovasi, Industri, dan Infrastruktur).

Penulis: Meitha Eka Nurhasanah
Dokumentasi: Raditya Maulana Wicaksana

Read More

Prof. Drs. Dwi Siswanta, M.Eng., Ph.D. Dikukuhkan sebagai Guru Besar dalam Bidang Ilmu Rekayasa Biosorben

Prof. Drs. Dwi Siswanta, M.Eng., Ph.D. dikukuhkan sebagai Guru Besar dalam bidang Ilmu Rekayasa Biosorben, Departemen Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA), pada Selasa (5/8) di Gedung Balairung UGM. Dalam pidato pengukuhannya, Prof. Dwi Siswanta menyampaikan orasi ilmiah berjudul Rekayasa Biopolimer untuk Keberlanjutan Inovasi Hijau bagi Lingkungan, Pangan, dan Kesehatan. Pidato tersebut menyoroti tantangan global terkait isu lingkungan, pangan, dan kesehatan, dengan fokus pada permasalahan pencemaran air sebagai salah satu isu krusial.

Dalam paparannya, Prof. Dwi Siswanta mengemukakan pentingnya pengembangan biosorben berbasis biopolimer sebagai solusi inovatif dan ramah lingkungan untuk mendukung keberlanjutan di tiga sektor utama tersebut. “Biopolimer telah muncul sebagai material strategis yang tidak hanya bersifat biodegradable dan biokompatibel, tetapi juga dapat dimodifikasi untuk berbagai aplikasi, mulai dari penjernihan air, pengawetan pangan, hingga penghantaran obat dalam sistem kesehatan,” ujarnya.

Rekayasa biopolimer yang ia kembangkan mencakup pendekatan interdisipliner dalam kimia material, rekayasa molekul, dan teknologi lingkungan. Pengembangan teknologi biosorben tersebut, menurut Prof. Dwi Siswanta, sejalan dengan  Sustainable Development Goals (SDGs), terutama poin 3 (Kesehatan yang Baik dan Kesejahteraan), poin 6 (Air Bersih dan Sanitasi Layak), dan poin 12 (Konsumsi dan Produksi yang Bertanggung Jawab). Penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi nyata bagi pemanfaatan sumber daya hayati lokal secara berkelanjutan sekaligus mendukung kebijakan nasional terkait pembangunan hijau.

Acara pengukuhan dihadiri oleh jajaran pimpinan UGM, sivitas akademika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Gadjah Mada, serta keluarga dan kolega Prof. Dwi Siswanta. Dengan pengukuhan ini, UGM menegaskan kembali peran sentral akademisi dalam menjawab tantangan global melalui inovasi sains yang aplikatif dan berdampak luas. Hal ini sejalan dengan SDG poin 4 (Pendidikan Berkualitas), sekaligus poin 9 (Inovasi, Industri, dan Infrastruktur).

Penulis: Amalia Nurmalitasari
Editor: Meitha Eka Nurhasanah
Dokumentasi: Raditya Maulana Wicaksana

Read More

Kisah Fikhri, Lulus Doktor UGM di Usia 25 Tahun dan Selesaikan Kuliah 2 Tahun 10 Bulan

Bagi Fikhri Astina Tasmara, melanjutkan studi doktoral bukan hanya untuk gelar, tetapi untuk berkontribusi pada perkembangan ilmu pengetahuan. Hal inilah yang mendorong semangat wisudawan Program Studi Doktor Fisika FMIPA UGM asal Makassar, Sulawesi Selatan ini untuk melanjutkan studinya dan berhasil lulus di usia 25 tahun 8 bulan.

Fikhri, kerap ia disapa, bercerita bahwa ia dibesarkan dalam keluarga yang sangat mengutamakan pendidikan. Orang tuanya selalu menanamkan pemahaman bahwa meskipun pendidikan bukanlah segalanya, tapi pendidikan bisa menjadi kunci untuk melanjutkan hidup dan meraih kesempatan. “Ibu dan nenek saya juga mengajarkan bahwa wanita harus memiliki daya dan kemampuan untuk mandiri. Ini selalu menjadi mindset yang terus saya bawa sepanjang hidup saya, sehingga saya selalu terdorong untuk terus belajar dan berkembang,” ujarnya ketika di wawancara, Kamis (31/7).

Sebelum melanjutkan studi doktoralnya di UGM, Fikhri mengambil pendidikan S1 di Universitas Hasanuddin dengan jurusan Fisika karena fisika menjadi salah satu mata pelajaran yang paling saya minati sejak SMP hingga SMA. Ia juga mengaku alasannya memilih melanjutkan studi ke Program Studi Doktor Fisika di UGM adalah karena UGM menawarkan lingkungan yang ideal untuk riset yang aplikatif dan berdampak bagi masyarakat. “Saya percaya bahwa UGM dapat memberikan lingkungan akademik yang kondusif untuk mengembangkan potensi dan memperdalam ilmu pengetahuan di bidang fisika, yang sudah saya geluti sejak jenjang S1,” katanya.

Menjadi Wisudawan Termuda 

Rasa senang dan haru datang ketika mengetahui bahwa ia merupakan wisudawan termuda dengan IPK 3.80. Fikhri mengaku memiliki prinsip bahwa semakin cepat ia berproses, semakin banyak kesempatan yang bisa diraih. “Meskipun terkadang banyak halangan yang menghadang di jalan kita, namun karena semuanya dimulai lebih cepat, kita jadi memiliki waktu lebih untuk terus memperbaiki diri dan memikirkan solusi atas masalah yang kita hadapi,” ungkap Fikhri.

