Search
Search
Search

mipa

Geluti Kimia di Bidang Medis, Prof. Jumina Raih Penghargaan Ilmuwan Terkemuka Dunia

Tekun dan ulet melakukan penelitian berdampak di bidang medis, Prof. Drs. Jumina, Ph.D. diakui sebagai sebagai World’s Top 2% Scientists 2024 by Stanford University pada tahun 2024. Penghargaan Prof. Jumina turut mengharumkan nama Indonesia bersama dengan 150 ilmuwan lainnya. Penghargaan ini diraih berdasarkan jumlah publikasi dan sitasi serta pengaruh jangka panjang dari karya ilmiah yang dihasilkan. Dalam hal ini, Prof. Jumina memiliki pengaruh yang diakui melalui kontribusi riset inovatif dan berkelanjutan.

“Sebagai pribadi tentu Saya senang dengan penghargaan itu. Namun sekaligus juga menambah motivasi untuk terus berkarya di masa mendatang. Penelitian yang saya lakukan dalam 5 tahun terakhir lebih banyak berfokus pada sintesis senyawa obat, uji aktivitasnya sebagai antikanker, dan pembuktian mekanisme aksinya melalui studi molecular docking. Selain itu Saya juga mengembangkan formulasi krim pencerah kulit (whitening agent) berbasis kaliksresorsinarena yang terbukti aktif dan aman serta telah lolos uji klinik,”

Prof. Jumina juga menjelaskan bahwa formula krim ini sedang dalam proses pendaftaran ke Badan POM RI dan kalau sudah mendapatkan ijin edar maka akan dapat membantu masyarakat khususnya wanita yang mengalami gangguan kulit seperti bercak-bercak hitam atau merah pada wajah serta kulitnya menjadi lebih cerah secara umum. Bahan aktif krim ini aman dan lebih aktif daripada hidroquinon, asam kojat ataupun niasinamida, dan asli dikembangkan di Departemen Kimia FMIPA UGM.

“Hendaknya kita semua selalu bersemangat untuk melakukan riset, inovasi, dan publikasi. Kolaborasi antar sesama peneliti dan dengan mahasiswa sangat diperlukan untuk mencapai kemajuan bersama. Dengan semangat kolaborasi maka kemajuan besar insyaAllah akan dapat dicapai. Pada kesempatan ini saya mengucapkan terimakasih kepada anggota riset grup saya baik sesama dosen maupun mahasiswa S1, S2, dan S3 yang telah bekerja bersama-sama. Ucapan terimakasih juga saya sampaikan kepada Departemen Kimia, Fakultas MIPA, dan Direktorat Penelitian, serta Direktorat Pengembangan Usaha UGM yang telah banyak mendukung riset Saya,” ungkap Prof. Jumina.

Kiprah dan penghargaan yang diraih oleh Prof. Jumina menjadi cerminan dari SDGs nomor 3 yaitu Kehidupan Sehat dan Sejahtera dan nomor 4 yaitu Pendidikan Berkulitas melalui penelitian yang berdampak pada bidang kesehatan sekaligus memberikan dampak pada pendidikan untuk keberlanjutan. Selain itu, penelitian yang dilakukan menjadi implementasi dari SDGs nomor 9 yaitu Industri, Inovasi, dan Infratsruktur melalui bidang Kimia.

Penulis: Febriska Noor Fitriana
Dokumentasi: Jumina

Read More

Kisah Rinto, Dosen Fisika FMIPA UGM Kawal Pelajar Sabet Medali di Ajang Olimpiade Fisika Internasional

Ajang International Physics Olympiad (IPhO) atau Olimpiade Fisika Internasional menjadi pengalaman berharga bagi pelajar tingkat SMA/MA tak terkecuali juga bagi pembina mereka yang salah satunya merupakan Dosen Fisika FMIPA UGM, Dr. Eng. Rinto Anugrah Nur Qomaru Zaman, S.Si., M.Si. Dengan membawa 1 medali perak, 1 medali perunggu, dan 3 honorable mention oleh kelima pelajar terbaik di Indonesia pada bidang Fisika, Rinto mengaku bangga dengan prestasi anak-anak yang dibinanya melalui ajang bergengsi di tingkat dunia yang pada tahun ini dilaksanakan di Isfahan, Iran.

Rinto mendampingi kelima siswa tersebut di Isfahan, Iran bersama dengan Triyanta Mugianto yang berasal dari Institut Teknik Bandung. Dirinya menjelaskan bahwa terdapat 2 bagian pada olimpiade yaitu ujian teori dan praktik. Sebagai pembina dan pendamping, Rinto turut mengikuti jalannya olimpiade dengan turut menyimak soal yang diujikan. Menurut Rinto, corak atau jenis soal yang diujikan tidak seperti di kuliah yang cenderung singkat tetapi terdapat cerita atau studi kasus sehingga soal cukup panjang.

“Kalau soal yang diujikan pasti ada ceritanya. Misal, kemarin yang di Iran itu tentang pemanasan global ada ceritanya dulu. Ini butuh kemampuan dan kreativitas dari pelajar untuk mengerjakan soal-soal tersebut,” papar Rinto.

Rinto menyampaikan bahwa keberhasilan olimpiade di bidang Fisika atau bidang lain itu banyak faktor, baik dari siswa, sekolah, pembina, dan pemerintah yang harus saling mendukung. Dirinya juga berharap bahwa durasi dan kuantitas pembinaan kepada siswa sebaiknya diperpanjang. Dirinya pun membandingkan dengan negara Cina yang selalu meraih medali emas karena kuantitas dan kualitas pembinaan yang optimal yaitu dengan 6 bulan pembinaan di universitas. Kemudian, Rinto juga berharap untuk peralatan kebutuhan eksperimen dengan standar olimpiade juga dapat disediakan untuk menunjang siswa belajar. Selain itu, aspek eksperimen memiliki bobot besar dalam penilaian di ajang olimpiade tersebut.

