Search
Search
Search

SDG 8: Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi

Bisnis Laris Manis Dipta Alumni FMIPA UGM, Brownis Lumer Ludes Hingga Ratusan Porsi Per Hari

Berjualan sejak di bangku kuliah, Dipta Eka Satria yang akrab disapa Dipta tak menyangka bahwa brownis lumer buatannya mampu laku hingga ratusan porsi dalam setiap kali dirinya melakukan pre order atau pra pesan. Diketahui, brownis lumer buatannya merupakan bagian dari usaha keluarganya di bawah naungan Djiwani Kitchen. Terdapat 3 menu utama pada brownis lumernya yaitu coklat, green tea, dan red velvet. Namun, varian coklatnya menjadi menu favorit pilihan pelanggannya. Ketiga menunya tersebut memiliki pilihan topping atau taburan yang beragam serta dapat disesuaikan dengan permintaan pelanggan seperti keju, kukis, dan sprinkle.

“Pada awal penjualan, kami menjual brownies lumer box dengan sistem preorder dan dengan sistem COD untuk pengantaran pemesanan. Awalnya, kami ragu karena ini sekadar camilan untuk penggajal perut saja. Namun, takdir berkata lain. Saat preorder batch pertama masuk dengan jumlah pemesanan 25 box brownies, selanjutnya kloter kedua 40box, dan kloter ketiga hingga 48box. Pemesanan tertinggi Djiwani mencapai hingga lebih dari 190 box. Sangat bersyukurnya kami jika banyaknya customer yang cocok dan suka dengan brownies lumer Djiwani Kitchen,” papar Dipta.

Di balik laris manisnya camilan yang digemari berbagai kalangan tersebut, Dipta juga turut memaparkan kendala yang dihadapinya saat proses produksi. Hal ini berkaitan dengan pengembangan varian taburan atau topping yang bervariasi dan daya tahannya terutama dalam skema pengantaran ke pelanggan luar kota.

“Harapan kami dengan adanya Djiwani Kitchen ini dapat melengkapi nutrisi dan sebagai teman nyemil di keseharian customer baik di rumah, suatu acara, maupun di mana customer berada baik dengan olahan manis atau asin yang tentunya bervariasi agar tidak membosankan dan tentunya cocok di lidah para customer,” papar Dipta.

Dalam hal ini, kisah Dipta tersebut menjadi implementasi dari SDGs nomor 4 yaitu Pendidikan Berkualitas melalui peningkatan keterampilan  di bidang wirausaha. Selain itu, upaya tersebut menjadi cerminan SDGs nomor 8 yaitu pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi melalui produktivitas ekonomi yang dilakukan.

Penulis: Febriska Noor Fitriana
Dokumentasi: Dipta Eka Satria

Read More

Latih Masyarakat Pesisir Olah Daun Mangrove Jadi Sabun Cair, Simak Cerita Aziz Mahasiswa Kimia FMIPA UGM

Momen KKN menjadi pengalaman berharga bagi Aziz, mahasiswa Kimia FMIPA UGM dalam mengimplementasikan ilmunya kepada masyarakat bersama dengan tim kelompoknya. Lokasi KKN Aziz berada pada Desa Wedung, Kabupaten Demak, Jawa Tengah. Terdapat 5 program kerja yang dijalankan Aziz yaitu edukasi budidaya maggot, diversifikasi minyak jelantah untuk lilin aromaterapi, pemanfaatan daun mangrove untuk sabun cair, science fair, serta lomba tartil Al-Qur’an, sains, dan calistung.

Melihat kekayaan potensi wilayah desa KKN tersebutm membuat Aziz bergerak dalam memberdayakan daun mangrove menjadi sesuatu hal yang bernilai lebih. Hal ini juga didukung oleh disiplin ilmu yang dipelajarinya di bangku kuliah yaitu bidang Kimia.

“Latar belakang Saya membuat program ini karena melihat potensi sumber daya alam di Dusun Tambak Seklenting, wedung yang merupakan daerah pesisir dan memiliki banyak ekosistem mangrove dengan berbagai spesies. Mangrove kaya akan manfaat selain mencegah terjadinya bencana, salah satunya yaitu kandungan dari daun mangrove dapat berpotensi dijadikan sabun. Sebenarnya, masih banyak manfaat lain, apalagi masyarakat di sini juga sudah mulai memanfaatkan potensi mangrove tersebut, salah satunya dengan diolah menjadi sirup, kopi, dan teh mangrove. Sehingga saya membuat produk yang belum pernah dibuat di sini,” papar Aziz.

Aziz juga berharap bahwa ke depannya dengan adanya program ini dapat menumbuhkan kesadaran masyarakat untuk menjaga dan mengelola ekosistem mangrove di daerah pesisir karena memiliki banyak potensi dan manfaat dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, produk-produk olahan dari mangrove dapat dijadikan sebagai salah satu sumber penghasilan dan lokasi hutan mangrove dapat dijadikan sebagai ekowisata.