Menyelesaikan studinya di usia muda ini bukanlah terinspirasi dari tokoh-tokoh dunia, melainkan dari kakak kandungnya sendiri. Fikhri mengaku bahwa ia belajar banyak hal dari sang Kakak dengan mengikuti dan belajar dari setiap langkah yang dia ambil. “Melihat bagaimana kakak saya menjalani pendidikannya dengan penuh dedikasi dan menjadi sukses, saya merasa termotivasi untuk terus melangkah maju dan menyelesaikan studi saya dengan cara yang sama,” ujar Fikhri.

Selain itu, peran keluarga, teman, dan dosen sangat besar dalam mendukung pencapaian saya. Fikhri mengatakan bahwa keluarganya selalu memberikan dukungan penuh terhadap setiap langkah yang ia ambil. Ia selalu teringat pada senyum mendiang ayahnya ketika ia meraih peringkat satu yang terus menjadi motivasinya untuk mengembangkan diri dan mencapai prestasi yang membanggakan ayahnya. “Keberhasilan saya juga tidak lepas dari doa dan dukungan ibu saya, yang selalu memberikan kekuatan, serta dorongan kuat dari saudari saya,” ungkapnya.

Lebih lanjut, ia mengaku sangat berterima kasih kepada tim promotornya yang banyak memberikan ilmu dan arahan yang sangat berarti serta mendampingi Fikhri dalam setiap langkah penyelesaian studinya. Tim promotor tersebut antara lain Prof. Dr. Mitrayana, S.Si., M.Si, Dr. drg. Rini Widyaningrum, M.Biotech, dan Dr. Andreas Setiawan, M.T.

Salah satu pengalaman menariknya selama di UGM adalah menyadari bahwa ilmu fisika yang ia pelajari telah membawa saya ke banyak tempat. Semasa studinya di UGM, ia berkesempatan untuk bisa menghadiri berbagai konferensi di Indonesia, yang tidak hanya memberinya kesempatan untuk melihat tempat baru, tetapi juga untuk memperluas jaringan dan bertemu dengan rekan-rekan yang memiliki minat serupa.

Salah satu pengalaman yang paling membekas di benak Fikhri adalah ketika ia menjadi visiting researcher di salah satu universitas terkemuka di Jepang yakni Tohoku University, Sendai, Jepang, di Graduate School of Biomedical Engineering. Ia mengatakan bahwa pengalaman risetnya selama di sana sangatlah berharga, dan mendapatkan wawasan baru dalam penelitian dan kolaborasi.

Berhasil menyelesaikan studi di usia yang muda dalam waktu 2 tahun 10 bulan tidaklah mudah bagi Fikhri. Terlebih, ia juga berhasil menjadi wisudawan dengan IPK yang tinggi. Maka dari itu, salah satu cara Fikhri untuk menjaga keseimbangan antara kehidupan akademik dan pribadinya adalah dengan memadatkan jadwal dan memastikan bahwa setiap hari memiliki sesuatu yang ditunggu.

Dengan membuat jadwal yang tidak hanya untuk tugas-tugas akademik, tetapi juga untuk kegiatan sosial, ia memiliki cara untuk tidak menunda tugas-tugasnya. “Dengan cara ini, saya bisa tetap fokus pada tugas akademik sambil menikmati momen sosial. Ini juga membantu saya menghindari stres berkepanjangan, karena keseimbangan tersebut membuat saya tetap produktif,” katanya.

Fikhri berpesan untuk mahasiswa yang sedang berjuang menyelesaikan studinya untuk selalu menjaga semangat dan fokus pada tujuan. Terkadang, perjalanan akademik bisa terasa berat dan penuh tantangan, namun Fikhri mengingatkan bahwa setiap langkah kecil yang kita ambil menuju tujuan adalah bagian dari proses yang berharga. “Cobalah untuk tidak terlalu terbebani dengan hasil instan, tetapi nikmati setiap proses belajarnya,” pesannya.

Selain itu, ia berpesan untuk jangan ragu untuk meminta bantuan atau berdiskusi dengan dosen dan teman-teman. Kolaborasi seringkali membuka jalan menuju pemahaman yang lebih dalam. Yang terpenting, jangan sampai pekerjaan akademik membuat kita kehilangan waktu untuk diri sendiri, keluarga, atau teman-teman. “Luangkan waktu untuk istirahat, berinteraksi dengan orang lain, dan rayakan pencapaian-pencapaian meski kecil,” pungkasnya.

Penulis : Lintang Andwyna
Editor : Gusti Grehenson
Foto : Dok. Fikhri

Sumber: https://ugm.ac.id/id/berita/kisah-fikhri-lulus-doktor-ugm-di-usia-25-tahun-dan-selesaikan-kuliah-2-tahun-10-bulan/

Read More

Jatuh Cinta pada Matematika: Pandangan Tiga Ilmuwan Italia di CIMPA School 2025

Apa yang membuat seseorang jatuh cinta pada matematika? Pertanyaan ini menjadi bahan renungan dalam sebuah sesi santai namun penuh makna di sela kegiatan CIMPA School 2025, yang berlangsung di Auditorium Lantai 1 FMIPA UGM pada 25 Juli lalu. Tiga dosen asal Italia, yakni Anna Maria Iezzi, Francesco Campagna, dan Valerio Talamanca berbagi pandangan mereka tentang bagaimana membuat lebih banyak orang, terutama mahasiswa, menghargai dan memahami peran penting matematika kehidupan.

Anna Maria Iezzi, pengajar matematika terapan dari Université Grenoble Alpes, Prancis, membuka dengan refleksi dari masa mahasiswanya. “Dulu, saya merasa sulit melihat bagaimana matematika bisa langsung diterapkan. Tapi sekarang, saya menyadari betapa kerennya menjadi matematikawan. Terutama saat kita masuk ke bidang seperti kriptografi, teori yang kita pelajari ternyata bisa berdampak besar di dunia digital,” ungkapnya.

