Search
Search
Search

mipa

Mahasiswa FMIPA UGM Berikan Inovasi dan Edukasi sebagai Upaya Menjawab Tantangan Pengelolaan Sampah DIY Secara Berkelanjutan

Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) kini dihadapkan pada tantangan besar dalam pengelolaan sampah, khususnya setelah penurunan signifikan daya tampung Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu (TPST) regional pada 2023, dari 780 ton menjadi hanya 450 ton per hari. Meskipun volume sampah yang dikelola berhasil ditekan menjadi 756 ton per hari, data menunjukkan produksi sampah tetap stabil di angka 1.231,55 ton per hari. Hal ini mengindikasikan bahwa masih banyak sampah yang tidak tertangani dengan baik, menciptakan masalah lingkungan yang mendesak untuk diatasi.

Menjawab situasi ini, pemerintah DIY menginisiasi pendekatan holistik untuk meredam dampak lingkungan sekaligus membangun ekosistem pengelolaan sampah yang berkelanjutan. Salah satu langkah strategis yang diambil adalah mengintegrasikan edukasi lingkungan ke dalam sistem pendidikan. Melalui Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5), siswa didorong untuk aktif belajar tentang pengelolaan sampah melalui berbagai kegiatan praktis, seperti pembuatan kompos, daur ulang, dan kampanye kesadaran lingkungan. Selain itu, gerakan membawa tumbler dan kotak makanan pribadi terus digencarkan, bahkan disertai insentif berupa diskon di kantin sekolah guna meningkatkan partisipasi siswa.

“Pemerintah juga akan memperkuat pengelolaan sampah organik secara mandiri di tingkat rumah tangga, misalnya dengan metode biopori atau kompos,” ujar Guntur, perwakilan dari KM FMIPA UGM. Ia menambahkan bahwa program ini juga melibatkan penunjukan Person in Charge (PIC) di setiap kecamatan untuk memonitor keberlanjutan program pengelolaan sampah.

Selain melalui edukasi, inovasi teknologi menjadi salah satu pilar utama dalam strategi pengelolaan sampah DIY. Teknologi penangkapan gas metana mulai diimplementasikan di tempat pembuangan akhir (TPA). Teknologi ini tidak hanya membantu mengurangi emisi gas rumah kaca tetapi juga memungkinkan pemanfaatan gas metana sebagai sumber energi alternatif yang ramah lingkungan.

Dengan kombinasi kebijakan, edukasi, dan inovasi teknologi, pemerintah DIY berharap tidak hanya dapat menangani krisis sampah, tetapi juga menciptakan sistem pengelolaan yang lebih inklusif dan berkelanjutan. Dukungan aktif dari masyarakat, mulai dari rumah tangga hingga komunitas pendidikan, serta sinergi lintas sektor menjadi kunci keberhasilan langkah besar ini. Kegiatan ini turut mendukung implementasi beberapa poin Sustainable Development Goals (SDGs), seperti SDGs 11: Manajemen Bencana melalui kolaborasi dalam mengatasi krisis sampah, serta SDGs 15: Pengelolaan Ekosistem melalui penerapan teknologi pengelolaan sampah dan pengendalian pencemaran. Dengan langkah-langkah strategis ini, DIY bergerak menuju masa depan yang lebih hijau dan berkelanjutan.

Penulis: Ratih Cintia Sari
Dokumentasi: Muhammad Guntur
Editor: Sulaiman Nurhidayat

Read More

Mengubah Gaya Hidup Demi Pengelolaan Sampah Berkelanjutan di DIY Melalui Edukasi Pemilahan Sampah

Mengatasi permasalahan sampah bukan hanya tanggung jawab pemerintah, tetapi membutuhkan partisipasi aktif seluruh elemen masyarakat. Di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), perubahan gaya hidup masyarakat menjadi salah satu langkah strategis untuk mengurangi volume sampah. Kebiasaan sederhana seperti membawa tumbler dan kotak makanan sendiri, mengurangi penggunaan plastik saat berbelanja, serta memilih bahan-bahan ramah lingkungan dapat memberikan dampak nyata. Dengan implementasi langkah-langkah ini, DIY berpotensi mengurangi volume sampah hingga 18,88%.

Pemerintah DIY juga terus mendorong pengelolaan sampah dapur secara mandiri oleh rumah tangga. Sampah organik yang biasanya terbuang begitu saja kini dapat diolah menjadi kompos, pelet, atau pakan maggot. Pendekatan ini tidak hanya mengurangi limbah, tetapi juga menghasilkan nilai tambah ekonomi yang signifikan. “Edukasi mengenai pentingnya pemilahan sampah dari sumber juga terus ditingkatkan, misalnya melalui program KKN dan penelitian biologi sampah,” jelas Guntur, perwakilan dari KM FMIPA.

Selain perubahan gaya hidup, inovasi teknologi juga memainkan peran penting dalam pengelolaan sampah di DIY. Beberapa TPA di Kulon Progo, Gunungkidul, dan Bantul mulai menggunakan metode modern seperti open dumping terkontrol dan teknologi penangkapan gas metana. Teknologi ini tidak hanya membantu mengurangi emisi gas rumah kaca, tetapi juga membuka peluang pemanfaatan sampah sebagai sumber energi terbarukan.

Dengan kolaborasi solid antara pemerintah, masyarakat, dan akademisi, DIY berpeluang menjadi pelopor pengelolaan sampah yang inovatif dan berkelanjutan. Upaya ini sejalan dengan beberapa poin Sustainable Development Goals (SDGs), seperti SDGs 11: Manajemen Bencana melalui kolaborasi mengatasi krisis sampah, serta SDGs 15: Ekosistem Daratan melalui pengelolaan sampah dan pengendalian pencemaran lingkungan. Transformasi ini memerlukan komitmen jangka panjang dari semua pihak, namun dampaknya akan dirasakan tidak hanya untuk masa kini, tetapi juga oleh generasi mendatang. Dengan langkah-langkah strategis yang dilakukan saat ini, DIY mampu membuktikan bahwa kolaborasi dan inovasi dapat menjadi solusi nyata untuk krisis lingkungan.

Penulis: Ratih Cintia Sari
Dokumentasi: Muhammad Guntur
Editor: Sulaiman Nurhidayat

Read More

BEM KM FMIPA UGM Gelar Expo Beasiswa 2024 sebagai Jembatan Menuju Pendidikan Tanpa Batas untuk Generasi Muda

Expo Beasiswa 2024 sukses menjadi pusat perhatian dan platform penting bagi mahasiswa yang ingin mengejar pendidikan tanpa batasan finansial. Dalam suasana yang interaktif dan penuh antusiasme, acara ini menghadirkan berbagai peluang beasiswa dari lembaga-lembaga ternama untuk mendukung perjalanan akademis generasi muda Indonesia. Beberapa instansi besar, seperti Sobat Bumi Pertamina, Bank Indonesia, Bakti BCA, Adaro Foundation, dan BSI Scholarship, menawarkan program beasiswa menarik. Tak hanya mendapatkan informasi, para pengunjung juga berkesempatan untuk berinteraksi langsung dengan perwakilan lembaga, memberikan pengalaman yang lebih personal dan mendalam.

