Search
Search
Search

Prestasi

Rasayana, Robot Terbang UGM Penakluk Langit Turki

Rasa panik menyelimuti tim Gamaforce UGM tatkala mengetahui salah satu komponen utama penyusun pesawat tanpa awak yang dirakit mengalami kerusakan yang tergolong berat. Padahal, dalam 48 jam kedepan pesawat tersebut harus segera berlaga dalam ajang Unamenned Aerial Vehicle (UAV) 2017 di Turkish Aircraft Industries Corporation (TUSAS) di Kahramankazan, Ankara, Turki.

Pesawat tanpa awak rakitan mahasiswa UGM yang diberi nama Rasayana saat itu akan bertanding dalam kompetisi pesawat tanpa awak internasional pada 13-16 Juli 2017. Rasayana berhasil lolos ke babak final setelah sebelumnya bersaing dengan 400 tim lain sehingga menjadi satu-satunya perwakilan Indonesia untuk beradu dengan 96 robot terbang tangguh lainnya di Turki.

“Sampai Turki tanggal 11, saat tiba di hotel dan bongkar muatan, baru kita tahu kalau odroid mini PC rusak saat perjalanan dalam pesawat ke Turki. Padahal, harus bertanding 2 hari berikutnya,” kata Ketua tim Gamaforce, Rifyal Garda Prabowo, kepada wartawan, Kamis (20/7) di Gedung Pusat UGM.

Ipal, sapaan akrab Rifyal Garda, mengungkapkan timnya berjuang keras dan memutar otak untuk mencari solusi persoalan tersebut. Bahkan, mengorbankan waktu tidak tidur agar pesawat ini bisa berhasil terbang dalam perlombaan. Sungguh situasi yang sangat menguras pikiran dan tenaga. Namun, perjuangan tersebut tidak sia-sia, akhirnya kerusakan bisa teratasi.

Hasil tidak pernah mengkhianati usaha. Pepatah tersebut tepat menggambarkan perjuangan yang dilakukan tim Gamaforce. Setelah melalui serangkaian proses yang panjang dan menemui berbagai rintangan, akhirnya Rasayana sukses menaklukan langit Turki. Pesawat ini dinobatkan sebagai juara tiga dalam kompetisi bergengsi ini.

“Menegangkan saat final perebutan juara 3. Ketika menerbangkan pesawat kami mengumandangkan lagu Indonesia Raya dan Hymne Gadjah Mada sebagai pemacu semangat meraih keberhasilan,” ujarnya.

Tim Gamaforce terdiri dari 9 mahasiswa yang berasal dari Fakultas Teknik dan FMIPA. Mereka adalah Umar Fadhil Ramadhjan, Ahmad Izudin, M. Syahrul Ramadhan R.W., Ardi Puspa Kartika, Rifyal Garda P., Riarsari Meirani U., Anindityo Agung B., Riswandha Latu D., serta Faricha Hidayati. Dibimbing oleh Dr. Gesang Nugroho, S.T., M.T., dan Aufaclav Zatu Kusuma Frisky, S.Si., M.Sc.

Ipal menyebutkan Rasayana memiliki spesifikasi panjang 1,2 meter, bentang sayap 2 meter dan bobot 3 kg. Dibuat dari material komposit sehingga kokoh dan kuat saat terbang. Meskipun kala itu berlomba dalam kondisi angin kencang, pesawat ini dapat terbang menyelesaikan misi.

“Saat itu angin cukup kencang dengan kecepatan 13 knots,”ungkapnya.

Pesawat ini juga memiliki keunggulan mampu terbang rendah dengan kecepatan rendah. Terbang dalam ketinggian 40 meter dan kecepatan 12 meter/detik dalam waktu 7-10 menit menyelesaikan misi. Pada kontes itu, pesawat tanpa awak ini dituntut dapat terbang rendah sekaligus dengan kecepatan rendah menbaca citra dalam suatu matrik di arena perlombaan.

“Sebenarnya pesawat ini mampu terbang hingga 100 kilometer dan kuat terbang selama 100 menit. Hanya saja di kompetisi ini pesawat harus terbang rendah dengan kecepatan rendah agar bisa membaca warna dari matrik di bawahnya,” urainya.

Dosen pembimbing tim Gamaforce, Dr. Gesang Nugroho, S.T., M.T., menuturkan prestasi yang diraih membuktikan bahwa UGM memiliki kemampuan yang sejajar dengan negara-negara maju lainnya. Teknologi yang dikembangkan mampu bersaing dengan negara lainnya.

Dia berharap kedepan pemerintah memberikan dukungan dalam pengembangan pesawat ini. Dengan begitu, pesawat tanpa awak ini dapat segera diaplikasikan untuk pemetaan dan foto udara serta monitoring suatu kawasan. (Humas UGM/Ika; foto:Firsto)

sumber

Read More

UGM Juara 3 Kompetisi Pesawat Tanpa Awak Internasional di Turki

Pesawat tanpa awak UGM sukses berlaga dalam ajang Unamenned Aerial Vehicle (UAV) Turkey Competition  2017 yang diselenggaarakan di Turkish Aircraft Industries Corporation (TUSAS) Kahramankazan, Ankara, Turki. Pesawat rakitan tim Gamaforce UGM berhasil menyabet juara tiga dalam kompetisi pesawat tanpa awak tersebut.

Kompetisi yang diadakan pada 13-16 Juli tersebut merupakan kontes pesawat tanpa awak yang diikuti oleh tim-tim tangguh dari berbagai negara di dunia. Setidaknya ada 400 tim yang mengikuti kompetisi ini dari berbagai penjuru dunia. Tim Gamaforce merupakan satu-satunya tim dari Indonesia yang sukses melenggang hingga tahap akhir dan berkesempatan menunjukkan keandalan pesawat rakitannya secara langsung di Turki berkompetisi dengan 96 tim lainnya.

Pesawat tanpa awak buatan tim Gamaforce UGM ini diberi nama Rasayana. Dalam kontes ini, Rasayana bertanding dalam kategori fixed wing.

