
Turut Ramaikan Salat Iduladha di Lapangan Pancasila UGM, Mahasiswa FMIPA UGM Refleksikan Iduladha Jadi Momen Pendidikan Spiritual dan Kepemimpinan
Lapangan Pancasila Grha Sabha Pramana (GSP) Universitas Gadjah Mada (UGM) kembali menjadi saksi kebersamaan luar biasa dalam perayaan salat iduladha 1446 H/2025 M. Suasana pagi yang cerah dan hangat menyelimuti pelaksanaan salat iduladha yang berlangsung khidmat. Puluhan ribu jamaah, terdiri dari masyarakat umum dan civitas akademika UGM, termasuk mahasiswa FMIPA UGM turut memadati area lapangan sejak dini hari, membawa semangat pengorbanan dan keikhlasan sebagai ruh dari perayaan Idul Adha.
“Seru dan syahdu,” ujar salah satu mahasiswa FMIPA UGM ketika ditanyai mengenai testimoni sholat iduladha di GSP UGM. Ia merefleksikan momen iduladha ini sebagai bentuk pendidikan spiritual maupun kepemimpinan.
Dalam khutbah yang disampaikan seusai salat, khatib menekankan kepada jamaah bahwa Idul Adha merupakan momentum untuk merefleksikan ketulusan, keikhlasan, dan cinta sejati kepada Allah SWT. Dengan meneladani kisah Nabi Ibrahim alaihisalam Sang Khalilullah dan Nabi Ismail alaihisalam, jamaah diajak merenungkan pentingnya pendidikan spiritual sebagai fondasi kehidupan yang kokoh dan bermakna.
“Perintah menyembelih bukan sekadar perintah lahiriah, melainkan simbol ketaatan mutlak tanpa syarat dari seorang hamba kepada Tuhannya,” tutur khatib, merujuk pada dialog agung antara Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail sebagaimana tertuang dalam Surah As-Saffat ayat 102.
Lebih lanjut, khatib mengangkat konsep menarik tentang “matematika spiritual”, di mana angka 1 melambangkan keesaan Allah, sementara angka 0 menggambarkan manusia yang seperti debu di alam semesta ini, tak bernilai tanpa keterhubungan dengan Sang Pencipta. Selain aspek spiritual, khutbah juga menyoroti pentingnya membangun karakter dan kepemimpinan dengan meneladani sifat-sifat Nabi Ibrahim: sabar, bijaksana, dan teguh dalam menjalankan kebenaran.
Perayaan Idul Adha di Universitas Gadjah Mada tahun ini bukan semata seremoni keagamaan, tetapi juga manifestasi nilai-nilai luhur yang menyentuh ranah spiritual dan sosial. Seperti thawaf yang melambangkan penyerahan kepada Tuhan Yang Maha Esa, demikian pula seharusnya kehidupan manusia berputar mengelilingi nilai-nilai ilahiah dalam setiap langkah menuju kemajuan dunia dan akhirat. Menutup khutbahnya, khatib mengingatkan, “Dunia dalam genggaman, dan akhirat dalam hati karena dunia adalah jalan kita menuju akhirat.”
Nilai-nilai yang terkandung dalam khutbah dan perayaan Idul Adha ini juga relevan dengan semangat Sustainable Development Goals (SDGs). Pendidikan spiritual yang mendalam sejalan dengan Tujuan 4, yaitu memastikan pendidikan yang inklusif dan berkualitas serta mendukung pembelajaran sepanjang hayat. Sifat kepemimpinan yang adil, sabar, dan bijaksana mencerminkan Tujuan 16, yaitu mendorong masyarakat damai, adil, dan inklusif. Sementara semangat kebersamaan antara civitas akademika dan masyarakat mencerminkan Tujuan 17, yaitu membangun kemitraan yang kuat dalam mencapai tujuan bersama demi kebaikan umat dan masa depan yang berkelanjutan.
Penulis: Amalia Nurmalitasari
Dokumentasi: Ghissan Mulan, Luthfita Keysha A.G, dan Irma Eliana
Editor: Meitha Eka Nurhasanah