“Saya jadi tahu lebih banyak opsi beasiswa yang bisa saya coba, dan itu sangat membantu. Biasanya hanya membaca informasi dari internet, tapi di sini saya bisa langsung tanya ke pihak pemberi beasiswa. Rasanya jadi lebih percaya diri untuk mencoba,” ujar Rahma, mahasiswa semester empat FMIPA UGM yang hadir dengan antusias dalam acara tersebut.

Selain memaparkan informasi beasiswa, acara ini juga menghadirkan kisah inspiratif dari para penerima beasiswa (awardee), yang membagikan perjalanan mereka dalam meraih pendidikan berkualitas. Cerita-cerita ini diharapkan mampu menanamkan semangat optimisme di kalangan mahasiswa untuk terus mencoba dan tidak menyerah menghadapi tantangan pendidikan.

Kementerian Advokasi Kesejahteraan Mahasiswa (Adkesma) BEM KM FMIPA UGM, selaku penyelenggara, menekankan pentingnya membangun jejaring di era global yang semakin kompetitif. “Expo Beasiswa 2024 tidak hanya tentang akses pendidikan, tetapi juga tentang kolaborasi. Kami ingin mahasiswa memahami bahwa melalui kolaborasi antara lembaga pemberi beasiswa dan penerima manfaat, pendidikan yang inklusif bisa menjadi kenyataan,” jelas Ratih, salah satu panitia.

Dengan tema futuristik yang mengusung inovasi dan harapan, Expo Beasiswa 2024 juga menjadi ruang bagi mahasiswa untuk saling terhubung, berbagi pengalaman, dan memperluas wawasan. Kesuksesan acara ini menjadi bukti bahwa tidak ada hambatan yang terlalu besar untuk diraih selama ada dukungan yang memadai dan tekad yang kuat.

Panitia berharap Expo Beasiswa dapat terus berlangsung di tahun-tahun mendatang dengan skala yang lebih besar dan dampak yang lebih luas. Acara ini juga sejalan dengan pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs), khususnya poin 4, yaitu meningkatkan akses terhadap pendidikan yang inklusif dan berkualitas. Expo Beasiswa 2024 tidak hanya menjadi jembatan menuju pendidikan yang lebih baik, tetapi juga sumber inspirasi bagi generasi muda untuk meraih masa depan yang gemilang.

Penulis: Ratih Cintia Sari
Dokumentasi: Tim DDD Expo Beasiswa 2024
Editor: Sulaiman Nurhidayat

Read More

Kolaborasi Mahasiswa FMIPA UGM dalam Transformasi Pengelolaan Sampah DIY Menuju Lingkungan Berkelanjutan dengan Desentralisasi dan Inovasi Teknologi

Permasalahan sampah di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) terus menjadi tantangan yang semakin mendesak. Pertumbuhan jumlah penduduk serta meningkatnya kunjungan wisatawan setiap tahunnya menyebabkan volume sampah melonjak secara signifikan. Akibatnya, Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Piyungan, yang selama ini menjadi andalan, kini telah mencapai kapasitas maksimal. Kondisi kritis ini memaksa pemerintah untuk mengambil langkah-langkah strategis guna mencegah dampak lebih besar terhadap lingkungan dan kesehatan masyarakat.

Langkah konkret untuk mengatasi krisis ini diwujudkan melalui Keputusan Gubernur DIY Nomor 314/KEP/2024 tentang Pembentukan Satuan Tugas Percepatan Pelaksanaan Desentralisasi Pengelolaan Sampah. “Langkah konkret yang diambil adalah melalui Keputusan Gubernur DIY Nomor 314/KEP/2024 tentang Pembentukan Satuan Tugas Percepatan Pelaksanaan Desentralisasi Pengelolaan Sampah. Keputusan ini menekankan pentingnya setiap kabupaten dan kota di DIY memiliki TPA masing-masing sebagai bagian dari desentralisasi pengelolaan sampah,” papar Guntur sebagai perwakilan KM FMIPA.

Namun, implementasi Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) di berbagai wilayah masih menghadapi berbagai kendala, seperti kapasitas yang belum memadai dan infrastruktur yang belum optimal. Masalah ini tidak hanya terjadi di Sleman, tetapi juga di seluruh DIY. Dengan kondisi ini, percepatan desentralisasi pengelolaan sampah menjadi semakin mendesak untuk dilakukan secara sistematis.

“Pemerintah perlu berinvestasi lebih banyak dalam pembangunan infrastruktur yang merata dan berkelanjutan. Selain itu, pengelolaan sampah yang lebih efektif juga memerlukan sinergi antara pemerintah daerah, masyarakat, dan sektor swasta,” jelas Guntur. Tidak cukup hanya dengan membangun TPA baru, melibatkan masyarakat melalui edukasi juga menjadi kunci untuk mengatasi persoalan ini. Masyarakat perlu didorong untuk memilah sampah sejak dari sumber, sehingga pengolahan di TPA dapat berjalan lebih efisien.

Selain itu, penerapan teknologi modern juga dapat menjadi solusi dalam mengurangi dampak lingkungan. Salah satu contohnya adalah teknologi penangkapan gas metana, yang tidak hanya dapat mengurangi emisi gas rumah kaca tetapi juga dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi alternatif. Pendekatan ini mendukung pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), khususnya SDGs poin 11 tentang pembangunan kota dan permukiman berkelanjutan melalui manajemen bencana dan kolaborasi dalam mengatasi krisis sampah. Selain itu, inisiatif ini juga selaras dengan SDGs poin 15 mengenai pelestarian ekosistem daratan, melalui upaya inovatif seperti pemanfaatan gas metana sebagai solusi yang ramah lingkungan.

Pendekatan terpadu antara pembangunan infrastruktur, edukasi masyarakat, dan penerapan teknologi menjadi langkah penting untuk menyelesaikan permasalahan sampah di DIY secara berkelanjutan. Dengan sinergi yang kuat dari semua pemangku kepentingan, tantangan ini dapat diubah menjadi peluang untuk menciptakan sistem pengelolaan sampah yang lebih tangguh dan berwawasan lingkungan.