“Alhamdulillah setelah perjuangan panjang kami bisa mempersembahkan juara 3 dalam kontes robot internasional ini. Bangga bisa mengharumkan UGM dan Indonesia di kancah internasional,” tutur Ketua umum Tim Gamaforce UGM, Rifyal Garda, saat dihubungi, Selasa (18/7) baru saja mendarat di Jakarta.

Pesawat Rasayana memiliki kemampuan jelajah yang luas hingga 100 kilometer dan mempunyai kekuatan terbang sampai 10 menit di udara. Terbang dengan kendali jarak jauh menggunakan remot kontrol. Dilengkapi pula dengan GPS dan mampu memberikan citra dari suatu matrik warna.

Dosen pembimbing Gamaforce, Dr. Gesang Nugroho, mengatakan bahwa prestasi yang diperoleh tim Gamaforce UGM tidaklah datang dengan sendirinya. Capaian ini berhasil diraih dengan perjuangan, kerja keras, dan dukungan dari berbagai pihak.

“Terima kasih atas dukungan dan doa untuk tim Gamaforce UGM. Terus berkarya, jayalah UGM, jayalah Indonesia,” tuturnya. (Humas UGM/Ika)

sumber

Read More

Pesawat Tanpa Awak Ciptaan UGM Juara 3 Kejuaraan Internasional di Turki

Yogyakarta – Pesawat tanpa awak rakitan tim Gamaforce Universitas Gadjah Mada (UGM) meraih juara 3 di Unamenned Aerial Vehicle (UAV) Turkey Competition 2017. Kompetisi ini berlangsung di Turki pada 13-16 Juli 2017.

“Alhamdulillah setelah perjuangan panjang kami bisa mempersembahkan juara 3 dalam kontes internasional ini. Bangga bisa mengharumnkan UGM dan Indonesia di kancah internasional,” tutur Ketua umum Tim Gamaforce UGM, Rifyal Garda dalam keterangan tertulis yang diterima detikcom, Selala (18/7/2017).

Setidaknya ada 400 tim yang mengikuti kompetisi ini dari berbagai penjuru dunia. Tim Gamaforce merupakan satu-satunya tim dari Indonesia yang berhasil melenggang hingga tahap akhir yang berkesempatan menunjukkan kehandalan pesawat rakitannya secara langsung di Turki berkompetisi dengan 96 tim lainnya.

Pesawat tanpa awak buatan tim Gamaforce UGM ini diberi nama Rasayana. Dalam kontes ini, Rasayana bertanding dalam kategori fixed wing.

Pesawat Rasayana memiliki kemampuan jelajah yang luas hingga 100 kilometer dan mempunyai kekuatan terbang sampai 10 menit di udara. Terbang dengan kendali jarak jauh menggunakan remot kontrol. Dilengkapi pula dengan GPS dan mampu memberikan citra dari suatu matrik warna.

Dosen pembimbing Gamaforce Dr Gesang Nugroho mengatakan prestasi yang diperoleh tim Gamaforce UGM tidaklah datang dengan sendirinya. Capaian ini berhasil diraih dengan perjuangan, kerja keras, dan dukungan dari berbagai pihak.

“Terima kasih atas dukungan dan doa untuk tim Gamaforce UGM. Terus berkarya, jayalah UGM, jayalah Indonesia,” tutup Gesang.

sumber

Read More

Mahasiswa FMIPA Merintis Bisnis Pembuatan Drone

Mahasiswa UGM mengembangkan bisnis dalam bidang aeronutika. Usaha yang dirintis sejumlah mahasiswa Fakultas MIPA ini bergerak dalam pembuatan dan jasa pelatihan pengoperasian pesawat tanpa awak atau yang dikenal dengan drone.

Ikhsan Tanoto Mulyo, tim pengembang jasa pelatihan drone “The Doctor Drone”, menyampaikan pengembangan bisnis ini merupakan salah satu upaya untuk mendukung kemandirian dan kedaulatan kedirgantaraan Indonesia melalui pembuatan drone dalam negeri. Pasalnya, hingga saat ini sebagian besar drone yang digunakan masyarakat Indonesia dipenuhi dengan produk impor.

“Kebanyakan drone yang dipakai pengguna Indonesia merupakan produk impor. Oleh sebab itu, kami mengambil peran untuk membantu dalam manufaktur drone,” jelasnya, Kamis (22/6) di UGM.

Ikhsan bersama dengan keempat rekannya, yaitu Deva Agus P, Rizky Agung, Muhammad Fadhlullah, dan Selvi Faristasari tidak hanya bergerak dalam bidang usaha pembuatan drone lokal. Namun begitu, mereka juga menyediakan jasa pelatihan foto udara dan pembuatan drone.

Saat ini mereka memproduksi drone jenis quadcopter dalam dua tipe, yaitu drone basic dan drone pro yang dibanderol dengan harga antara Rp6 juta hingga Rp10 juta. Drone basic memiliki spesifikasi X330 alumunium, motor RC, timer 750kv, ESC 30 A hobbywing, FC naza lite, proppeler 4 cw ccw, dan remote 6ch. Sedangkan drone pro memiliki spesifikasi Rc timer 750kv, frame 450, propeller 1050, Fc naza dan GPS, ESC 30A hobbywing, camera action 1080, video sender TX/RX, serta remote jangkauan luas.

“ Saat ini  kami juga tengah mengembangkan drone jenis fixed wing,”tambahnya.

Ikhsan menyampaikan produk yang dikembangkan memiliki sejumlah keunggulan dibandingkan dengan produk sejenis di pasaran. Drone yang diproduksi mudah digunakan dan dari segi  pelayanannya Doctor Drone memiliki gagasan “One Stop Service”“One Stop Service” ini adalah pemberian garansi dan perawatan selamanya.

“Kami berusaha terus berinovasi dan  mengembangkan konsep drone dengan tingkat energi yang lebih tahan lama (solar cell multicopter),”urainya.

Produk drone yang dikembangkan lima mahasiswa muda ini sudah beredar di pasaran. Bagi Anda yang berminat dapat memesan secara online di tokopedia, bukalapak dan Fb: Doctor Drone. (Humas UGM/Ika)

sumber

Read More

TIKO, Mempermudah Siswa Belajar Matematika

Matematika dianggap sebagai pelajaran paling rumit dan sulit untuk dipahami bagi banyak siswa. Hal tersebut dikarenakan seringkali terdapat rumus yang dianggap cukup rumit bagi mereka.