Kegiatan KKN yang dilaksanakan oleh Aziz beserta timnya merupakan implementasi dari SDGs nomor 4 yaitu Pendidikan Berkualitas melalui peningkatan keterampilan mahasiswa dalam pengabdian masyarakat serta nomor 17 yaitu Kemitraan untuk Mencapai Tujuan dalam memajukan desa lokasi penempatan KKN. Selain itu, upaya Aziz tersebut menjadi cerminan SDGs nomor 8 yaitu pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi melalui produktivitas ekonomi masyarakat pesisir serta nomor 9 yaitu Industri, Inovasi, dan Infrastruktur melalui inovasi potensi alam masyarakat desa.

Penulis: Febriska Noor Fitriana
Dokumentasi: Nur Aziz

Read More

Sambal Skripsi: Olahan Laris Manis Karya Bimas, Mahasiswa Geofisika FMIPA UGM

Hobi memasak mengantarkan Bimas, mahasiswa Geofisika FMIPA UGM ke dalam jejaring konsumen yang selalu memburu sambal hasil olahannya yaitu Sambal Skripsi. Sejak SMA, Bimas mengaku telah hobi juga berjualan seperti telur asin. Namun, dirinya mengaku kebutuhan saat kuliah ternyata cukup menguras kantongnya. Awalnya, Bimas memasak sambal dengan bahan baku ikan asap sebanyak 3 toples. Tak disangka, toples sambal seberat masing-masing 200 gram tersebut langsung ludes dibeli teman-temannya. Kemudian, dirinya mengembangkan variasi sambal lainnya seperti cumi asin, teri, dan ayam. Namun, pelanggannya menjadikan sambal ikan asap dan cumi asin sebagai menu favoritnya.

“Selain dapat penghasilan sendiri, senang ketika pembeli puas dengan masakan saya dengan respon baik. Saya mengartikan bahwa karya seni saya dibidang makanan atau kuliner berhasil begitu pula sebaliknya. Selain itu juga kadang seneng liat temen-temen terutama yang kos makan masakan Saya karena kan selama ini makan sering di warteg atau warmindo, mie instan dan makanan gak sehat. Saya tau betul kebersihan dan bebas pengawet maupun pewarna dari sambal ini karena Saya juga makan jadi aman lah. Kalau pesan merintis usaha singkat aja asal butuh jangan gengsi pede aja,” papar Bimas.

Di balik suksesnya menjaring konsumen, Bimas juga mengaku bahwa terdapat kendala dalam produksi sambalnya akibat ketersediaan bahan seperti ikan asap yang menurutnya cukup sulit didapatkan dan harganya yang cenderung mahal. Namun, kendala tersebut tidak membuat Bimas menyerah. Dirinya tetap mengupayakan kulitas sambalnya hingga ke tangan konsumen.

“Harapannya, semoga bisa jadi sampingan yang menghasilkan juga setelah dapat kerja nanti,” papar Bimas.

Dalam hal ini, kisah Bimas tersebut menjadi implementasi dari SDGs nomor 4 yaitu Pendidikan Berkualitas melalui peningkatan keterampilan mahasiswa di bidang wirausaha. Selain itu, upaya tersebut menjadi cerminan SDGs nomor 8 yaitu pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi melalui produktivitas ekonomi yang dilakukan.

Penulis: Febriska Noor Fitriana
Dokumentasi: Bimas Herpi Pramuditya

Read More

Cerita Nugi, Mahasiswa FMIPA UGM Dorong Petani Desa dengan Kreasi Hasil Bumi Jadi Sambal Salak

Sambal merupakan salah satu makanan favorit masyarakat di Indonesia dengan beragam kreasi yang dibuat sesuai dengan daerahnya. Hal ini menjadi salah satu peluang bagi Anugrah Yuwan Atmadja, yang akrab disapa Nugi, mahasiswa Ilmu Komputer FMIPA UGM untuk turut mendorong kreasi masyarakat di kawasan Desa Purwobinangun. Pada mulanya, melalui program pengabdian PPK Ormawa 2022, Nugi berhasil mendirikan Salacca Space sebagai rumah inovasi pengolahan salak di Desa Purwobinangun. Salah satu produk unggulan yang dikembangkan adalah Sambalacca, atau sambal salak yang diproduksi menggunakan hasil bumi khas Desa Purwobinangun.

“Produk ini dapat menjadi pendobrak usaha-usaha lainnya mulai dari petani salak sebagai supplier bahan baku dan rempah-rempah lainnya serta usaha restoran yang terlibat. Dukanya adalah ketika harga cabai dan bahan baku lainnya sedang mengalami kenaikan,” papar Nugi.

Sambalacca dapat dibeli dengan harga Rp18.000 untuk 1 botol dengan ukuran 120gram. Saat ini, penjualan Sambalacca berfokus pada penjualan B2B ke salah satu restoran yang ada di Godean bernama Tamanjiwo Resto. Beberapa menu yang disediakan di restoran ini menggunakan sambal salak dari Sambalacca sebagai menu pelengkapnya.

“Kesannya adalah sangat senang ketika produk ini dapat membantu petani salak yang mengalami kesulitan menjual hasil bumi mereka karena harga salak yang kian menurun. Dengan adanya produk ini, salak dapat dijual dengan nilai jual yang tinggi,” papar Nugi.