Penulis: Ratih Cintia Sari
Dokumentasi: Muhammad Guntur
Editor: Sulaiman Nurhidayat

Read More

Kolaborasi Mahasiswa FMIPA UGM dengan FMIPA UNY untuk Mengatasi Krisis Sampah Daerah Istimewa Yogyakarta yang Mengancam Lingkungan

Krisis sampah di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) semakin menjadi perhatian serius, terutama sejak penonaktifan pengoperasian Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Piyungan. Kondisi ini memicu berbagai dampak nyata, seperti sampah yang berserakan di wilayah perkotaan hingga maraknya praktik pembakaran sampah di malam hari. Praktik tersebut tidak hanya memperparah pencemaran lingkungan, tetapi juga menimbulkan ancaman serius bagi kesehatan masyarakat.

Menanggapi situasi yang mengkhawatirkan ini, mahasiswa dari berbagai institusi pendidikan di DIY, termasuk BEM KM UGM, BEM KM FMIPA UGM, dan BEM FMIPA UNY, bersatu untuk melakukan kajian kolaborasi terkait permasalahan sampah. “Kami mencoba menelisik akar rumput masalah dari fenomena yang ditimbulkan,” ujar Guntur, perwakilan dari KM FMIPA, dalam diskusi yang menjadi langkah awal kolaborasi tersebut.

Melalui rangkaian diskusi dan kajian bersama, kelompok mahasiswa ini berharap menjadi pionir dalam meningkatkan kesadaran masyarakat terkait pentingnya pengelolaan sampah yang bertanggung jawab. Sebagai langkah konkret, mereka mengadakan audiensi dengan Balai Pengelolaan Sampah dan Bidang Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Hidup (P2KLH) di Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan DIY pada 26 November 2024. Pertemuan tersebut bertujuan untuk menggali lebih dalam permasalahan yang ada, sekaligus merumuskan solusi kolaboratif yang dapat diterapkan.

“Kami meyakini bahwa diskusi dan kajian yang kami lakukan masih sangat kurang. Namun, kami berharap ini menjadi langkah awal yang dapat menumbuhkan semangat bersama untuk mengurangi dampak dan penyebab krisis sampah di DIY,” lanjut Guntur.

Permasalahan sampah menjadi tantangan besar, terutama di wilayah dengan tingkat aktivitas tinggi seperti DIY. Selain dipengaruhi oleh pertumbuhan jumlah penduduk, lonjakan wisatawan yang signifikan turut berkontribusi pada peningkatan volume sampah. Situasi ini membutuhkan langkah kolektif dari berbagai pihak—pemerintah, masyarakat, serta komunitas mahasiswa—untuk menciptakan solusi yang berkelanjutan dan berdampak jangka panjang.

Langkah-langkah ini juga sejalan dengan implementasi beberapa poin Sustainable Development Goals (SDGs), seperti SDGs 11: Manajemen Bencana, melalui kolaborasi dalam mengatasi krisis sampah, serta SDGs 15: Ekosistem Daratan, melalui pengelolaan sampah dan pengendalian pencemaran lingkungan. Dengan sinergi berbagai pihak, DIY diharapkan mampu mengatasi krisis sampah dan menjadi model pengelolaan lingkungan yang lebih baik bagi daerah lain.

Penulis: Ratih Cintia Sari
Dokumentasi: Muhammad Guntur
Editor: Sulaiman Nurhidayat

Read More

Matematika, Prestasi, dan Dedikasi: Kisah Ivan Hadinata yang Menginspirasi untuk Generasi Muda

Matematika telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan Ivan Hadinata, mahasiswa S-1 Matematika Universitas Gadjah Mada (UGM). Sejak duduk di bangku sekolah dasar, Ivan telah menunjukkan ketertarikan luar biasa pada Matematika. Ia rutin mengikuti berbagai kompetisi dan berhasil menorehkan banyak prestasi yang mengukuhkan dirinya sebagai salah satu talenta muda berbakat di bidang ini. Puncaknya, pada tahun kedua masa studinya di UGM, Ivan berhasil meraih Third Prize dalam ajang bergengsi International Mathematics Competition (IMC) 2024—sebuah pencapaian yang menjadi kebanggaan tersendiri.

“Rasanya nano-nano, saya senang karena dapat Third Prize di IMC, tapi nggak senang karena nggak bisa ikut lagi,” ungkap Ivan. Meski sedikit merasa kehilangan kesempatan untuk kembali berlaga di IMC, Ivan melihat sisi positif dari keberhasilannya ini. Ia merasa pencapaian di awal masa kuliah memberinya lebih banyak ruang untuk fokus menyelesaikan skripsi tanpa tekanan tambahan untuk terus mengejar prestasi di bidang olimpiade.

Perjalanan Ivan di dunia Matematika telah dimulai sejak usia dini. Ia mengikuti kompetisi seperti Olimpiade Sains Nasional (OSN) dan International Teenagers Mathematics Olympiad saat masih duduk di bangku sekolah dasar, dengan sederet prestasi yang terus berlanjut di jenjang pendidikan berikutnya. Di tingkat sekolah menengah pertama, Ivan meraih medali perak di OSN dan International Teenagers Mathematics Olympiad. Saat SMA, prestasinya meningkat dengan kembali meraih medali perak di OSN tingkat SMA dan medali perunggu di Asian Pacific Mathematical Olympiad.

Di jenjang perguruan tinggi, Ivan terus menunjukkan konsistensinya. Pada tahun pertama mengikuti Olimpiade Nasional Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Perguruan Tinggi (ONMIPA-PT), ia meraih medali emas. Keberhasilan ini mengantarkannya menerima penghargaan pada Malam Apresiasi Fakultas MIPA UGM, yang menjadi momen istimewa baginya.

Pencapaian Ivan Hadinata menunjukkan pentingnya pendidikan berkualitas dalam mencetak generasi muda yang unggul, sejalan dengan Sustainable Development Goals (SDGs) poin 4, yaitu Pendidikan Berkualitas. Melalui berbagai prestasi akademik dan pengakuan yang diraihnya, Ivan menjadi contoh nyata bagaimana akses dan dukungan terhadap pendidikan berkualitas dapat mendorong seseorang mencapai potensi terbaiknya. Tidak hanya memberikan manfaat pribadi, tetapi pencapaiannya juga membuka peluang kontribusi yang lebih besar bagi masyarakat dan dunia akademik. Keberhasilan ini sekaligus menjadi pengingat bahwa prestasi akademik adalah salah satu bentuk kontribusi nyata untuk membangun masyarakat yang lebih baik.

Keberhasilan Ivan tidak hanya memberikan manfaat pribadi, tetapi juga membuka peluang kontribusi yang lebih besar bagi masyarakat dan dunia akademik. Prestasi seperti ini menjadi inspirasi bagi generasi muda, menunjukkan bahwa akademik dan dedikasi dapat menjadi langkah awal untuk berkontribusi dalam membangun masyarakat yang lebih baik. Ivan Hadinata, dengan semua pencapaiannya, adalah teladan bagaimana ilmu, semangat, dan kerja keras mampu membuka jalan menuju masa depan yang cerah.