Kiprah dan peran Rinto dalam membina pelajar pada bidang International Physics Olympiad (IChO) atau Olimpiade Fisika Internasional hingga meraih medali menjadi cerminan dari SDGs nomor 4 yaitu Pendidikan Berkualitas melalui akses terhadap pendidikan dan peningkatan keterampilan pelajar khususnya di bidang Fisika. Selain itu, hasil pembinaan yang dilakukan turut mendukung generasi muda dalam menciptakan inovasi yang berdampak bagi masyarakat sehingga menjadi implementasi dari SDGs nomor 9 yaitu Industri, Inovasi, dan Infrastruktur.

Penulis: Febriska Noor Fitriana
Dokumentasi: Rinto Anugrah Nur Qomaru Zaman

Read More

Menangkan Kompetisi di Bidang Digital, Nada Mahasiswa Ilmu Komputer FMIPA UGM Siap Terbang ke Korea Selatan

Setelah melewati persaingan ketat dengan 60 mahasiswa di Universitas Gadjah Mada dalam ajang 2024 Sookmyung UNESCO-UNITWIN Digital and Leadership Training, Dhanada Santika Putri yang akrab disapa Nada, Mahasiswa Ilmu Komputer FMIPA UGM berhasil menarik perhatian juri untuk terbang ke Korea Selatan atas ide dan karyanya di bidang digital. Acara ini merupakan program yang digelar oleh Asia Pacific Women’s Information Network Center (APWINC) dari Sookmyung Women’s University, Seoul, Korea Selatan, yang bertujuan untuk memberdayakan perempuan melalui pelatihan digital dan pengembangan kepemimpinan.

“Saya sangat senang bisa membangun koneksi dengan teman-teman dari Korea, bertukar budaya antara Indonesia dan Korea, serta mendapatkan ilmu berharga dari pelatihan Digital Training yang berkonsep hands-on. Selain itu, Saya juga senang sekali karena dapat kesempatan untuk menjalin relasi dengan teman-teman UGM dari fakultas lain yang sebelumnya belum saya kenal,” papar Nada.

Diketahui Nada akan berangkat ke Korea Selatan pada bulan November 2024 mendatang bersama dengan mahasiswa UGM lainnya serta dengan penghargaan yang diterima. Penghargaan diberikan kepada Dhanada Santika Putri (Ilmu Komputer 2022) sebagai “Best Student“, Dewi Adelia Priyono (Ilmu Komputer 2022), dan Alfia Sabrina Oktavia (Aktuaria 2022) sebagai “Best Group”. Mahasiswa tersebut akan mendapatkan pelatihan lanjutan di Korea Selatan.

“Saya berharap kedepannya program ini bisa terus diadakan sehingga lebih banyak mahasiswi yang mendapat kesempatan untuk belajar dan berkembang. Saya juga berharap agar hubungan yang terjalin dengan teman-teman dari Korea maupun UGM bisa tetap terjaga, dan semoga dapat bertemu dan bekerja sama kembali di berbagai kesempatan di masa depan,” ungkap Nada.

Prestasi dan kompetensi yang dimiliki Nada tersebut menjadi cerminan dari SDGs nomor 4 yaitu Pendidikan Berkualitas dan 5 yaitu Kesetaraan Gender melalui keterampilan di bidang digital khususnya di kelompok perempuan yang mampu berdaya di bidang digital. Kemudian, ide dan karya Nada tersebut menjadi implementasi dari SDGs nomor 9 yaitu Industri, Inovasi, dan Infrastruktur melalui keterampilan teknologi dan digital yang dimiliki Nada.

Penulis: Febriska Noor Fitriana
Dokumentasi: Dhanada Santika Putri

Read More

Dongkrak Angka Melek Digital Masyarakat, Intip Viga Mahasiswa FMIPA UGM Buka Kelas Coding

Viga Hardjanto, mahasiswa pascasarjana FMIPA UGM membuka kelas coding atau pemrogaman bagi masyarakat umum dalam rangka meningkatkan kompetensi masyarakat khususnya di bidang digital. Terdapat 2 kelas yaitu kelas anak-anak dan kelas dewasa. Pada kelas anak-anak, manfaat kelas ini dapat dirasakan seperti untuk mengembangkan keterampilan kognitif dan mendorong keterampilan di bidang matematika hingga seni. Di sisi lain, pada kelas dewasa akan membantu memahami teknologi dengan cara yang terstruktur, meingkatkan prospek karir khususnya di bidang data analyst dan software developer.

“Kelas coding python dasar untuk pemula yang baru belajar pemrograman. Kelasnya sifatnya online class (bukan hanya sekedar video pembelajaran). Di kelas yang Aku buka sendiri namanya Kodenus Aku bertugas untuk menyiapkan materi, mengajar, dan reporting ke client terkait capaian pembelajaran. Materinya mulai dari Pengantar Python sebagai suatu bahasa pemrograman, variable, tipe data, operasi dasar, hingga pembuatan mini project. Kelas ini terinspirasi dari tempatku kerja lainnya (company asal Rusia), tetapi sayangnya kelas dan materi di company ini utamanya ditujukan untuk anak-anak dan remaja (belum mencakup kaum dewasa),” papar Viga.