Di sisi lain, pembelajaran matematika yang ada saat ini cenderung monoton dan kurang menarik bagi anak-anak sehingga daya ingat anak terhadap rumus yang diajarkan kurang maksimal. Sementara menurut penelitian, kemampuan dalam mengingat jauh lebih kuat jika bisa melibatkan banyak indera sehingga dapat memaksimalkan kinerja otak dalam mengingat suatu objek.

“Kenyataan itulah yang mendasari kami menciptakan solusi berupa produk mainan yang dapat membantu daya ingat anak untuk menghafal rumus-rumus matematika yang diberi nama Paman Tiko, Puzzle Mainan Matematika,” ujar Afiffah Nuur Mila Husniana, mahasiswa FMIPA, di Kampus UGM, Senin (19/7).

Bersama Hanif Hatta Mustofa, Yuda Saputra, Ramadhani Abdan Syakuro (Fakultas Teknik) dan Mifta Lutfiani (Fakultas MIPA), mereka mengembangkan produk Paman Tiko melalui ajang Program Kreativitas Mahasiswa di bidang Kewirausahaan (PKM-K). Media puzzle dipilih karena berdasarkan survei pra pelaksanaan, mainan ini masih cukup diminati di kalangan siswa, terutama anak-anak.

“Dengan menggunakan media yang disukai oleh anak-anak, sisipan materi dalam mainan tersebut akan lebih diterima oleh mereka. Selain itu, media puzzle memungkinkan Tim Paman Tiko untuk memberikan berbagai macam materi matematika sesuai dengan kebutuhan anak,” kata Affifah.

Paman Tiko, menurut Affifah, merupakan mainan yang memungkinkan anak-anak untuk belajar sembari bermain. Dalam pengembangannya, Paman Tiko mengedepankan konsep edukatif, kreatif, inovatif dan atraktif.

Sisi edukatif, dalam puzzle ini terdapat berbagai macam materi yang akan dicantumkan. Sementara itu, desain puzzle yang dipilih disesuaikan dengan gambar yang menarik dan memunculkan daya imajinasi anak.

“Diharapkan, Paman Tiko dapat mengoptimalkan kemampuan anak dalam mempelajari rumus matematika,”tutur Affifah. (Humas UGM/ Agung)

sumber

Read More

Robot Pengecat Tembok Luar Gedung Bertingkat Karya Mahasiswa UGM

Mahasiswa UGM mengembangkan robot pengecat tembok luar gedung bertingkat. Inovasi di bidang teknologi ini mempermudah proses pengecatan gedung bertingkat.

Mereka adalah Arifandhi Nur M (FMIPA), Habib Astari A (FMIPA), Pa’at Wahyu K S (SV), Imroatul Mufidah (FK), dan Istria Rimba S (FT). Pengembangan robot  lahir melalui Program Kreativitas Mahasiswa bidang Karsa Cipta (PKM-KC) di bawah bimbingan Andi Dharmawan S.Si., M.Cs.

“Robot ini bisa menggantikan kinerja manusia  dan penggunaanya diharapkan bisa meminimalkan angka kecelakaan kerja,” terang Arifandhi Nur M selaku ketua tim, Jumat (16/6) di UGM.

Data BPJS Ketenagakerjaan mencatat hingga November 2016 terjadi 101.367 kasus kecelakaan kerja. Sementara sebanyak 2.382 orang meninggal akibat kecelakaan tersebut.

Arifandhi menjelaskan prototipe robot pengecat gedung bertingkat dibuat menggunakan arduino dan single board computer untuk mengontrol pergerakannya. Robot ini dapat mengecat bidang datar dengan luas permukaan sesuai keinginan operator.

“Alat pengecat yang digunakan berbentuk semprot dengan tiang yang memiliki dua derajat kebebasan yaitu X dan Y sebagai sumbu gerakan,”ujarnya.

Cara pengoperasian robot ini cukup mudah. Operator cukup menginput luasan bidang pengecatan dan warna cat. Setelah itu, sensor kamera akan menangkap gambar tembok yang akan dicat. Apabila ditemukan tembok dalam keadaan belum dicat maka semprotan akan bergerak menyemprot bagian tersebut. Ketika proses pengecatan usai, robot akan melakukan scanning untuk mengecek kualitas hasil pengecatan.

“Robot bisa mengecat tembok dengan luasan maksimal 2×2 meter,”jelasnya.

Dengan menggunakan robot ini, Arifandhi menuturkan operator dapat mengetahui berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk proses pengecatan tembok dengan akurat. Sebab, kecepatan penyemprotan saat proses pengecatan dapat diatur sesuai keinginan. Selain itu, proses pengecatan dapat dilakukan secara terus-menerus dan konstan.

“ Harapannya robot dapat diimplementasikan secara nyata dan dengan penggunaannya angka kecelakaan kerja khususnya bidang konstruksi dapat ditekan,”pungkasnya.(Humas UGM/Ika)

sumber

Read More

Mahasiswa UGM Berhasil Meneliti Metode Baru Uji Formalin

Penggunaan formalin masih kerap dijumpai sebagai pengawet berbagai bahan makanan, seperti tahu, mie, dan ikan asin. Penggunaan formalin sebagai bahan aditif makanan telah dilarang oleh pemerintah.

Larangan tersebut tertuang dalam Peraturan Menteri Kesehatan No. 22/Menkes/Per/IX/88 tentang Bahan Tambahan Pangan. Alasannya, pemakaian formalin dapat menyebabkan masalah pernapasan, sakit kepala, mual, iritasi pada organ pencernaan, kanker hingga kematian.

Hal tersebut mendorong empat mahasiswa S1 Program Studi Kimia, FMIPA UGM, yaitu Dadang Ovianto, Natasha Nur Fadilah, Firda Aulia’i Rahmani Ma’ruf dan Ida Bagus Alit Rai Sugiharta melakukan penelitian senyawa kimia yang dapat digunakan untuk mendeteksi kandungan formalin dalam bahan pangan. Dengan bimbingan Dr. Bambang Purwono, Ph.D, mereka telah berhasil mensintesis dan meneliti senyawa turunan piridin sebagai kemosensor.