Ia mengajak mahasiswa untuk lebih terbuka melihat aplikasi nyata dari matematika, terutama di era teknologi tinggi. “Cobalah melihat dari sisi penggunaannya. Dari situ kamu akan sadar bahwa kita, para matematikawan, punya kontribusi nyata terhadap masa depan digital dan keamanan informasi,” tambahnya. Pandangannya selaras dengan Sustainable Development Goals (SDG) 9: Industri, Inovasi, dan Insfrastruktur, yang menekankan pentingnya inovasi berbasis sains seperti kriptografi dalam membangun masyarakat yang tangguh dan berkelanjutan.

Francesco Campagna, dosen teori bilangan dari Université Clermont Auvergne, Prancis, membawa perspektif yang lebih ringan dan menyenangkan. “Number theory itu seperti game. Kamu bisa menemukan banyak masalah yang terlihat sederhana, tapi sebenarnya sangat sulit diselesaikan. Dan itu membuatmu tertantang terus,” ujarnya. Ia menambahkan, “It’s easy to fall in love with mathematics when you realize it’s like playing a game, and yet one of the oldest subjects in human history.” Baginya, kekuatan matematika terletak pada kedalaman dan sejarah panjangnya yang masih menyimpan misteri. Cara pandangnya sangat mendukung SDG 4: Pendidikan Berkualitas, dengan menekankan pembelajaran yang tidak hanya serius tetapi juga menyenangkan dan bermakna.

Terakhir, Valerio Talamanca, dosen dari Università Roma Tre, Italia, yang mengajar Algebraic Number Theory, menyampaikan jawabannya dengan gaya santai namun tulus. “Saya tidak punya strategi khusus untuk membuat orang menyukai matematika. Sama seperti orang jatuh cinta. Kalau memang suka, ya suka. Kalau tidak, ya tidak,” tuturnya sambil tertawa kecil. Namun, ia meyakini bahwa ketika seseorang benar-benar mencintai matematika, itu akan menjadi bagian dari dirinya. “You cannot force someone to love mathematics. But when they do, it becomes part of who they are,” tutupnya.

Ketiga pandangan ini memperlihatkan bahwa cinta terhadap matematika bisa tumbuh dari berbagai arah, mulai dari aplikasi praktis, tantangan intelektual, hingga dari kepekaan personal. Sebagaimana yang ditekankan dalam agenda SDGs, khususnya SDG 4 dan 9, menciptakan pendidikan berkualitas dan inovasi yang berdampak memerlukan fondasi kuat, dengan matematika adalah salah satunya.

Penulis: Amalia Nurmalitasari
Editor: Meitha Eka Nurhasanah
Dokumentasi: Tim Media Departemen Matematika

Read More

Direktur CIMPA Bagikan Kiat Menjadi Pemimpin yang Baik: “Dekatkan Diri Seperti Keluarga”

Centre International de Mathématiques Pures et Appliquées (CIMPA) School 2025 yang merupakan kolaborasi antara CIMPA dan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Gadjah Mada, menghadirkan berbagai narasumber dari berbagai negara. Pada salah satu sela acara CIMPA School 2025, tim Media FMIPA berkesempatan mewawancarai langsung Direktur CIMPA, yakni Prof. Christophe Ritzenthaler dari Université de Strasbourg, Prancis. Dalam wawancaranya, ia membagikan sudut pandang pribadi tentang bagaimana menjadi pemimpin yang baik, terutama dalam konteks kepemimpinan di ranah akademik dan kolaboratif internasional.

Menjadi Direktur CIMPA bukanlah tugas yang ringan. Menurut Prof. Christophe Ritzenthaler, dibutuhkan komitmen waktu dan dedikasi yang besar. “It takes quite a lot of time and dedication. So you need to be ready to really spend a lot of time doing this work,” ungkapnya. Ia pun menyampaikan bahwa ketika memegang peran ini, dirinya harus rela mengesampingkan sementara waktu riset pribadinya.

Namun, baginya, aspek paling penting dalam kepemimpinan bukan hanya urusan administratif, tetapi relasi kepada sekitar. “my approach is really to try to be as close as possible to the people, in the sense that I believe that everyone, all the other colleagues, organizers, are really colleagues,” jelasnya dengan senyum hangat.

Dalam dunia yang semakin terhubung, pemimpin masa depan ditantang bukan hanya untuk cakap secara intelektual, tetapi juga hangat secara emosional dan inklusif secara sosial. Pendekatan itu pula yang ia terapkan kepada para peserta. “I also try to also speak to all the participants as we are, like a big family, because I think it’s, yeah, it’s a way to try to really connect to the people and to have their true impressions on what is going,” pungkasnya. Dengan semangat kolaboratif dan pendekatan yang merangkul seperti keluarga, tak heran jika suasana CIMPA School 2025 terasa hangat meski datang dari berbagai belahan dunia.

Keikutsertaan FMIPA dalam program internasional seperti CIMPA menjadi wujud nyata dari upaya memperluas akses pendidikan matematika murni dan terapan, serta membangun atmosfer akademik yang menjunjung tinggi nilai keilmuan dan kemanusiaan. Hal ini selaras dengan Sustainable Development Goals (SDGs) poin ke-4 yaitu Pendidikan Berkualitas. Adapun kolaborasi yang datang dari berbagai latar belakang dan penjuru dunia juga sejalan dengan SDG ke-17 tentang Kemitraan untuk Mencapai Tujuan.