Peserta kelasnya berasal dari berbagai kalangan seperti pelajar dari jenjang SD hingga SMA, masyarakat yang sedang berusaha bekerja di bidang lain, dan kalangan ASN yang memerlukan pembelajaran analisis data atau sekadar ingin mengetahui pemograman.

Seneng dan seneng banget. Apalagi kalau yang Aku sampaikan bisa diterima dengan baik sama client baik dari komunikasi di kelas dan ketika deal-dealan harga kelas. Kesulitan yang sering terjadi ketika reschedule karena kebanyakan kalo kelas seperti ini ambil waktunya di sore – malam hari sehingga kalo reschedule kadang cukup sulit dikala jadwal sore atau malam lainnya sudah penuh,” ungkap Viga.

Dari kelas yang ditawarkan Viga, terdapat 7 pertemuan. Pada pertemuan pertama materi yang diberikan adalah pengantar Phyton, Variabel, dan Tipe Data. Kemudian dilanjutkan dengan Casting, Manipulasi String pada pertemuan kedua serta Operator dan List pada pertemuan ketiga. Selanjutnya, pada pertemuan keempat diberikan materi Tuple, Set, dan Dictionary serta pada pertemuan kelima diberikan materi Conditional, Statements, dan Looping. Pada pertemuan akhir yaitu 7 dan 8 akan diberikan materi Function dan File Handling.

“Kelas coding yang dibuka harapannya bisa dirasakan manfaatnya untuk para pemula yang baru belajar pemrograman. Tidak ada hal yang cukup mahal dan sebanding di bidang keilmuan karena anggaplah seperti kita punya “gaman” (senjata) kita bisa pakai kapanpun ketika itu dibutuhkan. Harapan selanjutnya kelas coding (Kodenus) yang dibuka semakin banyak siswanya khususnya bisa untuk memfasilitasi orang-orang yang ingin belajar langsung coding bersama mentor mengingat realita yang ada kelas coding saat ini cukup mahal. Kalopun yang cukup miring harganya itu biasanya dalam bentuk rekaman video pembelajaran atau kasus lain kalo pas kelas online dalam satu sesi terlalu banyak peserta sehingga sering kurang optimal dalam pembelajarannya,” papar Viga.

Peran Viga dalam mendongkrak angka melek digital pada masyarakat melalui kelas coding yang dibukanya menjadi implementasi dari SDGs nomor 4 yaitu Pendidikan Berkualitas melalui peningkatan keterampilan di bidang digital. Kemudian, hal ini juga menjadi cerminan dari SDGs nomor 9 yaitu Industri, Inovasi, dan Infrastruktur melalui penerapan ilmu di bidang teknologi bagi mahasiswa FMIPA UGM kepada masyarakat.

Penulis: Febriska Noor Fitriana
Dokumentasi: Viga Hardjanto

Read More

Bisnis Laris Manis Dipta Alumni FMIPA UGM, Brownis Lumer Ludes Hingga Ratusan Porsi Per Hari

Berjualan sejak di bangku kuliah, Dipta Eka Satria yang akrab disapa Dipta tak menyangka bahwa brownis lumer buatannya mampu laku hingga ratusan porsi dalam setiap kali dirinya melakukan pre order atau pra pesan. Diketahui, brownis lumer buatannya merupakan bagian dari usaha keluarganya di bawah naungan Djiwani Kitchen. Terdapat 3 menu utama pada brownis lumernya yaitu coklat, green tea, dan red velvet. Namun, varian coklatnya menjadi menu favorit pilihan pelanggannya. Ketiga menunya tersebut memiliki pilihan topping atau taburan yang beragam serta dapat disesuaikan dengan permintaan pelanggan seperti keju, kukis, dan sprinkle.

“Pada awal penjualan, kami menjual brownies lumer box dengan sistem preorder dan dengan sistem COD untuk pengantaran pemesanan. Awalnya, kami ragu karena ini sekadar camilan untuk penggajal perut saja. Namun, takdir berkata lain. Saat preorder batch pertama masuk dengan jumlah pemesanan 25 box brownies, selanjutnya kloter kedua 40box, dan kloter ketiga hingga 48box. Pemesanan tertinggi Djiwani mencapai hingga lebih dari 190 box. Sangat bersyukurnya kami jika banyaknya customer yang cocok dan suka dengan brownies lumer Djiwani Kitchen,” papar Dipta.

Di balik laris manisnya camilan yang digemari berbagai kalangan tersebut, Dipta juga turut memaparkan kendala yang dihadapinya saat proses produksi. Hal ini berkaitan dengan pengembangan varian taburan atau topping yang bervariasi dan daya tahannya terutama dalam skema pengantaran ke pelanggan luar kota.

“Harapan kami dengan adanya Djiwani Kitchen ini dapat melengkapi nutrisi dan sebagai teman nyemil di keseharian customer baik di rumah, suatu acara, maupun di mana customer berada baik dengan olahan manis atau asin yang tentunya bervariasi agar tidak membosankan dan tentunya cocok di lidah para customer,” papar Dipta.

Dalam hal ini, kisah Dipta tersebut menjadi implementasi dari SDGs nomor 4 yaitu Pendidikan Berkualitas melalui peningkatan keterampilan  di bidang wirausaha. Selain itu, upaya tersebut menjadi cerminan SDGs nomor 8 yaitu pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi melalui produktivitas ekonomi yang dilakukan.