“Alasan memilih senyawa turunan piridin karena menunjukkan beragam aktivitas biologi, seperti antimalaria, antioksidan, anestetik, antibakteri dan antiparasit,” ujar Danang Ovianto, di FMIPA UGM, Kamis (15/6).

Danang menjelaskan belum banyak penelitian yang dilakukan pada senyawa turunan piridin sebagai senyawa kemosensor. Kemosensor merupakan senyawa kimia yang dapat digunakan sebagai sensor.

Sedangkan metode yang digunakan untuk mendeteksi formalin adalah dengan mengambil sebagian dari sampel dan dicelupkan ke dalam larutan senyawa kemosensor. Awalnya, larutan tersebut tidak berwarna hingga akan berubah warna menjadi warna kuning.

Lantas kemosensor dapat mengalami perubahan warna pendaran yang dapat diamati secara fluoresensi. Penggunaan metode ini dapat dipergunakan secara kualitatif maupun kuantitatif.

“Dengan mengetahui adanya kandungan formalin dalam bahan pangan maka bahan pangan yang tidak memenuhi syarat dapat dihindarkan peredarannya dalam masyarakat,” papar Danang.

Danang Ovianto mengaku bersyukur karena penelitian ini mendapat bantuan pendanaan dari DIKTI melalui ajang PKM bidang penelitian eksakta (PKM-PE). Menurutnya, keunggulan senyawa kemosensor dalam penelitian ini adalah dapat diamati secara visual perubahan warna larutan dengan adanya formalin, sementara secara kimia akan membentuk struktur yang stabil, kuat, dan dapat balik.

“Selain itu, tidak membutuhkan pemanasan dan pengondisian pH serta penambahan reagen lain. Dengan begitu, kemosensor dapat digunakan untuk mendeteksi formalin dalam sampel secara real time,” jelasnya. (Humas UGM/ Agung)

sumber

Read More

JENGGO, Alat Peraga Edukatif Pembelajaran Matematika Anak

Mahasiswa UGM tak henti-hentinya menciptakan karya yang solutif dan inovatif. Kali ini sekelompok mahasiswa yang tergabung dalam PKM bidang Kewirausahaan (PKM-K) menciptakan mainan sebagai solusi pembelajaran matematika bagi anak. Mainan yang diberi nama JENGGO merupakan karya inovasi oleh mahasiswa UGM yang terdiri dari Anggita Windi Tiasari (FMIPA), Meilinda Chrisdian Pertiwi (FMIPA), Safita Ema Amalia (FMIPA), Galih Yudithya Utama (FMIPA) dan Micahel Sigit Wicaksono Anugrah Kristanto (FTP). JENGGO merupakan paduan permainan seru antara jenga dan lego

Pembuatan JENGGO dilatarbelakangi atas permasalahan yang ditemui oleh tim dan melihat bahwa matematika merupakan ilmu yang diterapkan pada berbagai disiplin ilmu. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa matematika cukup penting dalam kehidupan sehari-hari. Tim beranggapan bahwa pemahaman ilmu matematika akan lebih baik diajarkan sejak usia dini, terutama bagi anak berada di jenjang PAUD, TK, SD, dan SMP. Dengan begitu, pada jenjang studi selanjutnya mereka akan lebih mudah mempelajari ilmu matematika.

“Matematika sudah mulai dikenalkan sejak anak-anak di jenjang  yang masih dini, namun banyak yang menganggap matematika sulit dan menjadikannya momok,” ujar Meilinda, Kamis (15/6).

Anak-anak cenderung lebih suka bermain daripada belajar kontradiktif. Selain itu, masa anak-anak adalah masa yang baik untuk belajar. Hal tersebut menginspirasi Meilinda dan tim untuk membuat sebuah alat peraga edukasi (APE). Kelebihan alat ini anak-anak dapat bermain sambil belajar. Menurut Meilinda, matematika sebenarnya sudah cukup familiar sejak usia dini, namun anggapan bahwa matematika sulit menyebabkan anak-anak menjadi malas belajar dan cenderung menghindari matematika.

“Anak-anak terkadang lebih suka bermain daripada belajar,“ imbuh Meilinda.

JENGGO memiliki bentuk seperti jenga dengan inovasi pada pewarnaan balok yang diharapkan menjadi salah satu daya tarik anak-anak untuk ikut bermain. Selain itu, inovasi juga diberikan pada bentuk balok yang dapat dilepas pasang seperti lego. Balok yang dilepas pasang ini memiliki lima varian bentuk, yaitu segitiga, lingkaran, trapesium, jajaran genjang dan bujur sangkar. Inovasi ini sekaligus memberi pengetahuan pada anak-anak mengenai macam bangun datar yang umum diketahui.

Kelebihan produk JENGGO dibandingkan dengan produk jenga yang telah ada sebelumnya adalah adanya balok yang dapat dilepas pasang. Selain itu, ada kartu petunjuk bermain yang universal namun unik. Universal yang dimaksud yakni dapat digunakan oleh PAUD hingga SMP yang masing-masing memiliki aturan permainan dan dapat disesuaikan umur atau jenjang sekolah.

Cara bermain JENGGO cukup mudah dan dapat dimainkan bersama dua atau lebih pemain. Langkah pertama, tiap tiga balok disusun rapi ke atas, kemudian dua dadu dikocok. Setelah itu, pemain mengambil kartu petunjuk bermain, sekaligus mengambil balok sesuai angka hasil pengerjaan petunjuk di kartu. Setelah itu, ditaruh di lapisan jenggo paling atas, begitu seterusnya hingga roboh. Apabila pemain mendapat balok lepas pasang maka ia harus menyebutkan bangun datar di balok tersebut.