Penulis: Azzah Nurfatin
Dokumentasi: Tim Media FMIPA UGM dan Ivan Hadinata
Editor: Sulaiman Nurhidayat

Read More

Chemistry Duo MC Jibril-Iin: Terbangun di Malam Kangen, Berlanjut di MIPA EXPO

Kemampuan berbicara di depan umum menjadi salah satu keterampilan yang sangat penting di era modern, terutama bagi generasi muda yang ingin berkontribusi dalam berbagai bidang. Di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Gadjah Mada (FMIPA UGM), dua mahasiswa, Havid Jibril Pamenan dan Iin Nauli Rahmawati, telah menunjukkan bagaimana pengalaman dan kerja sama dapat menghasilkan performa luar biasa. Sebagai mahasiswa S-1 Matematika, keduanya membuktikan bahwa komunikasi yang efektif dapat dicapai melalui kolaborasi yang solid.

Jibril dan Iin pertama kali dipasangkan sebagai pembawa acara di Malam Kangen FMIPA 2024. “Awalnya kami canggung karena belum pernah berinteraksi sebelumnya,” ungkap Iin. Meski demikian, keduanya berhasil mengatasi kecanggungan tersebut dan mulai membangun chemistry. Pengalaman pertama ini menjadi fondasi penting yang mempermudah mereka saat kembali dipasangkan untuk membawakan MIPA EXPO. “Ketika tampil lagi di MIPA EXPO, semuanya terasa lebih mudah karena chemistry sudah terbangun,” tambah Jibril.

Meskipun waktu persiapan mereka untuk MIPA EXPO sangat terbatas—dengan hanya satu kali latihan—keduanya tetap mampu memberikan performa terbaik. Antusiasme audiens, yang sebagian besar terdiri dari siswa SMA akselerasi, memberikan semangat tersendiri. Acara ini tidak hanya menjadi hiburan tetapi juga memberikan inspirasi. Bahkan, beberapa siswa secara langsung meminta motivasi kepada mereka, menunjukkan bahwa pesan yang mereka bawakan berhasil menggugah semangat generasi muda.

Namun, semua itu terbayarkan saat mereka membawakan acara MIPA EXPO. Kehadiran audiens yang antusias, terutama siswa SMA akselerasi, memberikan semangat tersendiri bagi mereka. Beberapa siswa bahkan meminta motivasi langsung untuk masa depan mereka, menunjukkan bahwa acara tersebut tidak hanya menghibur tetapi juga memberikan inspirasi dan wawasan.

Jibril dan Iin menjadi contoh nyata bahwa kerja sama yang baik dan pengalaman berulang dapat menciptakan performa luar biasa. Kolaborasi mereka mencerminkan pentingnya pengembangan keterampilan komunikasi dan adaptasi di dunia pendidikan dan profesional. Hal ini juga sejalan dengan Sustainable Development Goals (SDGs) poin 4, yaitu Pendidikan Berkualitas, yang menekankan pengembangan keterampilan, serta poin 17, yaitu Kemitraan untuk Mencapai Tujuan, karena kerja sama mereka menunjukkan bagaimana kolaborasi dapat menghasilkan dampak positif dalam berbagai situasi.

Kisah Havid Jibril dan Iin Nauli ini mengingatkan bahwa kerja sama dan pengalaman adalah dua hal yang saling melengkapi dalam menciptakan performa yang menginspirasi. Mereka membuktikan bahwa keterampilan berbicara di depan umum tidak hanya menjadi alat untuk menyampaikan informasi, tetapi juga sarana untuk menginspirasi, memotivasi, dan menciptakan dampak nyata bagi audiens mereka.

Penulis: Azzah Nurfatin
Dokumentasi: Tim Media FMIPA UGM
Editor: Sulaiman Nurhidayat

Read More

Pertama Kali Jadi Moderator, Iin Sukses Beri Inspirasi di MIPA EXPO 2024

Berbicara di depan umum sering kali menjadi tantangan besar bagi banyak orang. Tidak sedikit yang merasa gentar bahkan untuk memulai. Namun, ada individu yang mampu melawan rasa takut tersebut dan menjadikannya sebagai kesempatan untuk berkembang. Salah satu contoh inspiratif adalah Iin, mahasiswi S-1 Matematika Universitas Gadjah Mada (UGM), yang baru saja menjalani pengalaman barunya sebagai moderator dalam acara MIPA EXPO 2024.

“Awalnya aku mau ngasih peran moderator ke yang lain karena merasa belum siap,” ujar Iin. Meski sebelumnya sudah pernah menjadi Master of Ceremony (MC) di acara Malam Kangen FMIPA 2024, pengalaman pertama sebagai moderator tetap menimbulkan keraguan baginya. Tantangan semakin bertambah ketika ia mengetahui narasumber yang akan dipandu adalah Arby, host saluran YouTube Semestamu yang terkenal dengan wawasan mendalam tentang ilmu Fisika. Sebagai mahasiswa Matematika, Iin merasa tidak memiliki penguasaan cukup dalam terhadap Fisika, sehingga hal ini menjadi tekanan tersendiri baginya.

Namun, dukungan dari Jibril, partner MC-nya di MIPA EXPO 2024 menjadi penyemangat besar bagi Iin. “Aku bilang ke Kak Iin, ini kesempatan bagus buat Kak Iin untuk belajar dan berkembang. Lagipula, aku yakin Kak Iin bisa,” tutur Jibril saat diwawancarai. Kata-kata tersebut membangkitkan keberanian Iin untuk mengambil peran tersebut dengan penuh percaya diri. Hasilnya, penampilannya sebagai moderator berjalan lancar dan mendapat apresiasi. Bahkan, banyak yang menganggap performanya jauh melampaui ekspektasi, seperti bukan pengalaman pertamanya.

Peran Iin sebagai moderator tidak hanya menunjukkan keberanian pribadi, tetapi juga sejalan dengan Sustainable Development Goals (SDGs), khususnya poin 4, yaitu Pendidikan Berkualitas. MIPA Expo, sebagai ajang berbagi ilmu dan inspirasi, menciptakan ruang edukasi yang inklusif bagi semua peserta. Pengalaman seperti yang dirasakan Iin menggarisbawahi pentingnya mendukung keterampilan komunikasi dan pengembangan individu, yang merupakan bagian tak terpisahkan dari pendidikan berkualitas. Kisah Iin mengajarkan kita bahwa keberanian untuk melangkah keluar dari zona nyaman adalah langkah awal menuju pertumbuhan. Dengan tekad, dukungan, dan keyakinan, tantangan yang sebelumnya terlihat sulit dapat berubah menjadi pengalaman berharga yang membentuk pribadi yang lebih kuat dan kompeten.