Dalam hal ini, Nugi turut berharap bahwa bisnis ini semoga dapat dikembangkan lebih jauh lagi bersama teman-teman yang lain setelah lulus kuliah. Merujuk pada upaya Nugi tersebut menjadi implementasi dari SDGs nomor 4 yaitu Pendidikan Berkualitas melalui peningkatan keterampilan mahasiswa di bidang wirausaha dan sosial masyarakt. Selain itu, upaya tersebut menjadi cerminan SDGs nomor 8 yaitu pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi melalui produktivitas ekonomi petani salak serta nomor 9 yaitu Industri, Inovasi, dan Infrastruktur melalui inovasi hasil bumi masyarakat desa.

Penulis: Febriska Noor Fitriana
Dokumentasi: Anugrah Yuwan Atmadja

Read More

Menggali Ilmu di BPS Pusat, Himatika UGM Adakan Kunjungan Edukatif

Mahasiswa dari Program Studi Matematika Universitas Gadjah Mada (UGM) melakukan kunjungan ke Badan Pusat Statistik (BPS) di Kota Jakarta Pusat pada awal Agustus lalu. Kegiatan ini diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Matematika (Himatika) UGM melalui Departemen Jalinan Eksternal (Linear), dengan tujuan memperluas wawasan mahasiswa mengenai penerapan ilmu Matematika, khususnya Statistika, di dunia kerja nyata.

“Selain mendengarkan penjelasan mengenai BPS, kami juga diberikan kesempatan untuk tur keliling kantor,” papar Dhimas Gati Yogatama selaku Ketua Departemen Linear Himatika UGM. Saat sesi materi, para peserta mendengarkan penjelasan mengenai BPS maupun struktur dan tugas pokok serta fungsinya dengan seksama. Dhimas juga menambahkan bahwa selain mendengarkan penjelasan, para peserta juga diberikan kesempatan bertanya untuk memperdalam pemahaman.

Setelah penjelasan materi dan tanya jawab, para peserta diajak berkeliling kantor BPS untuk melihat fasilitas yang tersedia. Pemandu tur menjelaskan berbagai layanan BPS, termasuk perpustakaan dan cara mengakses data yang dimiliki BPS, yang sering digunakan oleh peneliti, akademisi, maupun pihak industri.

Kegiatan kunjungan mahasiswa Matematika UGM ke Badan Pusat Statistik menunjukkan penerapan SDGs poin 8, yaitu Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi. Melalui kunjungan ini, mahasiswa tidak hanya memahami bagaimana data statistik mendukung pengambilan keputusan di berbagai sektor, tetapi juga memperoleh wawasan tentang peluang karier di bidang statistik dan data. Pemahaman ini diharapkan dapat mempersiapkan mereka menghadapi tantangan di dunia kerja serta berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi yang lebih inklusif dan berkelanjutan di masa depan.

Penulis: Azzah Nurfatin
Dokumentasi: Panitia Constant 2024
Editor: Febriska Noor Fitriana

Read More

Pelajari Cara Bedakan Uang Palsu, Himatika UGM Kunjungi BI Pusat

Tidak sedikit mahasiswa Matematika yang merasa kesulitan dalam memahami penerapan ilmu yang mereka pelajari di dunia kerja. Untuk menanggulangi hal tersebut, Departemen Jalinan Eksternal (Linear) Himpunan Mahasiswa Matematika (Himatika) UGM mengadakan kunjungan ke Bank Indonesia di Gambir, Jakarta Pusat, pada Selasa, 6 Agustus 2024. Kegiatan ini dibuka untuk seluruh mahasiswa S-1 Matematika UGM. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mengenalkan penerapan Matematika, khususnya di Bank Indonesia.

Kunjungan dimulai dengan pemberian materi oleh pihak Bank Indonesia. Dalam sesi ini, peserta mendapatkan gambaran lengkap mengenai sejarah Bank Indonesia, serta tugas pokok dan fungsi dari lembaga tersebut. Para peserta menyimak penyampaian materi tersebut dengan penuh perhatian.

Selanjutnya, para peserta diajak mendalami topik tentang mata uang. Para peserta diajarkan cara membedakan uang asli dengan uang palsu. Mereka juga dikenalkan dengan perubahan desain uang emisi 2022. Selain itu, para peserta juga diberi kesempatan untuk bertanya untuk memperdalam pemahaman mengenai materi yang telah disampaikan.

Kegiatan ini diakhiri dengan sesi permainan berupa kuis interaktif. Antusiasme para peserta terlihat jelas ketika mereka bersemangat mengikuti kuis dan bersaing untuk meraih kemenangan.

Kegiatan kunjungan mahasiswa S-1 Matematika UGM ke Bank Indonesia menunjukkan penerapan SDGs poin 8, yaitu Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi. Melalui kunjungan ini, mahasiswa S-1 Matematika UGM dapat memahami prospek karier di Bank Indonesia sekaligus meningkatkan kesadaran mereka akan pentingnya pengenalan uang palsu, yang berperan dalam menjaga stabilitas ekonomi di dunia nyata.