Penulis: Febriska Noor Fitriana
Dokumentasi: Dipta Eka Satria

Read More

Cerita Fajar, Dosen Kimia FMIPA UGM: Bina Mahasiswa dan Pelajar Hingga Sabet Medali di Ajang PIMNAS dan Olimpiade Kimia Internasional

Ajang Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional dan International Chemistry Olympiad (IChO) atau Olimpiade Kimia Internasional menjadi pengalaman berharga bagi mahasiswa dan pelajar tak terkecuali juga bagi pembina mereka yang salah satunya merupakan Dosen Kimia FMIPA UGM, Mokhamad Fajar Pradipta, S.Si., M.Eng. Pada bidang PIMNAS, beberapa karya yang lolos melenggang ke babak nasional hingga menyabet medali emas adalah TecoBator: Alat Pemasakan dan Inkubator Sterilisasi Sebagai Solusi Peningkatan produktivitas dan Umur Simpan Madu Nabati Kepala di KWT Nira Lestari serta NCT (Neutral Carbon Transportation): Inovasi sistem Transportasi berbasis E-fuel sebagai Supporting Konsep Self Managing Weather City di Indonesia.

“Pembinaan PKM yang paling berkesan adalah pada tahun 2023 dengan meloloskan 2 tim PKM dan mendapatkan 2 medali emas dan 1 perunggu. Sangat berkesan karena dengan pendampingan tidak kenal lelah berdasarkan pengalaman tahun sebelumnya akhirnya yang dicita-citakan membawa medali emas tercapai,” papar Fajar.

Fajar juga turut memberikan pembinaan mengenai peran dosen pembimbing seperti mendampingi dan mengarahkan mahasiswa agar PKM sesuai dengan yang ditulis di proposal, membantu mahasiswa untuk mengakses pemakaian fasilitas yang diperlukan, memantau hasil pelaksanaan PKM secara berkala, memberi motivasi agar luaran PKM berkualitas, memberi solusi apabila ditemui permasalahan selama pelaksanaan PKM, dan lainnya.

Kepada para mahasiswa, Fajar menekankan untuk terus melakukan latihan terutama saat di ajang PIMNAS. Dirinya juga menyampaikan bahwa perlunya mahasiswa untuk aktif melakukan konsultasi kepada dosen-dosen yang menjadi pembimbingnya.

“Jangan takut untuk berkreasi, manfaatkan kesempatan yang ada, dan berikan dampak positif bagi masyarakat,” papar Fajar.

Selain mengantarkan mahasiswa menyabet medali emas hingga perunggu, Fajar juga melakukan pembinaan terhadap pelajar yang akan menghadapi International Chemistry Olympiad (IChO) atau Olimpiade Kimia Internasional di Riyadh, Arab Saudi. Ajang kompetisi di bidang Kimia berskala dunia tersebut turut melibatkan peran Fajar untuk membina para pelajar dari segi materi dan juga praktik. Pada tahun ini, para delegasi pelajar Indonesia mampu menyabet medali perunggu dalam ajang tersebut.

Kiprah dan peran Fajar dalam membina mahasiswa pada ajang PIMNAS dan pelajar pada bidang International Chemistry Olympiad (IChO) atau Olimpiade Kimia Internasional hingga meraih medali menjadi cerminan dari SDGs nomor 4 yaitu Pendidikan Berkualitas melalui akses terhadap pendidikan dan peningkatan keterampilan baik untuk mahasiswa atau pelajar khususnya di bidang Kimia. Selain itu, hasil pembinaan yang dilakukan turut mendukung generasi muda dalam menciptakan inovasi yang berdampak bagi masyarakat sehingga menjadi implementasi dari SDGs nomor 9 yaitu Industri, Inovasi, dan Infrastruktur.

Penulis: Febriska Noor Fitriana
Dokumentasi: Mokhamad Fajar Pradipta

Read More

Latih Masyarakat Pesisir Olah Daun Mangrove Jadi Sabun Cair, Simak Cerita Aziz Mahasiswa Kimia FMIPA UGM

Momen KKN menjadi pengalaman berharga bagi Aziz, mahasiswa Kimia FMIPA UGM dalam mengimplementasikan ilmunya kepada masyarakat bersama dengan tim kelompoknya. Lokasi KKN Aziz berada pada Desa Wedung, Kabupaten Demak, Jawa Tengah. Terdapat 5 program kerja yang dijalankan Aziz yaitu edukasi budidaya maggot, diversifikasi minyak jelantah untuk lilin aromaterapi, pemanfaatan daun mangrove untuk sabun cair, science fair, serta lomba tartil Al-Qur’an, sains, dan calistung.

Melihat kekayaan potensi wilayah desa KKN tersebutm membuat Aziz bergerak dalam memberdayakan daun mangrove menjadi sesuatu hal yang bernilai lebih. Hal ini juga didukung oleh disiplin ilmu yang dipelajarinya di bangku kuliah yaitu bidang Kimia.

“Latar belakang Saya membuat program ini karena melihat potensi sumber daya alam di Dusun Tambak Seklenting, wedung yang merupakan daerah pesisir dan memiliki banyak ekosistem mangrove dengan berbagai spesies. Mangrove kaya akan manfaat selain mencegah terjadinya bencana, salah satunya yaitu kandungan dari daun mangrove dapat berpotensi dijadikan sabun. Sebenarnya, masih banyak manfaat lain, apalagi masyarakat di sini juga sudah mulai memanfaatkan potensi mangrove tersebut, salah satunya dengan diolah menjadi sirup, kopi, dan teh mangrove. Sehingga saya membuat produk yang belum pernah dibuat di sini,” papar Aziz.