Penulis: Azzah Nurfatin
Dokumentasi: Tim Media FMIPA UGM
Editor: Sulaiman Nurhidayat

Read More

Mahasiswa FMIPA UGM Berikan Inovasi dan Edukasi sebagai Upaya Menjawab Tantangan Pengelolaan Sampah DIY Secara Berkelanjutan

Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) kini dihadapkan pada tantangan besar dalam pengelolaan sampah, khususnya setelah penurunan signifikan daya tampung Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu (TPST) regional pada 2023, dari 780 ton menjadi hanya 450 ton per hari. Meskipun volume sampah yang dikelola berhasil ditekan menjadi 756 ton per hari, data menunjukkan produksi sampah tetap stabil di angka 1.231,55 ton per hari. Hal ini mengindikasikan bahwa masih banyak sampah yang tidak tertangani dengan baik, menciptakan masalah lingkungan yang mendesak untuk diatasi.

Menjawab situasi ini, pemerintah DIY menginisiasi pendekatan holistik untuk meredam dampak lingkungan sekaligus membangun ekosistem pengelolaan sampah yang berkelanjutan. Salah satu langkah strategis yang diambil adalah mengintegrasikan edukasi lingkungan ke dalam sistem pendidikan. Melalui Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5), siswa didorong untuk aktif belajar tentang pengelolaan sampah melalui berbagai kegiatan praktis, seperti pembuatan kompos, daur ulang, dan kampanye kesadaran lingkungan. Selain itu, gerakan membawa tumbler dan kotak makanan pribadi terus digencarkan, bahkan disertai insentif berupa diskon di kantin sekolah guna meningkatkan partisipasi siswa.

“Pemerintah juga akan memperkuat pengelolaan sampah organik secara mandiri di tingkat rumah tangga, misalnya dengan metode biopori atau kompos,” ujar Guntur, perwakilan dari KM FMIPA UGM. Ia menambahkan bahwa program ini juga melibatkan penunjukan Person in Charge (PIC) di setiap kecamatan untuk memonitor keberlanjutan program pengelolaan sampah.

Selain melalui edukasi, inovasi teknologi menjadi salah satu pilar utama dalam strategi pengelolaan sampah DIY. Teknologi penangkapan gas metana mulai diimplementasikan di tempat pembuangan akhir (TPA). Teknologi ini tidak hanya membantu mengurangi emisi gas rumah kaca tetapi juga memungkinkan pemanfaatan gas metana sebagai sumber energi alternatif yang ramah lingkungan.

Dengan kombinasi kebijakan, edukasi, dan inovasi teknologi, pemerintah DIY berharap tidak hanya dapat menangani krisis sampah, tetapi juga menciptakan sistem pengelolaan yang lebih inklusif dan berkelanjutan. Dukungan aktif dari masyarakat, mulai dari rumah tangga hingga komunitas pendidikan, serta sinergi lintas sektor menjadi kunci keberhasilan langkah besar ini. Kegiatan ini turut mendukung implementasi beberapa poin Sustainable Development Goals (SDGs), seperti SDGs 11: Manajemen Bencana melalui kolaborasi dalam mengatasi krisis sampah, serta SDGs 15: Pengelolaan Ekosistem melalui penerapan teknologi pengelolaan sampah dan pengendalian pencemaran. Dengan langkah-langkah strategis ini, DIY bergerak menuju masa depan yang lebih hijau dan berkelanjutan.

Penulis: Ratih Cintia Sari
Dokumentasi: Muhammad Guntur
Editor: Sulaiman Nurhidayat

Read More

Mengubah Gaya Hidup Demi Pengelolaan Sampah Berkelanjutan di DIY Melalui Edukasi Pemilahan Sampah

Mengatasi permasalahan sampah bukan hanya tanggung jawab pemerintah, tetapi membutuhkan partisipasi aktif seluruh elemen masyarakat. Di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), perubahan gaya hidup masyarakat menjadi salah satu langkah strategis untuk mengurangi volume sampah. Kebiasaan sederhana seperti membawa tumbler dan kotak makanan sendiri, mengurangi penggunaan plastik saat berbelanja, serta memilih bahan-bahan ramah lingkungan dapat memberikan dampak nyata. Dengan implementasi langkah-langkah ini, DIY berpotensi mengurangi volume sampah hingga 18,88%.

Pemerintah DIY juga terus mendorong pengelolaan sampah dapur secara mandiri oleh rumah tangga. Sampah organik yang biasanya terbuang begitu saja kini dapat diolah menjadi kompos, pelet, atau pakan maggot. Pendekatan ini tidak hanya mengurangi limbah, tetapi juga menghasilkan nilai tambah ekonomi yang signifikan. “Edukasi mengenai pentingnya pemilahan sampah dari sumber juga terus ditingkatkan, misalnya melalui program KKN dan penelitian biologi sampah,” jelas Guntur, perwakilan dari KM FMIPA.

Selain perubahan gaya hidup, inovasi teknologi juga memainkan peran penting dalam pengelolaan sampah di DIY. Beberapa TPA di Kulon Progo, Gunungkidul, dan Bantul mulai menggunakan metode modern seperti open dumping terkontrol dan teknologi penangkapan gas metana. Teknologi ini tidak hanya membantu mengurangi emisi gas rumah kaca, tetapi juga membuka peluang pemanfaatan sampah sebagai sumber energi terbarukan.

Dengan kolaborasi solid antara pemerintah, masyarakat, dan akademisi, DIY berpeluang menjadi pelopor pengelolaan sampah yang inovatif dan berkelanjutan. Upaya ini sejalan dengan beberapa poin Sustainable Development Goals (SDGs), seperti SDGs 11: Manajemen Bencana melalui kolaborasi mengatasi krisis sampah, serta SDGs 15: Ekosistem Daratan melalui pengelolaan sampah dan pengendalian pencemaran lingkungan. Transformasi ini memerlukan komitmen jangka panjang dari semua pihak, namun dampaknya akan dirasakan tidak hanya untuk masa kini, tetapi juga oleh generasi mendatang. Dengan langkah-langkah strategis yang dilakukan saat ini, DIY mampu membuktikan bahwa kolaborasi dan inovasi dapat menjadi solusi nyata untuk krisis lingkungan.

Penulis: Ratih Cintia Sari
Dokumentasi: Muhammad Guntur
Editor: Sulaiman Nurhidayat

Read More

BEM KM FMIPA UGM Gelar Expo Beasiswa 2024 sebagai Jembatan Menuju Pendidikan Tanpa Batas untuk Generasi Muda

Expo Beasiswa 2024 sukses menjadi pusat perhatian dan platform penting bagi mahasiswa yang ingin mengejar pendidikan tanpa batasan finansial. Dalam suasana yang interaktif dan penuh antusiasme, acara ini menghadirkan berbagai peluang beasiswa dari lembaga-lembaga ternama untuk mendukung perjalanan akademis generasi muda Indonesia. Beberapa instansi besar, seperti Sobat Bumi Pertamina, Bank Indonesia, Bakti BCA, Adaro Foundation, dan BSI Scholarship, menawarkan program beasiswa menarik. Tak hanya mendapatkan informasi, para pengunjung juga berkesempatan untuk berinteraksi langsung dengan perwakilan lembaga, memberikan pengalaman yang lebih personal dan mendalam.