</a

Penulis: Azzah Nurfatin
Dokumentasi: Panitia Constant 2024
Editor: Febriska Noor Fitriana

Read More

Ratmi, Sang Pengrajin Batik Damai Langit Sajikan Paduan Seni dan Ketelatenan di Acara Family Gathering FMIPA UGM

Terletak di perbatasan Yogyakarta dan Bantul, Ratmi, salah satu pengrajin lokal Batik Damai Langit menawarkan sentuhan seni batik yang khas di acara Family Gathering FMIPA UGM. Berlokasi di kawasan Niti Prayan, tepat di barat SMKI, usaha batik ini dikelola oleh Ratmi yang juga memperluas usahanya dengan menjual aksesoris HP. Meski beragam produk ditawarkan, seperti aksesoris HP yang merupakan titipan, batik menjadi andalan utama yang diproduksi sendiri oleh Ratmi dengan berbagai teknik pengerjaan.

“Batik Damai Langit memproduksi berbagai jenis batik. Mulai dari batik cap, cap kombinasi, hingga batik tulis penuh. Batik cap membutuhkan waktu sekitar 3 hari sedangkan untuk cap tulis, memerlukan waktu hingga 1 minggu karena lebih rumit,” papar Ratmi salah satu penjaga stand sekaligus pengrajin Batik Damai Langit di acara Family Gathering.

Ratmi bercerita bahwa proses pembuatan batik ini tidak hanya sekedar teknik, tetapi juga memerlukan ketelatenan, keahlian, serta kesabaran untuk menghasilkan motif yang indah. Teknik batik tulis yang rumit memang menjadi daya tarik tersendiri, apalagi motif yang dihasilkan memiliki nilai seni yang tinggi. Batik Damai Langit menghadirkan motif yang tidak hanya memanjakan mata, namun juga penuh filosofi. Mulai dari perpaduan warna hingga detail-detail kecil pada motif yang terukir, semuanya merepresentasikan budaya lokal yang kaya akan makna.

Dengan tetap menjaga kualitas dan seni dalam setiap lembar batik, Batik Damai Langit menjadi pilihan menarik bagi para pecinta batik di sekitar Yogyakarta dan Bantul. Keberadaan usaha ini tidak hanya membantu melestarikan warisan budaya, tetapi juga memberdayakan masyarakat lokal untuk terus berkembang dalam dunia industri kreatif.

Kehadiran Ratmi pada acara Family Gathering FMIPA UGM ini turut mengimplementasikan SDGs poin 8 yaitu Bantuan untuk Perdagangan melalui ketersedian FMIPA membuka stand UMKM dengan keragaman budaya. Kemudian acara tersebut menjadi implementasi dari SDGs poin 9 yaitu Industri, Inovasi dan Infrastruktur melalui tema besar acara Dies Natalis FMIPA ke-69.

Penulis: Ratih Cintia Sari
Dokumentasi: Ratih Cintia Sari dan Hero Prakosa Wibowo Priyanto
Editor: Febriska Noor Fitriana

Read More

Alumni FMIPA UGM Soroti Suksesnya Program MIPA Business Gathering dalam Menghubungkan Dunia Pendidikan dan Industri

Salah satu program FMIPA UGM yang dipandang sukses oleh Didi Purwadi selaku alumni FMIPA UGM Jurusan Biologi Lingkungan angkatan 1986 di perayaan Dies Natalis FMIPA UGM ke-69 adalah MIPA Business Gathering pada 29 Juni 2024 yang mempertemukan universitas dengan pihak industri. Program ini telah membantu menjembatani kesenjangan antara dunia akademik dan dunia kerja, dengan menciptakan peluang kerja sama yang saling menguntungkan.

Acara business gathering menjadi wadah penting bagi kampus untuk mempererat kolaborasi dengan berbagai perusahaan, menciptakan peluang kerja sama yang saling menguntungkan. Alumni seperti Didi Purwadi sangat mengapresiasi inisiatif ini karena mampu menjembatani kesenjangan antara lulusan yang siap kerja dengan kebutuhan industri.

Dalam Business Gathering tersebut, beberapa MoU (Memorandum of Understanding) berhasil ditandatangani antara FMIPA UGM dan berbagai perusahaan. Program ini tidak hanya bermanfaat bagi mahasiswa yang mendapatkan peluang lebih besar untuk memasuki dunia kerja, tetapi juga bagi industri yang memperoleh tenaga kerja berkualitas yang siap pakai. Selain itu, acara ini juga menjadi langkah strategis bagi FMIPA UGM dalam meningkatkan sumber daya dan mendukung keberlanjutan finansial fakultas serta memberikan kesejahteraan lebih baik bagi civitas akademika.

Program ini sangat berkaitan dengan Sustainable Development Goals (SDGs) poin ke-8 yakni Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi yang mendorong terciptanya pekerjaan yang bermartabat dan produktif bagi semua. Selain itu, Business Gathering mendukung SDG 17 yaitu Kemitraan untuk Mencapai Tujuan karena memperkuat kolaborasi antara universitas dan dunia industri demi mencapai manfaat yang saling menguntungkan.