JENGGO dapat digunakan oleh anak-anak jenjang PAUD hingga SMP dan dapat digunakan sebagai pendamping guru untuk mengajar. Dengan adanya inovasi JENGGO, tim ini  berharap dapat berkontribusi untuk negeri dengan menjunjung slogan pemantik semangat think big, start small, act now. “Dari UGM kita bangun Jogja untuk Indonesia menuju pentas dunia,” tambah Meilinda. (Humas UGM/Catur)

sumber

Read More

Rasayana, Robot Terbang UGM Penakluk Langit Turki

Rasa panik menyelimuti tim Gamaforce UGM tatkala mengetahui salah satu komponen utama penyusun pesawat tanpa awak yang dirakit mengalami kerusakan yang tergolong berat. Padahal, dalam 48 jam kedepan pesawat tersebut harus segera berlaga dalam ajang Unamenned Aerial Vehicle (UAV) 2017 di Turkish Aircraft Industries Corporation (TUSAS) di Kahramankazan, Ankara, Turki.

Pesawat tanpa awak rakitan mahasiswa UGM yang diberi nama Rasayana saat itu akan bertanding dalam kompetisi pesawat tanpa awak internasional pada 13-16 Juli 2017. Rasayana berhasil lolos ke babak final setelah sebelumnya bersaing dengan 400 tim lain sehingga menjadi satu-satunya perwakilan Indonesia untuk beradu dengan 96 robot terbang tangguh lainnya di Turki.

“Sampai Turki tanggal 11, saat tiba di hotel dan bongkar muatan, baru kita tahu kalau odroid mini PC rusak saat perjalanan dalam pesawat ke Turki. Padahal, harus bertanding 2 hari berikutnya,” kata Ketua tim Gamaforce, Rifyal Garda Prabowo, kepada wartawan, Kamis (20/7) di Gedung Pusat UGM.

Ipal, sapaan akrab Rifyal Garda, mengungkapkan timnya berjuang keras dan memutar otak untuk mencari solusi persoalan tersebut. Bahkan, mengorbankan waktu tidak tidur agar pesawat ini bisa berhasil terbang dalam perlombaan. Sungguh situasi yang sangat menguras pikiran dan tenaga. Namun, perjuangan tersebut tidak sia-sia, akhirnya kerusakan bisa teratasi.

Hasil tidak pernah mengkhianati usaha. Pepatah tersebut tepat menggambarkan perjuangan yang dilakukan tim Gamaforce. Setelah melalui serangkaian proses yang panjang dan menemui berbagai rintangan, akhirnya Rasayana sukses menaklukan langit Turki. Pesawat ini dinobatkan sebagai juara tiga dalam kompetisi bergengsi ini.

“Menegangkan saat final perebutan juara 3. Ketika menerbangkan pesawat kami mengumandangkan lagu Indonesia Raya dan Hymne Gadjah Mada sebagai pemacu semangat meraih keberhasilan,” ujarnya.

Tim Gamaforce terdiri dari 9 mahasiswa yang berasal dari Fakultas Teknik dan FMIPA. Mereka adalah Umar Fadhil Ramadhjan, Ahmad Izudin, M. Syahrul Ramadhan R.W., Ardi Puspa Kartika, Rifyal Garda P., Riarsari Meirani U., Anindityo Agung B., Riswandha Latu D., serta Faricha Hidayati. Dibimbing oleh Dr. Gesang Nugroho, S.T., M.T., dan Aufaclav Zatu Kusuma Frisky, S.Si., M.Sc.

Ipal menyebutkan Rasayana memiliki spesifikasi panjang 1,2 meter, bentang sayap 2 meter dan bobot 3 kg. Dibuat dari material komposit sehingga kokoh dan kuat saat terbang. Meskipun kala itu berlomba dalam kondisi angin kencang, pesawat ini dapat terbang menyelesaikan misi.

“Saat itu angin cukup kencang dengan kecepatan 13 knots,”ungkapnya.

Pesawat ini juga memiliki keunggulan mampu terbang rendah dengan kecepatan rendah. Terbang dalam ketinggian 40 meter dan kecepatan 12 meter/detik dalam waktu 7-10 menit menyelesaikan misi. Pada kontes itu, pesawat tanpa awak ini dituntut dapat terbang rendah sekaligus dengan kecepatan rendah menbaca citra dalam suatu matrik di arena perlombaan.

“Sebenarnya pesawat ini mampu terbang hingga 100 kilometer dan kuat terbang selama 100 menit. Hanya saja di kompetisi ini pesawat harus terbang rendah dengan kecepatan rendah agar bisa membaca warna dari matrik di bawahnya,” urainya.

Dosen pembimbing tim Gamaforce, Dr. Gesang Nugroho, S.T., M.T., menuturkan prestasi yang diraih membuktikan bahwa UGM memiliki kemampuan yang sejajar dengan negara-negara maju lainnya. Teknologi yang dikembangkan mampu bersaing dengan negara lainnya.

Dia berharap kedepan pemerintah memberikan dukungan dalam pengembangan pesawat ini. Dengan begitu, pesawat tanpa awak ini dapat segera diaplikasikan untuk pemetaan dan foto udara serta monitoring suatu kawasan. (Humas UGM/Ika; foto:Firsto)

sumber

Read More

UGM Juara 3 Kompetisi Pesawat Tanpa Awak Internasional di Turki

Pesawat tanpa awak UGM sukses berlaga dalam ajang Unamenned Aerial Vehicle (UAV) Turkey Competition  2017 yang diselenggaarakan di Turkish Aircraft Industries Corporation (TUSAS) Kahramankazan, Ankara, Turki. Pesawat rakitan tim Gamaforce UGM berhasil menyabet juara tiga dalam kompetisi pesawat tanpa awak tersebut.

Kompetisi yang diadakan pada 13-16 Juli tersebut merupakan kontes pesawat tanpa awak yang diikuti oleh tim-tim tangguh dari berbagai negara di dunia. Setidaknya ada 400 tim yang mengikuti kompetisi ini dari berbagai penjuru dunia. Tim Gamaforce merupakan satu-satunya tim dari Indonesia yang sukses melenggang hingga tahap akhir dan berkesempatan menunjukkan keandalan pesawat rakitannya secara langsung di Turki berkompetisi dengan 96 tim lainnya.

Pesawat tanpa awak buatan tim Gamaforce UGM ini diberi nama Rasayana. Dalam kontes ini, Rasayana bertanding dalam kategori fixed wing.

“Alhamdulillah setelah perjuangan panjang kami bisa mempersembahkan juara 3 dalam kontes robot internasional ini. Bangga bisa mengharumkan UGM dan Indonesia di kancah internasional,” tutur Ketua umum Tim Gamaforce UGM, Rifyal Garda, saat dihubungi, Selasa (18/7) baru saja mendarat di Jakarta.