“Saya jadi tahu lebih banyak opsi beasiswa yang bisa saya coba, dan itu sangat membantu. Biasanya hanya membaca informasi dari internet, tapi di sini saya bisa langsung tanya ke pihak pemberi beasiswa. Rasanya jadi lebih percaya diri untuk mencoba,” ujar Rahma, mahasiswa semester empat FMIPA UGM yang hadir dengan antusias dalam acara tersebut.

Selain memaparkan informasi beasiswa, acara ini juga menghadirkan kisah inspiratif dari para penerima beasiswa (awardee), yang membagikan perjalanan mereka dalam meraih pendidikan berkualitas. Cerita-cerita ini diharapkan mampu menanamkan semangat optimisme di kalangan mahasiswa untuk terus mencoba dan tidak menyerah menghadapi tantangan pendidikan.

Kementerian Advokasi Kesejahteraan Mahasiswa (Adkesma) BEM KM FMIPA UGM, selaku penyelenggara, menekankan pentingnya membangun jejaring di era global yang semakin kompetitif. “Expo Beasiswa 2024 tidak hanya tentang akses pendidikan, tetapi juga tentang kolaborasi. Kami ingin mahasiswa memahami bahwa melalui kolaborasi antara lembaga pemberi beasiswa dan penerima manfaat, pendidikan yang inklusif bisa menjadi kenyataan,” jelas Ratih, salah satu panitia.

Dengan tema futuristik yang mengusung inovasi dan harapan, Expo Beasiswa 2024 juga menjadi ruang bagi mahasiswa untuk saling terhubung, berbagi pengalaman, dan memperluas wawasan. Kesuksesan acara ini menjadi bukti bahwa tidak ada hambatan yang terlalu besar untuk diraih selama ada dukungan yang memadai dan tekad yang kuat.

Panitia berharap Expo Beasiswa dapat terus berlangsung di tahun-tahun mendatang dengan skala yang lebih besar dan dampak yang lebih luas. Acara ini juga sejalan dengan pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs), khususnya poin 4, yaitu meningkatkan akses terhadap pendidikan yang inklusif dan berkualitas. Expo Beasiswa 2024 tidak hanya menjadi jembatan menuju pendidikan yang lebih baik, tetapi juga sumber inspirasi bagi generasi muda untuk meraih masa depan yang gemilang.

Penulis: Ratih Cintia Sari
Dokumentasi: Tim DDD Expo Beasiswa 2024
Editor: Sulaiman Nurhidayat

Read More

Kolaborasi Mahasiswa FMIPA UGM dalam Transformasi Pengelolaan Sampah DIY Menuju Lingkungan Berkelanjutan dengan Desentralisasi dan Inovasi Teknologi

Permasalahan sampah di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) terus menjadi tantangan yang semakin mendesak. Pertumbuhan jumlah penduduk serta meningkatnya kunjungan wisatawan setiap tahunnya menyebabkan volume sampah melonjak secara signifikan. Akibatnya, Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Piyungan, yang selama ini menjadi andalan, kini telah mencapai kapasitas maksimal. Kondisi kritis ini memaksa pemerintah untuk mengambil langkah-langkah strategis guna mencegah dampak lebih besar terhadap lingkungan dan kesehatan masyarakat.

Langkah konkret untuk mengatasi krisis ini diwujudkan melalui Keputusan Gubernur DIY Nomor 314/KEP/2024 tentang Pembentukan Satuan Tugas Percepatan Pelaksanaan Desentralisasi Pengelolaan Sampah. “Langkah konkret yang diambil adalah melalui Keputusan Gubernur DIY Nomor 314/KEP/2024 tentang Pembentukan Satuan Tugas Percepatan Pelaksanaan Desentralisasi Pengelolaan Sampah. Keputusan ini menekankan pentingnya setiap kabupaten dan kota di DIY memiliki TPA masing-masing sebagai bagian dari desentralisasi pengelolaan sampah,” papar Guntur sebagai perwakilan KM FMIPA.

Namun, implementasi Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) di berbagai wilayah masih menghadapi berbagai kendala, seperti kapasitas yang belum memadai dan infrastruktur yang belum optimal. Masalah ini tidak hanya terjadi di Sleman, tetapi juga di seluruh DIY. Dengan kondisi ini, percepatan desentralisasi pengelolaan sampah menjadi semakin mendesak untuk dilakukan secara sistematis.

“Pemerintah perlu berinvestasi lebih banyak dalam pembangunan infrastruktur yang merata dan berkelanjutan. Selain itu, pengelolaan sampah yang lebih efektif juga memerlukan sinergi antara pemerintah daerah, masyarakat, dan sektor swasta,” jelas Guntur. Tidak cukup hanya dengan membangun TPA baru, melibatkan masyarakat melalui edukasi juga menjadi kunci untuk mengatasi persoalan ini. Masyarakat perlu didorong untuk memilah sampah sejak dari sumber, sehingga pengolahan di TPA dapat berjalan lebih efisien.

Selain itu, penerapan teknologi modern juga dapat menjadi solusi dalam mengurangi dampak lingkungan. Salah satu contohnya adalah teknologi penangkapan gas metana, yang tidak hanya dapat mengurangi emisi gas rumah kaca tetapi juga dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi alternatif. Pendekatan ini mendukung pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), khususnya SDGs poin 11 tentang pembangunan kota dan permukiman berkelanjutan melalui manajemen bencana dan kolaborasi dalam mengatasi krisis sampah. Selain itu, inisiatif ini juga selaras dengan SDGs poin 15 mengenai pelestarian ekosistem daratan, melalui upaya inovatif seperti pemanfaatan gas metana sebagai solusi yang ramah lingkungan.

Pendekatan terpadu antara pembangunan infrastruktur, edukasi masyarakat, dan penerapan teknologi menjadi langkah penting untuk menyelesaikan permasalahan sampah di DIY secara berkelanjutan. Dengan sinergi yang kuat dari semua pemangku kepentingan, tantangan ini dapat diubah menjadi peluang untuk menciptakan sistem pengelolaan sampah yang lebih tangguh dan berwawasan lingkungan.