Penulis: Chairunnisa Anggun Setiono
Dokumentasi: Hero Prakosa Wibowo
Editor: Febriska Noor Fitriana

Read More

Bisnis Laris Manis Dipta Alumni FMIPA UGM, Brownis Lumer Ludes Hingga Ratusan Porsi Per Hari

Berjualan sejak di bangku kuliah, Dipta Eka Satria yang akrab disapa Dipta tak menyangka bahwa brownis lumer buatannya mampu laku hingga ratusan porsi dalam setiap kali dirinya melakukan pre order atau pra pesan. Diketahui, brownis lumer buatannya merupakan bagian dari usaha keluarganya di bawah naungan Djiwani Kitchen. Terdapat 3 menu utama pada brownis lumernya yaitu coklat, green tea, dan red velvet. Namun, varian coklatnya menjadi menu favorit pilihan pelanggannya. Ketiga menunya tersebut memiliki pilihan topping atau taburan yang beragam serta dapat disesuaikan dengan permintaan pelanggan seperti keju, kukis, dan sprinkle.

“Pada awal penjualan, kami menjual brownies lumer box dengan sistem preorder dan dengan sistem COD untuk pengantaran pemesanan. Awalnya, kami ragu karena ini sekadar camilan untuk penggajal perut saja. Namun, takdir berkata lain. Saat preorder batch pertama masuk dengan jumlah pemesanan 25 box brownies, selanjutnya kloter kedua 40box, dan kloter ketiga hingga 48box. Pemesanan tertinggi Djiwani mencapai hingga lebih dari 190 box. Sangat bersyukurnya kami jika banyaknya customer yang cocok dan suka dengan brownies lumer Djiwani Kitchen,” papar Dipta.

Di balik laris manisnya camilan yang digemari berbagai kalangan tersebut, Dipta juga turut memaparkan kendala yang dihadapinya saat proses produksi. Hal ini berkaitan dengan pengembangan varian taburan atau topping yang bervariasi dan daya tahannya terutama dalam skema pengantaran ke pelanggan luar kota.

“Harapan kami dengan adanya Djiwani Kitchen ini dapat melengkapi nutrisi dan sebagai teman nyemil di keseharian customer baik di rumah, suatu acara, maupun di mana customer berada baik dengan olahan manis atau asin yang tentunya bervariasi agar tidak membosankan dan tentunya cocok di lidah para customer,” papar Dipta.

Dalam hal ini, kisah Dipta tersebut menjadi implementasi dari SDGs nomor 4 yaitu Pendidikan Berkualitas melalui peningkatan keterampilan  di bidang wirausaha. Selain itu, upaya tersebut menjadi cerminan SDGs nomor 8 yaitu pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi melalui produktivitas ekonomi yang dilakukan.

Penulis: Febriska Noor Fitriana
Dokumentasi: Dipta Eka Satria

Read More

Latih Masyarakat Pesisir Olah Daun Mangrove Jadi Sabun Cair, Simak Cerita Aziz Mahasiswa Kimia FMIPA UGM

Momen KKN menjadi pengalaman berharga bagi Aziz, mahasiswa Kimia FMIPA UGM dalam mengimplementasikan ilmunya kepada masyarakat bersama dengan tim kelompoknya. Lokasi KKN Aziz berada pada Desa Wedung, Kabupaten Demak, Jawa Tengah. Terdapat 5 program kerja yang dijalankan Aziz yaitu edukasi budidaya maggot, diversifikasi minyak jelantah untuk lilin aromaterapi, pemanfaatan daun mangrove untuk sabun cair, science fair, serta lomba tartil Al-Qur’an, sains, dan calistung.

Melihat kekayaan potensi wilayah desa KKN tersebutm membuat Aziz bergerak dalam memberdayakan daun mangrove menjadi sesuatu hal yang bernilai lebih. Hal ini juga didukung oleh disiplin ilmu yang dipelajarinya di bangku kuliah yaitu bidang Kimia.

“Latar belakang Saya membuat program ini karena melihat potensi sumber daya alam di Dusun Tambak Seklenting, wedung yang merupakan daerah pesisir dan memiliki banyak ekosistem mangrove dengan berbagai spesies. Mangrove kaya akan manfaat selain mencegah terjadinya bencana, salah satunya yaitu kandungan dari daun mangrove dapat berpotensi dijadikan sabun. Sebenarnya, masih banyak manfaat lain, apalagi masyarakat di sini juga sudah mulai memanfaatkan potensi mangrove tersebut, salah satunya dengan diolah menjadi sirup, kopi, dan teh mangrove. Sehingga saya membuat produk yang belum pernah dibuat di sini,” papar Aziz.

Aziz juga berharap bahwa ke depannya dengan adanya program ini dapat menumbuhkan kesadaran masyarakat untuk menjaga dan mengelola ekosistem mangrove di daerah pesisir karena memiliki banyak potensi dan manfaat dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, produk-produk olahan dari mangrove dapat dijadikan sebagai salah satu sumber penghasilan dan lokasi hutan mangrove dapat dijadikan sebagai ekowisata.