Penulis : Meitha Eka Nurhasanah
Reportase : Amalia Nurmalitasari
Dokumentasi : Azizah

Read More

Antusiasme Peserta CIMPA School 2025 dalam Acara Cultural Night yang Memperkenalkan Kebudayaan Yogyakarta: “Interesting to Learn”

CIMPA School 2025, yang merupakan kolaborasi antara Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Gadjah Mada (UGM) dengan The Centre International de Mathématiques Pures et Appliquées (CIMPA), menyelenggarakan berbagai rangkaian kegiatan pada 14–25 Juli 2025. Salah satu agenda yang paling menarik perhatian adalah Cultural Night yang digelar di CIMPA Mathematics Departement. Acara ini berhasil memukau para peserta CIMPA School 2025 serta memberikan kesan dan pengalaman berharga bagi mereka.

Salah satu peserta, Hakim, yang merupakan perwakilan dari Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN), mengungkapkan kekagumannya terhadap sajian budaya yang ia saksikan. “Honestly, I didn’t know much about the history of Yogyakarta and its temples. But through the theater show about Ramayana, I got to learn something new. It’s interesting to see how the story unfolds,” ujarnya antusias. “It’s a fun activity that relieves the stress from our intense learning sessions over the past two weeks,” pungkasnya.

Tak hanya para peserta, suasana hangat juga terasa dalam cerita Adeline, seorang peneliti di CNRS Prancis yang datang bersama anak dan suaminya. Baginya, CIMPA School 2025 bukan hanya ajang akademik, tetapi juga pengalaman keluarga yang berkesan. “It’s a very nice experience. The children are very happy to discover Indonesia with me,” ungkapnya.

Acara ini bukan sekadar ajang pertunjukan budaya yang penuh pengetahuan dan pembelajaran. Lebih dari itu, CIMPA School 2025 menjadi ruang perjumpaan yang mempertemukan sains dan budaya sebagai bagian dari kontribusi terhadap Sustainable Development Goals (SDGs). Sejalan dengan SDG poin ke-4, yaitu Pendidikan Berkualitas, CIMPA berkomitmen mendorong pemerataan akses pendidikan matematika yang bermutu serta memperkuat kapasitas ilmiah. Jalinan kolaborasi global dalam bidang pengetahuan dan teknologi yang dibangun juga selaras dengan SDG poin ke-17, yakni Kemitraan untuk Mencapai Tujuan.

Penulis : Meitha Eka Nurhasanah
Reportase : Amalia Nurmalitasari
Dokumentasi : Amalia Nurmalitasari

Read More

Dikukuhkan sebagai Guru Besar Kimia FMIPA UGM, Prof. Dr. Drs. Winarto Haryadi, M.Si Soroti Potensi Sumber Daya Alam Hayati Indonesia sebagai Bahan Baku Obat

Indonesia sebagai negara dengan kekayaan megabiodiversitas dunia ironisnya masih sangat bergantung pada impor untuk memenuhi kebutuhan bahan baku obat. Isu krusial ini diangkat oleh Prof. Dr. Drs. Winarto Haryadi, M.Si., dalam pidato pengukuhannya sebagai Guru Besar Bidang Ilmu Kimia Bahan Alam Tumbuhan Tropis dan Pengembangan Senyawa Obat Baru di Balai Senat Universitas Gadjah Mada (UGM) pada Selasa, 12 Agustus 2025.  Dalam pidatonya yang berjudul “Pengembangan Senyawa Aktif Bahan Alam sebagai Sumber Bahan Baku Obat Masa Depan,” Prof. Winarto menyoroti potensi luar biasa yang tersimpan dalam sumber daya alam hayati Indonesia untuk dijadikan bahan baku obat.

Menurutnya, ketergantungan pada produk impor merupakan sebuah ironi yang harus segera diatasi. “Dengan potensi alam yang sangat besar, perlu dilakukan eksplorasi senyawa aktif melalui penelitian dalam bidang Kimia bahan alam,” tegasnya.

Ia menjelaskan bahwa riset untuk menemukan senyawa aktif dari bahan alam merupakan fondasi strategis untuk mewujudkan kemandirian farmasi di masa depan. Upaya ini, menurutnya, sejalan dengan salah satu topik riset unggulan (flagship) di UGM, yaitu Kemandirian Bahan Baku Obat dan Alat Kesehatan. Lebih lanjut, Prof. Winarto menyatakan bahwa pengembangan bahan baku obat dari sumber daya lokal tidak hanya akan mengurangi ketergantungan impor, tetapi juga mendukung pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), khususnya tujuan nomor 3, yakni Kehidupan Sehat dan Sejahtera.

“Tantangan terbesar kita adalah bagaimana menyatukan semua potensi, mulai dari keanekaragaman hayati, pengetahuan tradisional, hingga sumber daya peneliti yang terus berkembang, dalam satu visi kemandirian inovasi berbasis senyawa aktif dari bahan alam Indonesia,” ujarnya.

Melalui risetnya, Prof. Winarto telah mengkaji berbagai potensi, mulai dari senyawa antikanker pada tanaman bangun-bangun (Coleus amboinicus), antibiotik dari turunan eritromisin, hingga senyawa bioaktif dari spons laut yang berpotensi sebagai obat malaria. Kontribusi dan dedikasinya menegaskan kembali peran sentral akademisi sentral akademisi dalam menjawab tantangan global melalui inovasi sains yang aplikatif dan berdampak luas. Hal ini sejalan dengan SDG poin 4 (Pendidikan Berkualitas), sekaligus poin 9 (Inovasi, Industri, dan Infrastruktur).