Penulis: Ratih Cintia Sari
Dokumentasi: Muhammad Guntur
Editor: Sulaiman Nurhidayat

Read More

Kolaborasi Mahasiswa FMIPA UGM dengan FMIPA UNY untuk Mengatasi Krisis Sampah Daerah Istimewa Yogyakarta yang Mengancam Lingkungan

Krisis sampah di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) semakin menjadi perhatian serius, terutama sejak penonaktifan pengoperasian Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Piyungan. Kondisi ini memicu berbagai dampak nyata, seperti sampah yang berserakan di wilayah perkotaan hingga maraknya praktik pembakaran sampah di malam hari. Praktik tersebut tidak hanya memperparah pencemaran lingkungan, tetapi juga menimbulkan ancaman serius bagi kesehatan masyarakat.

Menanggapi situasi yang mengkhawatirkan ini, mahasiswa dari berbagai institusi pendidikan di DIY, termasuk BEM KM UGM, BEM KM FMIPA UGM, dan BEM FMIPA UNY, bersatu untuk melakukan kajian kolaborasi terkait permasalahan sampah. “Kami mencoba menelisik akar rumput masalah dari fenomena yang ditimbulkan,” ujar Guntur, perwakilan dari KM FMIPA, dalam diskusi yang menjadi langkah awal kolaborasi tersebut.

Melalui rangkaian diskusi dan kajian bersama, kelompok mahasiswa ini berharap menjadi pionir dalam meningkatkan kesadaran masyarakat terkait pentingnya pengelolaan sampah yang bertanggung jawab. Sebagai langkah konkret, mereka mengadakan audiensi dengan Balai Pengelolaan Sampah dan Bidang Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Hidup (P2KLH) di Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan DIY pada 26 November 2024. Pertemuan tersebut bertujuan untuk menggali lebih dalam permasalahan yang ada, sekaligus merumuskan solusi kolaboratif yang dapat diterapkan.

“Kami meyakini bahwa diskusi dan kajian yang kami lakukan masih sangat kurang. Namun, kami berharap ini menjadi langkah awal yang dapat menumbuhkan semangat bersama untuk mengurangi dampak dan penyebab krisis sampah di DIY,” lanjut Guntur.

Permasalahan sampah menjadi tantangan besar, terutama di wilayah dengan tingkat aktivitas tinggi seperti DIY. Selain dipengaruhi oleh pertumbuhan jumlah penduduk, lonjakan wisatawan yang signifikan turut berkontribusi pada peningkatan volume sampah. Situasi ini membutuhkan langkah kolektif dari berbagai pihak—pemerintah, masyarakat, serta komunitas mahasiswa—untuk menciptakan solusi yang berkelanjutan dan berdampak jangka panjang.

Langkah-langkah ini juga sejalan dengan implementasi beberapa poin Sustainable Development Goals (SDGs), seperti SDGs 11: Manajemen Bencana, melalui kolaborasi dalam mengatasi krisis sampah, serta SDGs 15: Ekosistem Daratan, melalui pengelolaan sampah dan pengendalian pencemaran lingkungan. Dengan sinergi berbagai pihak, DIY diharapkan mampu mengatasi krisis sampah dan menjadi model pengelolaan lingkungan yang lebih baik bagi daerah lain.

Penulis: Ratih Cintia Sari
Dokumentasi: Muhammad Guntur
Editor: Sulaiman Nurhidayat

Read More

Matematika, Prestasi, dan Dedikasi: Kisah Ivan Hadinata yang Menginspirasi untuk Generasi Muda

Matematika telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan Ivan Hadinata, mahasiswa S-1 Matematika Universitas Gadjah Mada (UGM). Sejak duduk di bangku sekolah dasar, Ivan telah menunjukkan ketertarikan luar biasa pada Matematika. Ia rutin mengikuti berbagai kompetisi dan berhasil menorehkan banyak prestasi yang mengukuhkan dirinya sebagai salah satu talenta muda berbakat di bidang ini. Puncaknya, pada tahun kedua masa studinya di UGM, Ivan berhasil meraih Third Prize dalam ajang bergengsi International Mathematics Competition (IMC) 2024—sebuah pencapaian yang menjadi kebanggaan tersendiri.

“Rasanya nano-nano, saya senang karena dapat Third Prize di IMC, tapi nggak senang karena nggak bisa ikut lagi,” ungkap Ivan. Meski sedikit merasa kehilangan kesempatan untuk kembali berlaga di IMC, Ivan melihat sisi positif dari keberhasilannya ini. Ia merasa pencapaian di awal masa kuliah memberinya lebih banyak ruang untuk fokus menyelesaikan skripsi tanpa tekanan tambahan untuk terus mengejar prestasi di bidang olimpiade.

Perjalanan Ivan di dunia Matematika telah dimulai sejak usia dini. Ia mengikuti kompetisi seperti Olimpiade Sains Nasional (OSN) dan International Teenagers Mathematics Olympiad saat masih duduk di bangku sekolah dasar, dengan sederet prestasi yang terus berlanjut di jenjang pendidikan berikutnya. Di tingkat sekolah menengah pertama, Ivan meraih medali perak di OSN dan International Teenagers Mathematics Olympiad. Saat SMA, prestasinya meningkat dengan kembali meraih medali perak di OSN tingkat SMA dan medali perunggu di Asian Pacific Mathematical Olympiad.

Di jenjang perguruan tinggi, Ivan terus menunjukkan konsistensinya. Pada tahun pertama mengikuti Olimpiade Nasional Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Perguruan Tinggi (ONMIPA-PT), ia meraih medali emas. Keberhasilan ini mengantarkannya menerima penghargaan pada Malam Apresiasi Fakultas MIPA UGM, yang menjadi momen istimewa baginya.

Pencapaian Ivan Hadinata menunjukkan pentingnya pendidikan berkualitas dalam mencetak generasi muda yang unggul, sejalan dengan Sustainable Development Goals (SDGs) poin 4, yaitu Pendidikan Berkualitas. Melalui berbagai prestasi akademik dan pengakuan yang diraihnya, Ivan menjadi contoh nyata bagaimana akses dan dukungan terhadap pendidikan berkualitas dapat mendorong seseorang mencapai potensi terbaiknya. Tidak hanya memberikan manfaat pribadi, tetapi pencapaiannya juga membuka peluang kontribusi yang lebih besar bagi masyarakat dan dunia akademik. Keberhasilan ini sekaligus menjadi pengingat bahwa prestasi akademik adalah salah satu bentuk kontribusi nyata untuk membangun masyarakat yang lebih baik.

Keberhasilan Ivan tidak hanya memberikan manfaat pribadi, tetapi juga membuka peluang kontribusi yang lebih besar bagi masyarakat dan dunia akademik. Prestasi seperti ini menjadi inspirasi bagi generasi muda, menunjukkan bahwa akademik dan dedikasi dapat menjadi langkah awal untuk berkontribusi dalam membangun masyarakat yang lebih baik. Ivan Hadinata, dengan semua pencapaiannya, adalah teladan bagaimana ilmu, semangat, dan kerja keras mampu membuka jalan menuju masa depan yang cerah.