Kegiatan KKN yang dilaksanakan oleh Aziz beserta timnya merupakan implementasi dari SDGs nomor 4 yaitu Pendidikan Berkualitas melalui peningkatan keterampilan mahasiswa dalam pengabdian masyarakat serta nomor 17 yaitu Kemitraan untuk Mencapai Tujuan dalam memajukan desa lokasi penempatan KKN. Selain itu, upaya Aziz tersebut menjadi cerminan SDGs nomor 8 yaitu pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi melalui produktivitas ekonomi masyarakat pesisir serta nomor 9 yaitu Industri, Inovasi, dan Infrastruktur melalui inovasi potensi alam masyarakat desa.

Penulis: Febriska Noor Fitriana
Dokumentasi: Nur Aziz

Read More

Sambal Skripsi: Olahan Laris Manis Karya Bimas, Mahasiswa Geofisika FMIPA UGM

Hobi memasak mengantarkan Bimas, mahasiswa Geofisika FMIPA UGM ke dalam jejaring konsumen yang selalu memburu sambal hasil olahannya yaitu Sambal Skripsi. Sejak SMA, Bimas mengaku telah hobi juga berjualan seperti telur asin. Namun, dirinya mengaku kebutuhan saat kuliah ternyata cukup menguras kantongnya. Awalnya, Bimas memasak sambal dengan bahan baku ikan asap sebanyak 3 toples. Tak disangka, toples sambal seberat masing-masing 200 gram tersebut langsung ludes dibeli teman-temannya. Kemudian, dirinya mengembangkan variasi sambal lainnya seperti cumi asin, teri, dan ayam. Namun, pelanggannya menjadikan sambal ikan asap dan cumi asin sebagai menu favoritnya.

“Selain dapat penghasilan sendiri, senang ketika pembeli puas dengan masakan saya dengan respon baik. Saya mengartikan bahwa karya seni saya dibidang makanan atau kuliner berhasil begitu pula sebaliknya. Selain itu juga kadang seneng liat temen-temen terutama yang kos makan masakan Saya karena kan selama ini makan sering di warteg atau warmindo, mie instan dan makanan gak sehat. Saya tau betul kebersihan dan bebas pengawet maupun pewarna dari sambal ini karena Saya juga makan jadi aman lah. Kalau pesan merintis usaha singkat aja asal butuh jangan gengsi pede aja,” papar Bimas.

Di balik suksesnya menjaring konsumen, Bimas juga mengaku bahwa terdapat kendala dalam produksi sambalnya akibat ketersediaan bahan seperti ikan asap yang menurutnya cukup sulit didapatkan dan harganya yang cenderung mahal. Namun, kendala tersebut tidak membuat Bimas menyerah. Dirinya tetap mengupayakan kulitas sambalnya hingga ke tangan konsumen.

“Harapannya, semoga bisa jadi sampingan yang menghasilkan juga setelah dapat kerja nanti,” papar Bimas.

Dalam hal ini, kisah Bimas tersebut menjadi implementasi dari SDGs nomor 4 yaitu Pendidikan Berkualitas melalui peningkatan keterampilan mahasiswa di bidang wirausaha. Selain itu, upaya tersebut menjadi cerminan SDGs nomor 8 yaitu pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi melalui produktivitas ekonomi yang dilakukan.

Penulis: Febriska Noor Fitriana
Dokumentasi: Bimas Herpi Pramuditya

Read More

Cerita Nugi, Mahasiswa FMIPA UGM Dorong Petani Desa dengan Kreasi Hasil Bumi Jadi Sambal Salak

Sambal merupakan salah satu makanan favorit masyarakat di Indonesia dengan beragam kreasi yang dibuat sesuai dengan daerahnya. Hal ini menjadi salah satu peluang bagi Anugrah Yuwan Atmadja, yang akrab disapa Nugi, mahasiswa Ilmu Komputer FMIPA UGM untuk turut mendorong kreasi masyarakat di kawasan Desa Purwobinangun. Pada mulanya, melalui program pengabdian PPK Ormawa 2022, Nugi berhasil mendirikan Salacca Space sebagai rumah inovasi pengolahan salak di Desa Purwobinangun. Salah satu produk unggulan yang dikembangkan adalah Sambalacca, atau sambal salak yang diproduksi menggunakan hasil bumi khas Desa Purwobinangun.

“Produk ini dapat menjadi pendobrak usaha-usaha lainnya mulai dari petani salak sebagai supplier bahan baku dan rempah-rempah lainnya serta usaha restoran yang terlibat. Dukanya adalah ketika harga cabai dan bahan baku lainnya sedang mengalami kenaikan,” papar Nugi.

Sambalacca dapat dibeli dengan harga Rp18.000 untuk 1 botol dengan ukuran 120gram. Saat ini, penjualan Sambalacca berfokus pada penjualan B2B ke salah satu restoran yang ada di Godean bernama Tamanjiwo Resto. Beberapa menu yang disediakan di restoran ini menggunakan sambal salak dari Sambalacca sebagai menu pelengkapnya.

“Kesannya adalah sangat senang ketika produk ini dapat membantu petani salak yang mengalami kesulitan menjual hasil bumi mereka karena harga salak yang kian menurun. Dengan adanya produk ini, salak dapat dijual dengan nilai jual yang tinggi,” papar Nugi.