Pesawat Rasayana memiliki kemampuan jelajah yang luas hingga 100 kilometer dan mempunyai kekuatan terbang sampai 10 menit di udara. Terbang dengan kendali jarak jauh menggunakan remot kontrol. Dilengkapi pula dengan GPS dan mampu memberikan citra dari suatu matrik warna.

Dosen pembimbing Gamaforce, Dr. Gesang Nugroho, mengatakan bahwa prestasi yang diperoleh tim Gamaforce UGM tidaklah datang dengan sendirinya. Capaian ini berhasil diraih dengan perjuangan, kerja keras, dan dukungan dari berbagai pihak.

“Terima kasih atas dukungan dan doa untuk tim Gamaforce UGM. Terus berkarya, jayalah UGM, jayalah Indonesia,” tuturnya. (Humas UGM/Ika)

sumber

Read More

Pesawat Tanpa Awak Ciptaan UGM Juara 3 Kejuaraan Internasional di Turki

Yogyakarta – Pesawat tanpa awak rakitan tim Gamaforce Universitas Gadjah Mada (UGM) meraih juara 3 di Unamenned Aerial Vehicle (UAV) Turkey Competition 2017. Kompetisi ini berlangsung di Turki pada 13-16 Juli 2017.

“Alhamdulillah setelah perjuangan panjang kami bisa mempersembahkan juara 3 dalam kontes internasional ini. Bangga bisa mengharumnkan UGM dan Indonesia di kancah internasional,” tutur Ketua umum Tim Gamaforce UGM, Rifyal Garda dalam keterangan tertulis yang diterima detikcom, Selala (18/7/2017).

Setidaknya ada 400 tim yang mengikuti kompetisi ini dari berbagai penjuru dunia. Tim Gamaforce merupakan satu-satunya tim dari Indonesia yang berhasil melenggang hingga tahap akhir yang berkesempatan menunjukkan kehandalan pesawat rakitannya secara langsung di Turki berkompetisi dengan 96 tim lainnya.

Pesawat tanpa awak buatan tim Gamaforce UGM ini diberi nama Rasayana. Dalam kontes ini, Rasayana bertanding dalam kategori fixed wing.

Pesawat Rasayana memiliki kemampuan jelajah yang luas hingga 100 kilometer dan mempunyai kekuatan terbang sampai 10 menit di udara. Terbang dengan kendali jarak jauh menggunakan remot kontrol. Dilengkapi pula dengan GPS dan mampu memberikan citra dari suatu matrik warna.

Dosen pembimbing Gamaforce Dr Gesang Nugroho mengatakan prestasi yang diperoleh tim Gamaforce UGM tidaklah datang dengan sendirinya. Capaian ini berhasil diraih dengan perjuangan, kerja keras, dan dukungan dari berbagai pihak.

“Terima kasih atas dukungan dan doa untuk tim Gamaforce UGM. Terus berkarya, jayalah UGM, jayalah Indonesia,” tutup Gesang.

sumber

Read More

Mahasiswa FMIPA Merintis Bisnis Pembuatan Drone

Mahasiswa UGM mengembangkan bisnis dalam bidang aeronutika. Usaha yang dirintis sejumlah mahasiswa Fakultas MIPA ini bergerak dalam pembuatan dan jasa pelatihan pengoperasian pesawat tanpa awak atau yang dikenal dengan drone.

Ikhsan Tanoto Mulyo, tim pengembang jasa pelatihan drone “The Doctor Drone”, menyampaikan pengembangan bisnis ini merupakan salah satu upaya untuk mendukung kemandirian dan kedaulatan kedirgantaraan Indonesia melalui pembuatan drone dalam negeri. Pasalnya, hingga saat ini sebagian besar drone yang digunakan masyarakat Indonesia dipenuhi dengan produk impor.

“Kebanyakan drone yang dipakai pengguna Indonesia merupakan produk impor. Oleh sebab itu, kami mengambil peran untuk membantu dalam manufaktur drone,” jelasnya, Kamis (22/6) di UGM.

Ikhsan bersama dengan keempat rekannya, yaitu Deva Agus P, Rizky Agung, Muhammad Fadhlullah, dan Selvi Faristasari tidak hanya bergerak dalam bidang usaha pembuatan drone lokal. Namun begitu, mereka juga menyediakan jasa pelatihan foto udara dan pembuatan drone.

Saat ini mereka memproduksi drone jenis quadcopter dalam dua tipe, yaitu drone basic dan drone pro yang dibanderol dengan harga antara Rp6 juta hingga Rp10 juta. Drone basic memiliki spesifikasi X330 alumunium, motor RC, timer 750kv, ESC 30 A hobbywing, FC naza lite, proppeler 4 cw ccw, dan remote 6ch. Sedangkan drone pro memiliki spesifikasi Rc timer 750kv, frame 450, propeller 1050, Fc naza dan GPS, ESC 30A hobbywing, camera action 1080, video sender TX/RX, serta remote jangkauan luas.

“ Saat ini  kami juga tengah mengembangkan drone jenis fixed wing,”tambahnya.

Ikhsan menyampaikan produk yang dikembangkan memiliki sejumlah keunggulan dibandingkan dengan produk sejenis di pasaran. Drone yang diproduksi mudah digunakan dan dari segi  pelayanannya Doctor Drone memiliki gagasan “One Stop Service”“One Stop Service” ini adalah pemberian garansi dan perawatan selamanya.

“Kami berusaha terus berinovasi dan  mengembangkan konsep drone dengan tingkat energi yang lebih tahan lama (solar cell multicopter),”urainya.

Produk drone yang dikembangkan lima mahasiswa muda ini sudah beredar di pasaran. Bagi Anda yang berminat dapat memesan secara online di tokopedia, bukalapak dan Fb: Doctor Drone. (Humas UGM/Ika)

sumber

Read More

TIKO, Mempermudah Siswa Belajar Matematika

Matematika dianggap sebagai pelajaran paling rumit dan sulit untuk dipahami bagi banyak siswa. Hal tersebut dikarenakan seringkali terdapat rumus yang dianggap cukup rumit bagi mereka.