Penulis: Meitha Eka Nurhasanah
Dokumentasi: Raditya Maulana Wicaksana

Read More

Dikukuhkan sebagai Guru Besar Kimia Analitik FMIPA UGM, Prof. Dr.rer.nat. Nurul Hidayat Aprilita, M.Si Tawarkan Inovasi Ubah Limbah Industri Jadi Solusi Atasi Polusi

Pada 12 Agustus 2025, Prof. Dr.rer.nat. Nurul Hidayat Aprilita, M.Si resmi dikukuhkan sebagai guru besar dalam bidang kimia analitik di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Gadjah Mada (UGM). Dalam upacara pengukuhan, Prof. Nurul memaparkan gagasan inovatif mengenai pemanfaatan limbah padat industri sebagai solusi strategis untuk mengatasi pencemaran lingkungan. Melalui pidato pengukuhan berjudul “Modifikasi Limbah Padat Industri untuk Menangani Polutan Kimia Logam Berat Berbahaya dan Zat Warna,” ia menjelaskan bagaimana limbah yang melimpah dapat diubah menjadi material bernilai tinggi.

Menurutnya, limbah padat industri seperti slag nikel, abu dasar, abu layang batubara, dan slag baja, yang sering kali menjadi masalah lingkungan, memiliki potensi besar. Dengan sedikit pengolahan atau modifikasi, limbah ini dapat diubah menjadi bahan adsorben (penyerap) berbiaya rendah untuk menyerap polutan berbahaya seperti logam berat dan zat warna di perairan.

“Inovasi pemanfaatan kembali limbah melalui modifikasi untuk remediasi pencemar logam berat dan zat warna dapat menjadi solusi strategis dalam mencapai keberlanjutan industri dan lingkungan,” ujarnya dalam pidato tersebut.

Pendekatan ini, lanjutnya, menawarkan alternatif yang jauh lebih ekonomis dibandingkan material konvensional seperti karbon aktif yang harganya lebih mahal. Pemanfaatan limbah padat ini merupakan implementasi nyata dari pendekatan ekonomi sirkular yang menekankan pada penggunaan kembali material dan pengurangan limbah.

Ia juga menegaskan bahwa teknologi ini sejalan dengan prinsip kimia hijau (green chemistry) dan tujuan pembangunan berkelanjutan (sustainable development). “Teknologi ini sangat cocok untuk negara berkembang karena kesederhanaan proses dan ketersediaan bahan baku lokal yang melimpah,” tambahnya. Dengan riset berkelanjutan dan dukungan kebijakan, ia optimis pendekatan ini bisa menjadi solusi efisien dan berkelanjutan dalam pengendalian pencemaran.

Acara pengukuhan dihadiri oleh jajaran pimpinan UGM, sivitas akademika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Gadjah Mada, serta keluarga dan kolega Prof. Nurul. Dengan pengukuhan ini, UGM menegaskan kembali peran sentral akademisi dalam menjawab tantangan global melalui inovasi sains yang aplikatif dan berdampak luas. Hal ini sejalan dengan SDG poin 4 (Pendidikan Berkualitas), sekaligus poin 9 (Inovasi, Industri, dan Infrastruktur).

Penulis: Meitha Eka Nurhasanah
Dokumentasi: Raditya Maulana Wicaksana

Read More

Prof. Drs. Dwi Siswanta, M.Eng., Ph.D. Dikukuhkan sebagai Guru Besar dalam Bidang Ilmu Rekayasa Biosorben

Prof. Drs. Dwi Siswanta, M.Eng., Ph.D. dikukuhkan sebagai Guru Besar dalam bidang Ilmu Rekayasa Biosorben, Departemen Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA), pada Selasa (5/8) di Gedung Balairung UGM. Dalam pidato pengukuhannya, Prof. Dwi Siswanta menyampaikan orasi ilmiah berjudul Rekayasa Biopolimer untuk Keberlanjutan Inovasi Hijau bagi Lingkungan, Pangan, dan Kesehatan. Pidato tersebut menyoroti tantangan global terkait isu lingkungan, pangan, dan kesehatan, dengan fokus pada permasalahan pencemaran air sebagai salah satu isu krusial.

Dalam paparannya, Prof. Dwi Siswanta mengemukakan pentingnya pengembangan biosorben berbasis biopolimer sebagai solusi inovatif dan ramah lingkungan untuk mendukung keberlanjutan di tiga sektor utama tersebut. “Biopolimer telah muncul sebagai material strategis yang tidak hanya bersifat biodegradable dan biokompatibel, tetapi juga dapat dimodifikasi untuk berbagai aplikasi, mulai dari penjernihan air, pengawetan pangan, hingga penghantaran obat dalam sistem kesehatan,” ujarnya.

Rekayasa biopolimer yang ia kembangkan mencakup pendekatan interdisipliner dalam kimia material, rekayasa molekul, dan teknologi lingkungan. Pengembangan teknologi biosorben tersebut, menurut Prof. Dwi Siswanta, sejalan dengan  Sustainable Development Goals (SDGs), terutama poin 3 (Kesehatan yang Baik dan Kesejahteraan), poin 6 (Air Bersih dan Sanitasi Layak), dan poin 12 (Konsumsi dan Produksi yang Bertanggung Jawab). Penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi nyata bagi pemanfaatan sumber daya hayati lokal secara berkelanjutan sekaligus mendukung kebijakan nasional terkait pembangunan hijau.

Acara pengukuhan dihadiri oleh jajaran pimpinan UGM, sivitas akademika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Gadjah Mada, serta keluarga dan kolega Prof. Dwi Siswanta. Dengan pengukuhan ini, UGM menegaskan kembali peran sentral akademisi dalam menjawab tantangan global melalui inovasi sains yang aplikatif dan berdampak luas. Hal ini sejalan dengan SDG poin 4 (Pendidikan Berkualitas), sekaligus poin 9 (Inovasi, Industri, dan Infrastruktur).