Dalam hal ini, Nugi turut berharap bahwa bisnis ini semoga dapat dikembangkan lebih jauh lagi bersama teman-teman yang lain setelah lulus kuliah. Merujuk pada upaya Nugi tersebut menjadi implementasi dari SDGs nomor 4 yaitu Pendidikan Berkualitas melalui peningkatan keterampilan mahasiswa di bidang wirausaha dan sosial masyarakt. Selain itu, upaya tersebut menjadi cerminan SDGs nomor 8 yaitu pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi melalui produktivitas ekonomi petani salak serta nomor 9 yaitu Industri, Inovasi, dan Infrastruktur melalui inovasi hasil bumi masyarakat desa.

Penulis: Febriska Noor Fitriana
Dokumentasi: Anugrah Yuwan Atmadja

Read More

Menggali Ilmu di BPS Pusat, Himatika UGM Adakan Kunjungan Edukatif

Mahasiswa dari Program Studi Matematika Universitas Gadjah Mada (UGM) melakukan kunjungan ke Badan Pusat Statistik (BPS) di Kota Jakarta Pusat pada awal Agustus lalu. Kegiatan ini diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Matematika (Himatika) UGM melalui Departemen Jalinan Eksternal (Linear), dengan tujuan memperluas wawasan mahasiswa mengenai penerapan ilmu Matematika, khususnya Statistika, di dunia kerja nyata.

“Selain mendengarkan penjelasan mengenai BPS, kami juga diberikan kesempatan untuk tur keliling kantor,” papar Dhimas Gati Yogatama selaku Ketua Departemen Linear Himatika UGM. Saat sesi materi, para peserta mendengarkan penjelasan mengenai BPS maupun struktur dan tugas pokok serta fungsinya dengan seksama. Dhimas juga menambahkan bahwa selain mendengarkan penjelasan, para peserta juga diberikan kesempatan bertanya untuk memperdalam pemahaman.

Setelah penjelasan materi dan tanya jawab, para peserta diajak berkeliling kantor BPS untuk melihat fasilitas yang tersedia. Pemandu tur menjelaskan berbagai layanan BPS, termasuk perpustakaan dan cara mengakses data yang dimiliki BPS, yang sering digunakan oleh peneliti, akademisi, maupun pihak industri.

Kegiatan kunjungan mahasiswa Matematika UGM ke Badan Pusat Statistik menunjukkan penerapan SDGs poin 8, yaitu Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi. Melalui kunjungan ini, mahasiswa tidak hanya memahami bagaimana data statistik mendukung pengambilan keputusan di berbagai sektor, tetapi juga memperoleh wawasan tentang peluang karier di bidang statistik dan data. Pemahaman ini diharapkan dapat mempersiapkan mereka menghadapi tantangan di dunia kerja serta berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi yang lebih inklusif dan berkelanjutan di masa depan.

Penulis: Azzah Nurfatin
Dokumentasi: Panitia Constant 2024
Editor: Febriska Noor Fitriana

Read More

Pelajari Cara Bedakan Uang Palsu, Himatika UGM Kunjungi BI Pusat

Tidak sedikit mahasiswa Matematika yang merasa kesulitan dalam memahami penerapan ilmu yang mereka pelajari di dunia kerja. Untuk menanggulangi hal tersebut, Departemen Jalinan Eksternal (Linear) Himpunan Mahasiswa Matematika (Himatika) UGM mengadakan kunjungan ke Bank Indonesia di Gambir, Jakarta Pusat, pada Selasa, 6 Agustus 2024. Kegiatan ini dibuka untuk seluruh mahasiswa S-1 Matematika UGM. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mengenalkan penerapan Matematika, khususnya di Bank Indonesia.

Kunjungan dimulai dengan pemberian materi oleh pihak Bank Indonesia. Dalam sesi ini, peserta mendapatkan gambaran lengkap mengenai sejarah Bank Indonesia, serta tugas pokok dan fungsi dari lembaga tersebut. Para peserta menyimak penyampaian materi tersebut dengan penuh perhatian.

Selanjutnya, para peserta diajak mendalami topik tentang mata uang. Para peserta diajarkan cara membedakan uang asli dengan uang palsu. Mereka juga dikenalkan dengan perubahan desain uang emisi 2022. Selain itu, para peserta juga diberi kesempatan untuk bertanya untuk memperdalam pemahaman mengenai materi yang telah disampaikan.

Kegiatan ini diakhiri dengan sesi permainan berupa kuis interaktif. Antusiasme para peserta terlihat jelas ketika mereka bersemangat mengikuti kuis dan bersaing untuk meraih kemenangan.

Kegiatan kunjungan mahasiswa S-1 Matematika UGM ke Bank Indonesia menunjukkan penerapan SDGs poin 8, yaitu Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi. Melalui kunjungan ini, mahasiswa S-1 Matematika UGM dapat memahami prospek karier di Bank Indonesia sekaligus meningkatkan kesadaran mereka akan pentingnya pengenalan uang palsu, yang berperan dalam menjaga stabilitas ekonomi di dunia nyata.