Aziz juga berharap bahwa ke depannya dengan adanya program ini dapat menumbuhkan kesadaran masyarakat untuk menjaga dan mengelola ekosistem mangrove di daerah pesisir karena memiliki banyak potensi dan manfaat dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, produk-produk olahan dari mangrove dapat dijadikan sebagai salah satu sumber penghasilan dan lokasi hutan mangrove dapat dijadikan sebagai ekowisata.

Kegiatan KKN yang dilaksanakan oleh Aziz beserta timnya merupakan implementasi dari SDGs nomor 4 yaitu Pendidikan Berkualitas melalui peningkatan keterampilan mahasiswa dalam pengabdian masyarakat serta nomor 17 yaitu Kemitraan untuk Mencapai Tujuan dalam memajukan desa lokasi penempatan KKN. Selain itu, upaya Aziz tersebut menjadi cerminan SDGs nomor 8 yaitu pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi melalui produktivitas ekonomi masyarakat pesisir serta nomor 9 yaitu Industri, Inovasi, dan Infrastruktur melalui inovasi potensi alam masyarakat desa.

Penulis: Febriska Noor Fitriana
Dokumentasi: Nur Aziz

Read More

Sambal Skripsi: Olahan Laris Manis Karya Bimas, Mahasiswa Geofisika FMIPA UGM

Hobi memasak mengantarkan Bimas, mahasiswa Geofisika FMIPA UGM ke dalam jejaring konsumen yang selalu memburu sambal hasil olahannya yaitu Sambal Skripsi. Sejak SMA, Bimas mengaku telah hobi juga berjualan seperti telur asin. Namun, dirinya mengaku kebutuhan saat kuliah ternyata cukup menguras kantongnya. Awalnya, Bimas memasak sambal dengan bahan baku ikan asap sebanyak 3 toples. Tak disangka, toples sambal seberat masing-masing 200 gram tersebut langsung ludes dibeli teman-temannya. Kemudian, dirinya mengembangkan variasi sambal lainnya seperti cumi asin, teri, dan ayam. Namun, pelanggannya menjadikan sambal ikan asap dan cumi asin sebagai menu favoritnya.

“Selain dapat penghasilan sendiri, senang ketika pembeli puas dengan masakan saya dengan respon baik. Saya mengartikan bahwa karya seni saya dibidang makanan atau kuliner berhasil begitu pula sebaliknya. Selain itu juga kadang seneng liat temen-temen terutama yang kos makan masakan Saya karena kan selama ini makan sering di warteg atau warmindo, mie instan dan makanan gak sehat. Saya tau betul kebersihan dan bebas pengawet maupun pewarna dari sambal ini karena Saya juga makan jadi aman lah. Kalau pesan merintis usaha singkat aja asal butuh jangan gengsi pede aja,” papar Bimas.

Di balik suksesnya menjaring konsumen, Bimas juga mengaku bahwa terdapat kendala dalam produksi sambalnya akibat ketersediaan bahan seperti ikan asap yang menurutnya cukup sulit didapatkan dan harganya yang cenderung mahal. Namun, kendala tersebut tidak membuat Bimas menyerah. Dirinya tetap mengupayakan kulitas sambalnya hingga ke tangan konsumen.

“Harapannya, semoga bisa jadi sampingan yang menghasilkan juga setelah dapat kerja nanti,” papar Bimas.

Dalam hal ini, kisah Bimas tersebut menjadi implementasi dari SDGs nomor 4 yaitu Pendidikan Berkualitas melalui peningkatan keterampilan mahasiswa di bidang wirausaha. Selain itu, upaya tersebut menjadi cerminan SDGs nomor 8 yaitu pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi melalui produktivitas ekonomi yang dilakukan.

Penulis: Febriska Noor Fitriana
Dokumentasi: Bimas Herpi Pramuditya

Read More

Geluti Kimia di Bidang Medis, Prof. Jumina Raih Penghargaan Ilmuwan Terkemuka Dunia

Tekun dan ulet melakukan penelitian berdampak di bidang medis, Prof. Drs. Jumina, Ph.D. diakui sebagai sebagai World’s Top 2% Scientists 2024 by Stanford University pada tahun 2024. Penghargaan Prof. Jumina turut mengharumkan nama Indonesia bersama dengan 150 ilmuwan lainnya. Penghargaan ini diraih berdasarkan jumlah publikasi dan sitasi serta pengaruh jangka panjang dari karya ilmiah yang dihasilkan. Dalam hal ini, Prof. Jumina memiliki pengaruh yang diakui melalui kontribusi riset inovatif dan berkelanjutan.

“Sebagai pribadi tentu Saya senang dengan penghargaan itu. Namun sekaligus juga menambah motivasi untuk terus berkarya di masa mendatang. Penelitian yang saya lakukan dalam 5 tahun terakhir lebih banyak berfokus pada sintesis senyawa obat, uji aktivitasnya sebagai antikanker, dan pembuktian mekanisme aksinya melalui studi molecular docking. Selain itu Saya juga mengembangkan formulasi krim pencerah kulit (whitening agent) berbasis kaliksresorsinarena yang terbukti aktif dan aman serta telah lolos uji klinik,”

Prof. Jumina juga menjelaskan bahwa formula krim ini sedang dalam proses pendaftaran ke Badan POM RI dan kalau sudah mendapatkan ijin edar maka akan dapat membantu masyarakat khususnya wanita yang mengalami gangguan kulit seperti bercak-bercak hitam atau merah pada wajah serta kulitnya menjadi lebih cerah secara umum. Bahan aktif krim ini aman dan lebih aktif daripada hidroquinon, asam kojat ataupun niasinamida, dan asli dikembangkan di Departemen Kimia FMIPA UGM.