Penulis: Azzah Nurfatin
Dokumentasi: Tim Media FMIPA UGM dan Ivan Hadinata
Editor: Sulaiman Nurhidayat

Read More

Chemistry Duo MC Jibril-Iin: Terbangun di Malam Kangen, Berlanjut di MIPA EXPO

Kemampuan berbicara di depan umum menjadi salah satu keterampilan yang sangat penting di era modern, terutama bagi generasi muda yang ingin berkontribusi dalam berbagai bidang. Di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Gadjah Mada (FMIPA UGM), dua mahasiswa, Havid Jibril Pamenan dan Iin Nauli Rahmawati, telah menunjukkan bagaimana pengalaman dan kerja sama dapat menghasilkan performa luar biasa. Sebagai mahasiswa S-1 Matematika, keduanya membuktikan bahwa komunikasi yang efektif dapat dicapai melalui kolaborasi yang solid.

Jibril dan Iin pertama kali dipasangkan sebagai pembawa acara di Malam Kangen FMIPA 2024. “Awalnya kami canggung karena belum pernah berinteraksi sebelumnya,” ungkap Iin. Meski demikian, keduanya berhasil mengatasi kecanggungan tersebut dan mulai membangun chemistry. Pengalaman pertama ini menjadi fondasi penting yang mempermudah mereka saat kembali dipasangkan untuk membawakan MIPA EXPO. “Ketika tampil lagi di MIPA EXPO, semuanya terasa lebih mudah karena chemistry sudah terbangun,” tambah Jibril.

Meskipun waktu persiapan mereka untuk MIPA EXPO sangat terbatas—dengan hanya satu kali latihan—keduanya tetap mampu memberikan performa terbaik. Antusiasme audiens, yang sebagian besar terdiri dari siswa SMA akselerasi, memberikan semangat tersendiri. Acara ini tidak hanya menjadi hiburan tetapi juga memberikan inspirasi. Bahkan, beberapa siswa secara langsung meminta motivasi kepada mereka, menunjukkan bahwa pesan yang mereka bawakan berhasil menggugah semangat generasi muda.

Namun, semua itu terbayarkan saat mereka membawakan acara MIPA EXPO. Kehadiran audiens yang antusias, terutama siswa SMA akselerasi, memberikan semangat tersendiri bagi mereka. Beberapa siswa bahkan meminta motivasi langsung untuk masa depan mereka, menunjukkan bahwa acara tersebut tidak hanya menghibur tetapi juga memberikan inspirasi dan wawasan.

Jibril dan Iin menjadi contoh nyata bahwa kerja sama yang baik dan pengalaman berulang dapat menciptakan performa luar biasa. Kolaborasi mereka mencerminkan pentingnya pengembangan keterampilan komunikasi dan adaptasi di dunia pendidikan dan profesional. Hal ini juga sejalan dengan Sustainable Development Goals (SDGs) poin 4, yaitu Pendidikan Berkualitas, yang menekankan pengembangan keterampilan, serta poin 17, yaitu Kemitraan untuk Mencapai Tujuan, karena kerja sama mereka menunjukkan bagaimana kolaborasi dapat menghasilkan dampak positif dalam berbagai situasi.

Kisah Havid Jibril dan Iin Nauli ini mengingatkan bahwa kerja sama dan pengalaman adalah dua hal yang saling melengkapi dalam menciptakan performa yang menginspirasi. Mereka membuktikan bahwa keterampilan berbicara di depan umum tidak hanya menjadi alat untuk menyampaikan informasi, tetapi juga sarana untuk menginspirasi, memotivasi, dan menciptakan dampak nyata bagi audiens mereka.

Penulis: Azzah Nurfatin
Dokumentasi: Tim Media FMIPA UGM
Editor: Sulaiman Nurhidayat

Read More

Pertama Kali Jadi Moderator, Iin Sukses Beri Inspirasi di MIPA EXPO 2024

Berbicara di depan umum sering kali menjadi tantangan besar bagi banyak orang. Tidak sedikit yang merasa gentar bahkan untuk memulai. Namun, ada individu yang mampu melawan rasa takut tersebut dan menjadikannya sebagai kesempatan untuk berkembang. Salah satu contoh inspiratif adalah Iin, mahasiswi S-1 Matematika Universitas Gadjah Mada (UGM), yang baru saja menjalani pengalaman barunya sebagai moderator dalam acara MIPA EXPO 2024.

“Awalnya aku mau ngasih peran moderator ke yang lain karena merasa belum siap,” ujar Iin. Meski sebelumnya sudah pernah menjadi Master of Ceremony (MC) di acara Malam Kangen FMIPA 2024, pengalaman pertama sebagai moderator tetap menimbulkan keraguan baginya. Tantangan semakin bertambah ketika ia mengetahui narasumber yang akan dipandu adalah Arby, host saluran YouTube Semestamu yang terkenal dengan wawasan mendalam tentang ilmu Fisika. Sebagai mahasiswa Matematika, Iin merasa tidak memiliki penguasaan cukup dalam terhadap Fisika, sehingga hal ini menjadi tekanan tersendiri baginya.

Namun, dukungan dari Jibril, partner MC-nya di MIPA EXPO 2024 menjadi penyemangat besar bagi Iin. “Aku bilang ke Kak Iin, ini kesempatan bagus buat Kak Iin untuk belajar dan berkembang. Lagipula, aku yakin Kak Iin bisa,” tutur Jibril saat diwawancarai. Kata-kata tersebut membangkitkan keberanian Iin untuk mengambil peran tersebut dengan penuh percaya diri. Hasilnya, penampilannya sebagai moderator berjalan lancar dan mendapat apresiasi. Bahkan, banyak yang menganggap performanya jauh melampaui ekspektasi, seperti bukan pengalaman pertamanya.

Peran Iin sebagai moderator tidak hanya menunjukkan keberanian pribadi, tetapi juga sejalan dengan Sustainable Development Goals (SDGs), khususnya poin 4, yaitu Pendidikan Berkualitas. MIPA Expo, sebagai ajang berbagi ilmu dan inspirasi, menciptakan ruang edukasi yang inklusif bagi semua peserta. Pengalaman seperti yang dirasakan Iin menggarisbawahi pentingnya mendukung keterampilan komunikasi dan pengembangan individu, yang merupakan bagian tak terpisahkan dari pendidikan berkualitas. Kisah Iin mengajarkan kita bahwa keberanian untuk melangkah keluar dari zona nyaman adalah langkah awal menuju pertumbuhan. Dengan tekad, dukungan, dan keyakinan, tantangan yang sebelumnya terlihat sulit dapat berubah menjadi pengalaman berharga yang membentuk pribadi yang lebih kuat dan kompeten.

Penulis: Azzah Nurfatin
Dokumentasi: Tim Media FMIPA UGM
Editor: Sulaiman Nurhidayat

Read More
Translate