Di sisi lain, pembelajaran matematika yang ada saat ini cenderung monoton dan kurang menarik bagi anak-anak sehingga daya ingat anak terhadap rumus yang diajarkan kurang maksimal. Sementara menurut penelitian, kemampuan dalam mengingat jauh lebih kuat jika bisa melibatkan banyak indera sehingga dapat memaksimalkan kinerja otak dalam mengingat suatu objek.

“Kenyataan itulah yang mendasari kami menciptakan solusi berupa produk mainan yang dapat membantu daya ingat anak untuk menghafal rumus-rumus matematika yang diberi nama Paman Tiko, Puzzle Mainan Matematika,” ujar Afiffah Nuur Mila Husniana, mahasiswa FMIPA, di Kampus UGM, Senin (19/7).

Bersama Hanif Hatta Mustofa, Yuda Saputra, Ramadhani Abdan Syakuro (Fakultas Teknik) dan Mifta Lutfiani (Fakultas MIPA), mereka mengembangkan produk Paman Tiko melalui ajang Program Kreativitas Mahasiswa di bidang Kewirausahaan (PKM-K). Media puzzle dipilih karena berdasarkan survei pra pelaksanaan, mainan ini masih cukup diminati di kalangan siswa, terutama anak-anak.

“Dengan menggunakan media yang disukai oleh anak-anak, sisipan materi dalam mainan tersebut akan lebih diterima oleh mereka. Selain itu, media puzzle memungkinkan Tim Paman Tiko untuk memberikan berbagai macam materi matematika sesuai dengan kebutuhan anak,” kata Affifah.

Paman Tiko, menurut Affifah, merupakan mainan yang memungkinkan anak-anak untuk belajar sembari bermain. Dalam pengembangannya, Paman Tiko mengedepankan konsep edukatif, kreatif, inovatif dan atraktif.

Sisi edukatif, dalam puzzle ini terdapat berbagai macam materi yang akan dicantumkan. Sementara itu, desain puzzle yang dipilih disesuaikan dengan gambar yang menarik dan memunculkan daya imajinasi anak.

“Diharapkan, Paman Tiko dapat mengoptimalkan kemampuan anak dalam mempelajari rumus matematika,”tutur Affifah. (Humas UGM/ Agung)

sumber

Read More

Robot Pengecat Tembok Luar Gedung Bertingkat Karya Mahasiswa UGM

Mahasiswa UGM mengembangkan robot pengecat tembok luar gedung bertingkat. Inovasi di bidang teknologi ini mempermudah proses pengecatan gedung bertingkat.

Mereka adalah Arifandhi Nur M (FMIPA), Habib Astari A (FMIPA), Pa’at Wahyu K S (SV), Imroatul Mufidah (FK), dan Istria Rimba S (FT). Pengembangan robot  lahir melalui Program Kreativitas Mahasiswa bidang Karsa Cipta (PKM-KC) di bawah bimbingan Andi Dharmawan S.Si., M.Cs.

“Robot ini bisa menggantikan kinerja manusia  dan penggunaanya diharapkan bisa meminimalkan angka kecelakaan kerja,” terang Arifandhi Nur M selaku ketua tim, Jumat (16/6) di UGM.

Data BPJS Ketenagakerjaan mencatat hingga November 2016 terjadi 101.367 kasus kecelakaan kerja. Sementara sebanyak 2.382 orang meninggal akibat kecelakaan tersebut.

Arifandhi menjelaskan prototipe robot pengecat gedung bertingkat dibuat menggunakan arduino dan single board computer untuk mengontrol pergerakannya. Robot ini dapat mengecat bidang datar dengan luas permukaan sesuai keinginan operator.

“Alat pengecat yang digunakan berbentuk semprot dengan tiang yang memiliki dua derajat kebebasan yaitu X dan Y sebagai sumbu gerakan,”ujarnya.

Cara pengoperasian robot ini cukup mudah. Operator cukup menginput luasan bidang pengecatan dan warna cat. Setelah itu, sensor kamera akan menangkap gambar tembok yang akan dicat. Apabila ditemukan tembok dalam keadaan belum dicat maka semprotan akan bergerak menyemprot bagian tersebut. Ketika proses pengecatan usai, robot akan melakukan scanning untuk mengecek kualitas hasil pengecatan.

“Robot bisa mengecat tembok dengan luasan maksimal 2×2 meter,”jelasnya.

Dengan menggunakan robot ini, Arifandhi menuturkan operator dapat mengetahui berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk proses pengecatan tembok dengan akurat. Sebab, kecepatan penyemprotan saat proses pengecatan dapat diatur sesuai keinginan. Selain itu, proses pengecatan dapat dilakukan secara terus-menerus dan konstan.

“ Harapannya robot dapat diimplementasikan secara nyata dan dengan penggunaannya angka kecelakaan kerja khususnya bidang konstruksi dapat ditekan,”pungkasnya.(Humas UGM/Ika)

sumber

Read More

Mahasiswa UGM Berhasil Meneliti Metode Baru Uji Formalin

Penggunaan formalin masih kerap dijumpai sebagai pengawet berbagai bahan makanan, seperti tahu, mie, dan ikan asin. Penggunaan formalin sebagai bahan aditif makanan telah dilarang oleh pemerintah.

Larangan tersebut tertuang dalam Peraturan Menteri Kesehatan No. 22/Menkes/Per/IX/88 tentang Bahan Tambahan Pangan. Alasannya, pemakaian formalin dapat menyebabkan masalah pernapasan, sakit kepala, mual, iritasi pada organ pencernaan, kanker hingga kematian.

Hal tersebut mendorong empat mahasiswa S1 Program Studi Kimia, FMIPA UGM, yaitu Dadang Ovianto, Natasha Nur Fadilah, Firda Aulia’i Rahmani Ma’ruf dan Ida Bagus Alit Rai Sugiharta melakukan penelitian senyawa kimia yang dapat digunakan untuk mendeteksi kandungan formalin dalam bahan pangan. Dengan bimbingan Dr. Bambang Purwono, Ph.D, mereka telah berhasil mensintesis dan meneliti senyawa turunan piridin sebagai kemosensor.