“Hendaknya kita semua selalu bersemangat untuk melakukan riset, inovasi, dan publikasi. Kolaborasi antar sesama peneliti dan dengan mahasiswa sangat diperlukan untuk mencapai kemajuan bersama. Dengan semangat kolaborasi maka kemajuan besar insyaAllah akan dapat dicapai. Pada kesempatan ini saya mengucapkan terimakasih kepada anggota riset grup saya baik sesama dosen maupun mahasiswa S1, S2, dan S3 yang telah bekerja bersama-sama. Ucapan terimakasih juga saya sampaikan kepada Departemen Kimia, Fakultas MIPA, dan Direktorat Penelitian, serta Direktorat Pengembangan Usaha UGM yang telah banyak mendukung riset Saya,” ungkap Prof. Jumina.

Kiprah dan penghargaan yang diraih oleh Prof. Jumina menjadi cerminan dari SDGs nomor 3 yaitu Kehidupan Sehat dan Sejahtera dan nomor 4 yaitu Pendidikan Berkulitas melalui penelitian yang berdampak pada bidang kesehatan sekaligus memberikan dampak pada pendidikan untuk keberlanjutan. Selain itu, penelitian yang dilakukan menjadi implementasi dari SDGs nomor 9 yaitu Industri, Inovasi, dan Infratsruktur melalui bidang Kimia.

Penulis: Febriska Noor Fitriana
Dokumentasi: Jumina

Read More

Kisah Rinto, Dosen Fisika FMIPA UGM Kawal Pelajar Sabet Medali di Ajang Olimpiade Fisika Internasional

Ajang International Physics Olympiad (IPhO) atau Olimpiade Fisika Internasional menjadi pengalaman berharga bagi pelajar tingkat SMA/MA tak terkecuali juga bagi pembina mereka yang salah satunya merupakan Dosen Fisika FMIPA UGM, Dr. Eng. Rinto Anugrah Nur Qomaru Zaman, S.Si., M.Si. Dengan membawa 1 medali perak, 1 medali perunggu, dan 3 honorable mention oleh kelima pelajar terbaik di Indonesia pada bidang Fisika, Rinto mengaku bangga dengan prestasi anak-anak yang dibinanya melalui ajang bergengsi di tingkat dunia yang pada tahun ini dilaksanakan di Isfahan, Iran.

Rinto mendampingi kelima siswa tersebut di Isfahan, Iran bersama dengan Triyanta Mugianto yang berasal dari Institut Teknik Bandung. Dirinya menjelaskan bahwa terdapat 2 bagian pada olimpiade yaitu ujian teori dan praktik. Sebagai pembina dan pendamping, Rinto turut mengikuti jalannya olimpiade dengan turut menyimak soal yang diujikan. Menurut Rinto, corak atau jenis soal yang diujikan tidak seperti di kuliah yang cenderung singkat tetapi terdapat cerita atau studi kasus sehingga soal cukup panjang.

“Kalau soal yang diujikan pasti ada ceritanya. Misal, kemarin yang di Iran itu tentang pemanasan global ada ceritanya dulu. Ini butuh kemampuan dan kreativitas dari pelajar untuk mengerjakan soal-soal tersebut,” papar Rinto.

Rinto menyampaikan bahwa keberhasilan olimpiade di bidang Fisika atau bidang lain itu banyak faktor, baik dari siswa, sekolah, pembina, dan pemerintah yang harus saling mendukung. Dirinya juga berharap bahwa durasi dan kuantitas pembinaan kepada siswa sebaiknya diperpanjang. Dirinya pun membandingkan dengan negara Cina yang selalu meraih medali emas karena kuantitas dan kualitas pembinaan yang optimal yaitu dengan 6 bulan pembinaan di universitas. Kemudian, Rinto juga berharap untuk peralatan kebutuhan eksperimen dengan standar olimpiade juga dapat disediakan untuk menunjang siswa belajar. Selain itu, aspek eksperimen memiliki bobot besar dalam penilaian di ajang olimpiade tersebut.

Kiprah dan peran Rinto dalam membina pelajar pada bidang International Physics Olympiad (IChO) atau Olimpiade Fisika Internasional hingga meraih medali menjadi cerminan dari SDGs nomor 4 yaitu Pendidikan Berkualitas melalui akses terhadap pendidikan dan peningkatan keterampilan pelajar khususnya di bidang Fisika. Selain itu, hasil pembinaan yang dilakukan turut mendukung generasi muda dalam menciptakan inovasi yang berdampak bagi masyarakat sehingga menjadi implementasi dari SDGs nomor 9 yaitu Industri, Inovasi, dan Infrastruktur.

Penulis: Febriska Noor Fitriana
Dokumentasi: Rinto Anugrah Nur Qomaru Zaman

Read More

Menangkan Kompetisi di Bidang Digital, Nada Mahasiswa Ilmu Komputer FMIPA UGM Siap Terbang ke Korea Selatan

Setelah melewati persaingan ketat dengan 60 mahasiswa di Universitas Gadjah Mada dalam ajang 2024 Sookmyung UNESCO-UNITWIN Digital and Leadership Training, Dhanada Santika Putri yang akrab disapa Nada, Mahasiswa Ilmu Komputer FMIPA UGM berhasil menarik perhatian juri untuk terbang ke Korea Selatan atas ide dan karyanya di bidang digital. Acara ini merupakan program yang digelar oleh Asia Pacific Women’s Information Network Center (APWINC) dari Sookmyung Women’s University, Seoul, Korea Selatan, yang bertujuan untuk memberdayakan perempuan melalui pelatihan digital dan pengembangan kepemimpinan.