</a

Penulis: Azzah Nurfatin
Dokumentasi: Panitia Constant 2024
Editor: Febriska Noor Fitriana

Read More

Ratmi, Sang Pengrajin Batik Damai Langit Sajikan Paduan Seni dan Ketelatenan di Acara Family Gathering FMIPA UGM

Terletak di perbatasan Yogyakarta dan Bantul, Ratmi, salah satu pengrajin lokal Batik Damai Langit menawarkan sentuhan seni batik yang khas di acara Family Gathering FMIPA UGM. Berlokasi di kawasan Niti Prayan, tepat di barat SMKI, usaha batik ini dikelola oleh Ratmi yang juga memperluas usahanya dengan menjual aksesoris HP. Meski beragam produk ditawarkan, seperti aksesoris HP yang merupakan titipan, batik menjadi andalan utama yang diproduksi sendiri oleh Ratmi dengan berbagai teknik pengerjaan.

“Batik Damai Langit memproduksi berbagai jenis batik. Mulai dari batik cap, cap kombinasi, hingga batik tulis penuh. Batik cap membutuhkan waktu sekitar 3 hari sedangkan untuk cap tulis, memerlukan waktu hingga 1 minggu karena lebih rumit,” papar Ratmi salah satu penjaga stand sekaligus pengrajin Batik Damai Langit di acara Family Gathering.

Ratmi bercerita bahwa proses pembuatan batik ini tidak hanya sekedar teknik, tetapi juga memerlukan ketelatenan, keahlian, serta kesabaran untuk menghasilkan motif yang indah. Teknik batik tulis yang rumit memang menjadi daya tarik tersendiri, apalagi motif yang dihasilkan memiliki nilai seni yang tinggi. Batik Damai Langit menghadirkan motif yang tidak hanya memanjakan mata, namun juga penuh filosofi. Mulai dari perpaduan warna hingga detail-detail kecil pada motif yang terukir, semuanya merepresentasikan budaya lokal yang kaya akan makna.

Dengan tetap menjaga kualitas dan seni dalam setiap lembar batik, Batik Damai Langit menjadi pilihan menarik bagi para pecinta batik di sekitar Yogyakarta dan Bantul. Keberadaan usaha ini tidak hanya membantu melestarikan warisan budaya, tetapi juga memberdayakan masyarakat lokal untuk terus berkembang dalam dunia industri kreatif.

Kehadiran Ratmi pada acara Family Gathering FMIPA UGM ini turut mengimplementasikan SDGs poin 8 yaitu Bantuan untuk Perdagangan melalui ketersedian FMIPA membuka stand UMKM dengan keragaman budaya. Kemudian acara tersebut menjadi implementasi dari SDGs poin 9 yaitu Industri, Inovasi dan Infrastruktur melalui tema besar acara Dies Natalis FMIPA ke-69.

Penulis: Ratih Cintia Sari
Dokumentasi: Ratih Cintia Sari dan Hero Prakosa Wibowo Priyanto
Editor: Febriska Noor Fitriana

Read More

Alumni FMIPA UGM Soroti Suksesnya Program MIPA Business Gathering dalam Menghubungkan Dunia Pendidikan dan Industri

Salah satu program FMIPA UGM yang dipandang sukses oleh Didi Purwadi selaku alumni FMIPA UGM Jurusan Biologi Lingkungan angkatan 1986 di perayaan Dies Natalis FMIPA UGM ke-69 adalah MIPA Business Gathering pada 29 Juni 2024 yang mempertemukan universitas dengan pihak industri. Program ini telah membantu menjembatani kesenjangan antara dunia akademik dan dunia kerja, dengan menciptakan peluang kerja sama yang saling menguntungkan.

Acara business gathering menjadi wadah penting bagi kampus untuk mempererat kolaborasi dengan berbagai perusahaan, menciptakan peluang kerja sama yang saling menguntungkan. Alumni seperti Didi Purwadi sangat mengapresiasi inisiatif ini karena mampu menjembatani kesenjangan antara lulusan yang siap kerja dengan kebutuhan industri.

Dalam Business Gathering tersebut, beberapa MoU (Memorandum of Understanding) berhasil ditandatangani antara FMIPA UGM dan berbagai perusahaan. Program ini tidak hanya bermanfaat bagi mahasiswa yang mendapatkan peluang lebih besar untuk memasuki dunia kerja, tetapi juga bagi industri yang memperoleh tenaga kerja berkualitas yang siap pakai. Selain itu, acara ini juga menjadi langkah strategis bagi FMIPA UGM dalam meningkatkan sumber daya dan mendukung keberlanjutan finansial fakultas serta memberikan kesejahteraan lebih baik bagi civitas akademika.

Program ini sangat berkaitan dengan Sustainable Development Goals (SDGs) poin ke-8 yakni Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi yang mendorong terciptanya pekerjaan yang bermartabat dan produktif bagi semua. Selain itu, Business Gathering mendukung SDG 17 yaitu Kemitraan untuk Mencapai Tujuan karena memperkuat kolaborasi antara universitas dan dunia industri demi mencapai manfaat yang saling menguntungkan.

Penulis: Chairunnisa Anggun Setiono
Dokumentasi: Hero Prakosa Wibowo
Editor: Febriska Noor Fitriana

Read More
Translate