Penulis: Amalia Nurmalitasari
Editor: Meitha Eka Nurhasanah
Dokumentasi: Raditya Maulana Wicaksana

Read More

Kisah Fikhri, Lulus Doktor UGM di Usia 25 Tahun dan Selesaikan Kuliah 2 Tahun 10 Bulan

Bagi Fikhri Astina Tasmara, melanjutkan studi doktoral bukan hanya untuk gelar, tetapi untuk berkontribusi pada perkembangan ilmu pengetahuan. Hal inilah yang mendorong semangat wisudawan Program Studi Doktor Fisika FMIPA UGM asal Makassar, Sulawesi Selatan ini untuk melanjutkan studinya dan berhasil lulus di usia 25 tahun 8 bulan.

Fikhri, kerap ia disapa, bercerita bahwa ia dibesarkan dalam keluarga yang sangat mengutamakan pendidikan. Orang tuanya selalu menanamkan pemahaman bahwa meskipun pendidikan bukanlah segalanya, tapi pendidikan bisa menjadi kunci untuk melanjutkan hidup dan meraih kesempatan. “Ibu dan nenek saya juga mengajarkan bahwa wanita harus memiliki daya dan kemampuan untuk mandiri. Ini selalu menjadi mindset yang terus saya bawa sepanjang hidup saya, sehingga saya selalu terdorong untuk terus belajar dan berkembang,” ujarnya ketika di wawancara, Kamis (31/7).

Sebelum melanjutkan studi doktoralnya di UGM, Fikhri mengambil pendidikan S1 di Universitas Hasanuddin dengan jurusan Fisika karena fisika menjadi salah satu mata pelajaran yang paling saya minati sejak SMP hingga SMA. Ia juga mengaku alasannya memilih melanjutkan studi ke Program Studi Doktor Fisika di UGM adalah karena UGM menawarkan lingkungan yang ideal untuk riset yang aplikatif dan berdampak bagi masyarakat. “Saya percaya bahwa UGM dapat memberikan lingkungan akademik yang kondusif untuk mengembangkan potensi dan memperdalam ilmu pengetahuan di bidang fisika, yang sudah saya geluti sejak jenjang S1,” katanya.

Menjadi Wisudawan Termuda 

Rasa senang dan haru datang ketika mengetahui bahwa ia merupakan wisudawan termuda dengan IPK 3.80. Fikhri mengaku memiliki prinsip bahwa semakin cepat ia berproses, semakin banyak kesempatan yang bisa diraih. “Meskipun terkadang banyak halangan yang menghadang di jalan kita, namun karena semuanya dimulai lebih cepat, kita jadi memiliki waktu lebih untuk terus memperbaiki diri dan memikirkan solusi atas masalah yang kita hadapi,” ungkap Fikhri.

Menyelesaikan studinya di usia muda ini bukanlah terinspirasi dari tokoh-tokoh dunia, melainkan dari kakak kandungnya sendiri. Fikhri mengaku bahwa ia belajar banyak hal dari sang Kakak dengan mengikuti dan belajar dari setiap langkah yang dia ambil. “Melihat bagaimana kakak saya menjalani pendidikannya dengan penuh dedikasi dan menjadi sukses, saya merasa termotivasi untuk terus melangkah maju dan menyelesaikan studi saya dengan cara yang sama,” ujar Fikhri.

Selain itu, peran keluarga, teman, dan dosen sangat besar dalam mendukung pencapaian saya. Fikhri mengatakan bahwa keluarganya selalu memberikan dukungan penuh terhadap setiap langkah yang ia ambil. Ia selalu teringat pada senyum mendiang ayahnya ketika ia meraih peringkat satu yang terus menjadi motivasinya untuk mengembangkan diri dan mencapai prestasi yang membanggakan ayahnya. “Keberhasilan saya juga tidak lepas dari doa dan dukungan ibu saya, yang selalu memberikan kekuatan, serta dorongan kuat dari saudari saya,” ungkapnya.

Lebih lanjut, ia mengaku sangat berterima kasih kepada tim promotornya yang banyak memberikan ilmu dan arahan yang sangat berarti serta mendampingi Fikhri dalam setiap langkah penyelesaian studinya. Tim promotor tersebut antara lain Prof. Dr. Mitrayana, S.Si., M.Si, Dr. drg. Rini Widyaningrum, M.Biotech, dan Dr. Andreas Setiawan, M.T.

Salah satu pengalaman menariknya selama di UGM adalah menyadari bahwa ilmu fisika yang ia pelajari telah membawa saya ke banyak tempat. Semasa studinya di UGM, ia berkesempatan untuk bisa menghadiri berbagai konferensi di Indonesia, yang tidak hanya memberinya kesempatan untuk melihat tempat baru, tetapi juga untuk memperluas jaringan dan bertemu dengan rekan-rekan yang memiliki minat serupa.

Salah satu pengalaman yang paling membekas di benak Fikhri adalah ketika ia menjadi visiting researcher di salah satu universitas terkemuka di Jepang yakni Tohoku University, Sendai, Jepang, di Graduate School of Biomedical Engineering. Ia mengatakan bahwa pengalaman risetnya selama di sana sangatlah berharga, dan mendapatkan wawasan baru dalam penelitian dan kolaborasi.