“Saya sangat senang bisa membangun koneksi dengan teman-teman dari Korea, bertukar budaya antara Indonesia dan Korea, serta mendapatkan ilmu berharga dari pelatihan Digital Training yang berkonsep hands-on. Selain itu, Saya juga senang sekali karena dapat kesempatan untuk menjalin relasi dengan teman-teman UGM dari fakultas lain yang sebelumnya belum saya kenal,” papar Nada.

Diketahui Nada akan berangkat ke Korea Selatan pada bulan November 2024 mendatang bersama dengan mahasiswa UGM lainnya serta dengan penghargaan yang diterima. Penghargaan diberikan kepada Dhanada Santika Putri (Ilmu Komputer 2022) sebagai “Best Student“, Dewi Adelia Priyono (Ilmu Komputer 2022), dan Alfia Sabrina Oktavia (Aktuaria 2022) sebagai “Best Group”. Mahasiswa tersebut akan mendapatkan pelatihan lanjutan di Korea Selatan.

“Saya berharap kedepannya program ini bisa terus diadakan sehingga lebih banyak mahasiswi yang mendapat kesempatan untuk belajar dan berkembang. Saya juga berharap agar hubungan yang terjalin dengan teman-teman dari Korea maupun UGM bisa tetap terjaga, dan semoga dapat bertemu dan bekerja sama kembali di berbagai kesempatan di masa depan,” ungkap Nada.

Prestasi dan kompetensi yang dimiliki Nada tersebut menjadi cerminan dari SDGs nomor 4 yaitu Pendidikan Berkualitas dan 5 yaitu Kesetaraan Gender melalui keterampilan di bidang digital khususnya di kelompok perempuan yang mampu berdaya di bidang digital. Kemudian, ide dan karya Nada tersebut menjadi implementasi dari SDGs nomor 9 yaitu Industri, Inovasi, dan Infrastruktur melalui keterampilan teknologi dan digital yang dimiliki Nada.

Penulis: Febriska Noor Fitriana
Dokumentasi: Dhanada Santika Putri

Read More

Dongkrak Angka Melek Digital Masyarakat, Intip Viga Mahasiswa FMIPA UGM Buka Kelas Coding

Viga Hardjanto, mahasiswa pascasarjana FMIPA UGM membuka kelas coding atau pemrogaman bagi masyarakat umum dalam rangka meningkatkan kompetensi masyarakat khususnya di bidang digital. Terdapat 2 kelas yaitu kelas anak-anak dan kelas dewasa. Pada kelas anak-anak, manfaat kelas ini dapat dirasakan seperti untuk mengembangkan keterampilan kognitif dan mendorong keterampilan di bidang matematika hingga seni. Di sisi lain, pada kelas dewasa akan membantu memahami teknologi dengan cara yang terstruktur, meingkatkan prospek karir khususnya di bidang data analyst dan software developer.

“Kelas coding python dasar untuk pemula yang baru belajar pemrograman. Kelasnya sifatnya online class (bukan hanya sekedar video pembelajaran). Di kelas yang Aku buka sendiri namanya Kodenus Aku bertugas untuk menyiapkan materi, mengajar, dan reporting ke client terkait capaian pembelajaran. Materinya mulai dari Pengantar Python sebagai suatu bahasa pemrograman, variable, tipe data, operasi dasar, hingga pembuatan mini project. Kelas ini terinspirasi dari tempatku kerja lainnya (company asal Rusia), tetapi sayangnya kelas dan materi di company ini utamanya ditujukan untuk anak-anak dan remaja (belum mencakup kaum dewasa),” papar Viga.

Peserta kelasnya berasal dari berbagai kalangan seperti pelajar dari jenjang SD hingga SMA, masyarakat yang sedang berusaha bekerja di bidang lain, dan kalangan ASN yang memerlukan pembelajaran analisis data atau sekadar ingin mengetahui pemograman.

Seneng dan seneng banget. Apalagi kalau yang Aku sampaikan bisa diterima dengan baik sama client baik dari komunikasi di kelas dan ketika deal-dealan harga kelas. Kesulitan yang sering terjadi ketika reschedule karena kebanyakan kalo kelas seperti ini ambil waktunya di sore – malam hari sehingga kalo reschedule kadang cukup sulit dikala jadwal sore atau malam lainnya sudah penuh,” ungkap Viga.

Dari kelas yang ditawarkan Viga, terdapat 7 pertemuan. Pada pertemuan pertama materi yang diberikan adalah pengantar Phyton, Variabel, dan Tipe Data. Kemudian dilanjutkan dengan Casting, Manipulasi String pada pertemuan kedua serta Operator dan List pada pertemuan ketiga. Selanjutnya, pada pertemuan keempat diberikan materi Tuple, Set, dan Dictionary serta pada pertemuan kelima diberikan materi Conditional, Statements, dan Looping. Pada pertemuan akhir yaitu 7 dan 8 akan diberikan materi Function dan File Handling.

“Kelas coding yang dibuka harapannya bisa dirasakan manfaatnya untuk para pemula yang baru belajar pemrograman. Tidak ada hal yang cukup mahal dan sebanding di bidang keilmuan karena anggaplah seperti kita punya “gaman” (senjata) kita bisa pakai kapanpun ketika itu dibutuhkan. Harapan selanjutnya kelas coding (Kodenus) yang dibuka semakin banyak siswanya khususnya bisa untuk memfasilitasi orang-orang yang ingin belajar langsung coding bersama mentor mengingat realita yang ada kelas coding saat ini cukup mahal. Kalopun yang cukup miring harganya itu biasanya dalam bentuk rekaman video pembelajaran atau kasus lain kalo pas kelas online dalam satu sesi terlalu banyak peserta sehingga sering kurang optimal dalam pembelajarannya,” papar Viga.