“Alasan memilih senyawa turunan piridin karena menunjukkan beragam aktivitas biologi, seperti antimalaria, antioksidan, anestetik, antibakteri dan antiparasit,” ujar Danang Ovianto, di FMIPA UGM, Kamis (15/6).

Danang menjelaskan belum banyak penelitian yang dilakukan pada senyawa turunan piridin sebagai senyawa kemosensor. Kemosensor merupakan senyawa kimia yang dapat digunakan sebagai sensor.

Sedangkan metode yang digunakan untuk mendeteksi formalin adalah dengan mengambil sebagian dari sampel dan dicelupkan ke dalam larutan senyawa kemosensor. Awalnya, larutan tersebut tidak berwarna hingga akan berubah warna menjadi warna kuning.

Lantas kemosensor dapat mengalami perubahan warna pendaran yang dapat diamati secara fluoresensi. Penggunaan metode ini dapat dipergunakan secara kualitatif maupun kuantitatif.

“Dengan mengetahui adanya kandungan formalin dalam bahan pangan maka bahan pangan yang tidak memenuhi syarat dapat dihindarkan peredarannya dalam masyarakat,” papar Danang.

Danang Ovianto mengaku bersyukur karena penelitian ini mendapat bantuan pendanaan dari DIKTI melalui ajang PKM bidang penelitian eksakta (PKM-PE). Menurutnya, keunggulan senyawa kemosensor dalam penelitian ini adalah dapat diamati secara visual perubahan warna larutan dengan adanya formalin, sementara secara kimia akan membentuk struktur yang stabil, kuat, dan dapat balik.

“Selain itu, tidak membutuhkan pemanasan dan pengondisian pH serta penambahan reagen lain. Dengan begitu, kemosensor dapat digunakan untuk mendeteksi formalin dalam sampel secara real time,” jelasnya. (Humas UGM/ Agung)

sumber

Read More

JENGGO, Alat Peraga Edukatif Pembelajaran Matematika Anak

Mahasiswa UGM tak henti-hentinya menciptakan karya yang solutif dan inovatif. Kali ini sekelompok mahasiswa yang tergabung dalam PKM bidang Kewirausahaan (PKM-K) menciptakan mainan sebagai solusi pembelajaran matematika bagi anak. Mainan yang diberi nama JENGGO merupakan karya inovasi oleh mahasiswa UGM yang terdiri dari Anggita Windi Tiasari (FMIPA), Meilinda Chrisdian Pertiwi (FMIPA), Safita Ema Amalia (FMIPA), Galih Yudithya Utama (FMIPA) dan Micahel Sigit Wicaksono Anugrah Kristanto (FTP). JENGGO merupakan paduan permainan seru antara jenga dan lego

Pembuatan JENGGO dilatarbelakangi atas permasalahan yang ditemui oleh tim dan melihat bahwa matematika merupakan ilmu yang diterapkan pada berbagai disiplin ilmu. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa matematika cukup penting dalam kehidupan sehari-hari. Tim beranggapan bahwa pemahaman ilmu matematika akan lebih baik diajarkan sejak usia dini, terutama bagi anak berada di jenjang PAUD, TK, SD, dan SMP. Dengan begitu, pada jenjang studi selanjutnya mereka akan lebih mudah mempelajari ilmu matematika.

“Matematika sudah mulai dikenalkan sejak anak-anak di jenjang  yang masih dini, namun banyak yang menganggap matematika sulit dan menjadikannya momok,” ujar Meilinda, Kamis (15/6).

Anak-anak cenderung lebih suka bermain daripada belajar kontradiktif. Selain itu, masa anak-anak adalah masa yang baik untuk belajar. Hal tersebut menginspirasi Meilinda dan tim untuk membuat sebuah alat peraga edukasi (APE). Kelebihan alat ini anak-anak dapat bermain sambil belajar. Menurut Meilinda, matematika sebenarnya sudah cukup familiar sejak usia dini, namun anggapan bahwa matematika sulit menyebabkan anak-anak menjadi malas belajar dan cenderung menghindari matematika.

“Anak-anak terkadang lebih suka bermain daripada belajar,“ imbuh Meilinda.

JENGGO memiliki bentuk seperti jenga dengan inovasi pada pewarnaan balok yang diharapkan menjadi salah satu daya tarik anak-anak untuk ikut bermain. Selain itu, inovasi juga diberikan pada bentuk balok yang dapat dilepas pasang seperti lego. Balok yang dilepas pasang ini memiliki lima varian bentuk, yaitu segitiga, lingkaran, trapesium, jajaran genjang dan bujur sangkar. Inovasi ini sekaligus memberi pengetahuan pada anak-anak mengenai macam bangun datar yang umum diketahui.

Kelebihan produk JENGGO dibandingkan dengan produk jenga yang telah ada sebelumnya adalah adanya balok yang dapat dilepas pasang. Selain itu, ada kartu petunjuk bermain yang universal namun unik. Universal yang dimaksud yakni dapat digunakan oleh PAUD hingga SMP yang masing-masing memiliki aturan permainan dan dapat disesuaikan umur atau jenjang sekolah.

Cara bermain JENGGO cukup mudah dan dapat dimainkan bersama dua atau lebih pemain. Langkah pertama, tiap tiga balok disusun rapi ke atas, kemudian dua dadu dikocok. Setelah itu, pemain mengambil kartu petunjuk bermain, sekaligus mengambil balok sesuai angka hasil pengerjaan petunjuk di kartu. Setelah itu, ditaruh di lapisan jenggo paling atas, begitu seterusnya hingga roboh. Apabila pemain mendapat balok lepas pasang maka ia harus menyebutkan bangun datar di balok tersebut.

JENGGO dapat digunakan oleh anak-anak jenjang PAUD hingga SMP dan dapat digunakan sebagai pendamping guru untuk mengajar. Dengan adanya inovasi JENGGO, tim ini  berharap dapat berkontribusi untuk negeri dengan menjunjung slogan pemantik semangat think big, start small, act now. “Dari UGM kita bangun Jogja untuk Indonesia menuju pentas dunia,” tambah Meilinda. (Humas UGM/Catur)

sumber

Read More
Translate