Berhasil menyelesaikan studi di usia yang muda dalam waktu 2 tahun 10 bulan tidaklah mudah bagi Fikhri. Terlebih, ia juga berhasil menjadi wisudawan dengan IPK yang tinggi. Maka dari itu, salah satu cara Fikhri untuk menjaga keseimbangan antara kehidupan akademik dan pribadinya adalah dengan memadatkan jadwal dan memastikan bahwa setiap hari memiliki sesuatu yang ditunggu.

Dengan membuat jadwal yang tidak hanya untuk tugas-tugas akademik, tetapi juga untuk kegiatan sosial, ia memiliki cara untuk tidak menunda tugas-tugasnya. “Dengan cara ini, saya bisa tetap fokus pada tugas akademik sambil menikmati momen sosial. Ini juga membantu saya menghindari stres berkepanjangan, karena keseimbangan tersebut membuat saya tetap produktif,” katanya.

Fikhri berpesan untuk mahasiswa yang sedang berjuang menyelesaikan studinya untuk selalu menjaga semangat dan fokus pada tujuan. Terkadang, perjalanan akademik bisa terasa berat dan penuh tantangan, namun Fikhri mengingatkan bahwa setiap langkah kecil yang kita ambil menuju tujuan adalah bagian dari proses yang berharga. “Cobalah untuk tidak terlalu terbebani dengan hasil instan, tetapi nikmati setiap proses belajarnya,” pesannya.

Selain itu, ia berpesan untuk jangan ragu untuk meminta bantuan atau berdiskusi dengan dosen dan teman-teman. Kolaborasi seringkali membuka jalan menuju pemahaman yang lebih dalam. Yang terpenting, jangan sampai pekerjaan akademik membuat kita kehilangan waktu untuk diri sendiri, keluarga, atau teman-teman. “Luangkan waktu untuk istirahat, berinteraksi dengan orang lain, dan rayakan pencapaian-pencapaian meski kecil,” pungkasnya.

Penulis : Lintang Andwyna
Editor : Gusti Grehenson
Foto : Dok. Fikhri

Sumber: https://ugm.ac.id/id/berita/kisah-fikhri-lulus-doktor-ugm-di-usia-25-tahun-dan-selesaikan-kuliah-2-tahun-10-bulan/

Read More

Jatuh Cinta pada Matematika: Pandangan Tiga Ilmuwan Italia di CIMPA School 2025

Apa yang membuat seseorang jatuh cinta pada matematika? Pertanyaan ini menjadi bahan renungan dalam sebuah sesi santai namun penuh makna di sela kegiatan CIMPA School 2025, yang berlangsung di Auditorium Lantai 1 FMIPA UGM pada 25 Juli lalu. Tiga dosen asal Italia, yakni Anna Maria Iezzi, Francesco Campagna, dan Valerio Talamanca berbagi pandangan mereka tentang bagaimana membuat lebih banyak orang, terutama mahasiswa, menghargai dan memahami peran penting matematika kehidupan.

Anna Maria Iezzi, pengajar matematika terapan dari Université Grenoble Alpes, Prancis, membuka dengan refleksi dari masa mahasiswanya. “Dulu, saya merasa sulit melihat bagaimana matematika bisa langsung diterapkan. Tapi sekarang, saya menyadari betapa kerennya menjadi matematikawan. Terutama saat kita masuk ke bidang seperti kriptografi, teori yang kita pelajari ternyata bisa berdampak besar di dunia digital,” ungkapnya.

Ia mengajak mahasiswa untuk lebih terbuka melihat aplikasi nyata dari matematika, terutama di era teknologi tinggi. “Cobalah melihat dari sisi penggunaannya. Dari situ kamu akan sadar bahwa kita, para matematikawan, punya kontribusi nyata terhadap masa depan digital dan keamanan informasi,” tambahnya. Pandangannya selaras dengan Sustainable Development Goals (SDG) 9: Industri, Inovasi, dan Insfrastruktur, yang menekankan pentingnya inovasi berbasis sains seperti kriptografi dalam membangun masyarakat yang tangguh dan berkelanjutan.

Francesco Campagna, dosen teori bilangan dari Université Clermont Auvergne, Prancis, membawa perspektif yang lebih ringan dan menyenangkan. “Number theory itu seperti game. Kamu bisa menemukan banyak masalah yang terlihat sederhana, tapi sebenarnya sangat sulit diselesaikan. Dan itu membuatmu tertantang terus,” ujarnya. Ia menambahkan, “It’s easy to fall in love with mathematics when you realize it’s like playing a game, and yet one of the oldest subjects in human history.” Baginya, kekuatan matematika terletak pada kedalaman dan sejarah panjangnya yang masih menyimpan misteri. Cara pandangnya sangat mendukung SDG 4: Pendidikan Berkualitas, dengan menekankan pembelajaran yang tidak hanya serius tetapi juga menyenangkan dan bermakna.

Terakhir, Valerio Talamanca, dosen dari Università Roma Tre, Italia, yang mengajar Algebraic Number Theory, menyampaikan jawabannya dengan gaya santai namun tulus. “Saya tidak punya strategi khusus untuk membuat orang menyukai matematika. Sama seperti orang jatuh cinta. Kalau memang suka, ya suka. Kalau tidak, ya tidak,” tuturnya sambil tertawa kecil. Namun, ia meyakini bahwa ketika seseorang benar-benar mencintai matematika, itu akan menjadi bagian dari dirinya. “You cannot force someone to love mathematics. But when they do, it becomes part of who they are,” tutupnya.

Ketiga pandangan ini memperlihatkan bahwa cinta terhadap matematika bisa tumbuh dari berbagai arah, mulai dari aplikasi praktis, tantangan intelektual, hingga dari kepekaan personal. Sebagaimana yang ditekankan dalam agenda SDGs, khususnya SDG 4 dan 9, menciptakan pendidikan berkualitas dan inovasi yang berdampak memerlukan fondasi kuat, dengan matematika adalah salah satunya.

Penulis: Amalia Nurmalitasari
Editor: Meitha Eka Nurhasanah
Dokumentasi: Tim Media Departemen Matematika

Read More

Direktur CIMPA Bagikan Kiat Menjadi Pemimpin yang Baik: “Dekatkan Diri Seperti Keluarga”

Centre International de Mathématiques Pures et Appliquées (CIMPA) School 2025 yang merupakan kolaborasi antara CIMPA dan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Gadjah Mada, menghadirkan berbagai narasumber dari berbagai negara. Pada salah satu sela acara CIMPA School 2025, tim Media FMIPA berkesempatan mewawancarai langsung Direktur CIMPA, yakni Prof. Christophe Ritzenthaler dari Université de Strasbourg, Prancis. Dalam wawancaranya, ia membagikan sudut pandang pribadi tentang bagaimana menjadi pemimpin yang baik, terutama dalam konteks kepemimpinan di ranah akademik dan kolaboratif internasional.

Menjadi Direktur CIMPA bukanlah tugas yang ringan. Menurut Prof. Christophe Ritzenthaler, dibutuhkan komitmen waktu dan dedikasi yang besar. “It takes quite a lot of time and dedication. So you need to be ready to really spend a lot of time doing this work,” ungkapnya. Ia pun menyampaikan bahwa ketika memegang peran ini, dirinya harus rela mengesampingkan sementara waktu riset pribadinya.

Namun, baginya, aspek paling penting dalam kepemimpinan bukan hanya urusan administratif, tetapi relasi kepada sekitar. “my approach is really to try to be as close as possible to the people, in the sense that I believe that everyone, all the other colleagues, organizers, are really colleagues,” jelasnya dengan senyum hangat.

Dalam dunia yang semakin terhubung, pemimpin masa depan ditantang bukan hanya untuk cakap secara intelektual, tetapi juga hangat secara emosional dan inklusif secara sosial. Pendekatan itu pula yang ia terapkan kepada para peserta. “I also try to also speak to all the participants as we are, like a big family, because I think it’s, yeah, it’s a way to try to really connect to the people and to have their true impressions on what is going,” pungkasnya. Dengan semangat kolaboratif dan pendekatan yang merangkul seperti keluarga, tak heran jika suasana CIMPA School 2025 terasa hangat meski datang dari berbagai belahan dunia.

Keikutsertaan FMIPA dalam program internasional seperti CIMPA menjadi wujud nyata dari upaya memperluas akses pendidikan matematika murni dan terapan, serta membangun atmosfer akademik yang menjunjung tinggi nilai keilmuan dan kemanusiaan. Hal ini selaras dengan Sustainable Development Goals (SDGs) poin ke-4 yaitu Pendidikan Berkualitas. Adapun kolaborasi yang datang dari berbagai latar belakang dan penjuru dunia juga sejalan dengan SDG ke-17 tentang Kemitraan untuk Mencapai Tujuan.

Penulis : Meitha Eka Nurhasanah
Reportase : Amalia Nurmalitasari
Dokumentasi : Azizah

Read More

Antusiasme Peserta CIMPA School 2025 dalam Acara Cultural Night yang Memperkenalkan Kebudayaan Yogyakarta: “Interesting to Learn”

CIMPA School 2025, yang merupakan kolaborasi antara Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Gadjah Mada (UGM) dengan The Centre International de Mathématiques Pures et Appliquées (CIMPA), menyelenggarakan berbagai rangkaian kegiatan pada 14–25 Juli 2025. Salah satu agenda yang paling menarik perhatian adalah Cultural Night yang digelar di CIMPA Mathematics Departement. Acara ini berhasil memukau para peserta CIMPA School 2025 serta memberikan kesan dan pengalaman berharga bagi mereka.

Salah satu peserta, Hakim, yang merupakan perwakilan dari Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN), mengungkapkan kekagumannya terhadap sajian budaya yang ia saksikan. “Honestly, I didn’t know much about the history of Yogyakarta and its temples. But through the theater show about Ramayana, I got to learn something new. It’s interesting to see how the story unfolds,” ujarnya antusias. “It’s a fun activity that relieves the stress from our intense learning sessions over the past two weeks,” pungkasnya.

Tak hanya para peserta, suasana hangat juga terasa dalam cerita Adeline, seorang peneliti di CNRS Prancis yang datang bersama anak dan suaminya. Baginya, CIMPA School 2025 bukan hanya ajang akademik, tetapi juga pengalaman keluarga yang berkesan. “It’s a very nice experience. The children are very happy to discover Indonesia with me,” ungkapnya.

Acara ini bukan sekadar ajang pertunjukan budaya yang penuh pengetahuan dan pembelajaran. Lebih dari itu, CIMPA School 2025 menjadi ruang perjumpaan yang mempertemukan sains dan budaya sebagai bagian dari kontribusi terhadap Sustainable Development Goals (SDGs). Sejalan dengan SDG poin ke-4, yaitu Pendidikan Berkualitas, CIMPA berkomitmen mendorong pemerataan akses pendidikan matematika yang bermutu serta memperkuat kapasitas ilmiah. Jalinan kolaborasi global dalam bidang pengetahuan dan teknologi yang dibangun juga selaras dengan SDG poin ke-17, yakni Kemitraan untuk Mencapai Tujuan.

Penulis : Meitha Eka Nurhasanah
Reportase : Amalia Nurmalitasari
Dokumentasi : Amalia Nurmalitasari

Read More
Translate