Peran Viga dalam mendongkrak angka melek digital pada masyarakat melalui kelas coding yang dibukanya menjadi implementasi dari SDGs nomor 4 yaitu Pendidikan Berkualitas melalui peningkatan keterampilan di bidang digital. Kemudian, hal ini juga menjadi cerminan dari SDGs nomor 9 yaitu Industri, Inovasi, dan Infrastruktur melalui penerapan ilmu di bidang teknologi bagi mahasiswa FMIPA UGM kepada masyarakat.

Penulis: Febriska Noor Fitriana
Dokumentasi: Viga Hardjanto

Read More

Bisnis Laris Manis Dipta Alumni FMIPA UGM, Brownis Lumer Ludes Hingga Ratusan Porsi Per Hari

Berjualan sejak di bangku kuliah, Dipta Eka Satria yang akrab disapa Dipta tak menyangka bahwa brownis lumer buatannya mampu laku hingga ratusan porsi dalam setiap kali dirinya melakukan pre order atau pra pesan. Diketahui, brownis lumer buatannya merupakan bagian dari usaha keluarganya di bawah naungan Djiwani Kitchen. Terdapat 3 menu utama pada brownis lumernya yaitu coklat, green tea, dan red velvet. Namun, varian coklatnya menjadi menu favorit pilihan pelanggannya. Ketiga menunya tersebut memiliki pilihan topping atau taburan yang beragam serta dapat disesuaikan dengan permintaan pelanggan seperti keju, kukis, dan sprinkle.

“Pada awal penjualan, kami menjual brownies lumer box dengan sistem preorder dan dengan sistem COD untuk pengantaran pemesanan. Awalnya, kami ragu karena ini sekadar camilan untuk penggajal perut saja. Namun, takdir berkata lain. Saat preorder batch pertama masuk dengan jumlah pemesanan 25 box brownies, selanjutnya kloter kedua 40box, dan kloter ketiga hingga 48box. Pemesanan tertinggi Djiwani mencapai hingga lebih dari 190 box. Sangat bersyukurnya kami jika banyaknya customer yang cocok dan suka dengan brownies lumer Djiwani Kitchen,” papar Dipta.

Di balik laris manisnya camilan yang digemari berbagai kalangan tersebut, Dipta juga turut memaparkan kendala yang dihadapinya saat proses produksi. Hal ini berkaitan dengan pengembangan varian taburan atau topping yang bervariasi dan daya tahannya terutama dalam skema pengantaran ke pelanggan luar kota.

“Harapan kami dengan adanya Djiwani Kitchen ini dapat melengkapi nutrisi dan sebagai teman nyemil di keseharian customer baik di rumah, suatu acara, maupun di mana customer berada baik dengan olahan manis atau asin yang tentunya bervariasi agar tidak membosankan dan tentunya cocok di lidah para customer,” papar Dipta.

Dalam hal ini, kisah Dipta tersebut menjadi implementasi dari SDGs nomor 4 yaitu Pendidikan Berkualitas melalui peningkatan keterampilan  di bidang wirausaha. Selain itu, upaya tersebut menjadi cerminan SDGs nomor 8 yaitu pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi melalui produktivitas ekonomi yang dilakukan.

Penulis: Febriska Noor Fitriana
Dokumentasi: Dipta Eka Satria

Read More

Cerita Fajar, Dosen Kimia FMIPA UGM: Bina Mahasiswa dan Pelajar Hingga Sabet Medali di Ajang PIMNAS dan Olimpiade Kimia Internasional

Ajang Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional dan International Chemistry Olympiad (IChO) atau Olimpiade Kimia Internasional menjadi pengalaman berharga bagi mahasiswa dan pelajar tak terkecuali juga bagi pembina mereka yang salah satunya merupakan Dosen Kimia FMIPA UGM, Mokhamad Fajar Pradipta, S.Si., M.Eng. Pada bidang PIMNAS, beberapa karya yang lolos melenggang ke babak nasional hingga menyabet medali emas adalah TecoBator: Alat Pemasakan dan Inkubator Sterilisasi Sebagai Solusi Peningkatan produktivitas dan Umur Simpan Madu Nabati Kepala di KWT Nira Lestari serta NCT (Neutral Carbon Transportation): Inovasi sistem Transportasi berbasis E-fuel sebagai Supporting Konsep Self Managing Weather City di Indonesia.

“Pembinaan PKM yang paling berkesan adalah pada tahun 2023 dengan meloloskan 2 tim PKM dan mendapatkan 2 medali emas dan 1 perunggu. Sangat berkesan karena dengan pendampingan tidak kenal lelah berdasarkan pengalaman tahun sebelumnya akhirnya yang dicita-citakan membawa medali emas tercapai,” papar Fajar.

Fajar juga turut memberikan pembinaan mengenai peran dosen pembimbing seperti mendampingi dan mengarahkan mahasiswa agar PKM sesuai dengan yang ditulis di proposal, membantu mahasiswa untuk mengakses pemakaian fasilitas yang diperlukan, memantau hasil pelaksanaan PKM secara berkala, memberi motivasi agar luaran PKM berkualitas, memberi solusi apabila ditemui permasalahan selama pelaksanaan PKM, dan lainnya.

Kepada para mahasiswa, Fajar menekankan untuk terus melakukan latihan terutama saat di ajang PIMNAS. Dirinya juga menyampaikan bahwa perlunya mahasiswa untuk aktif melakukan konsultasi kepada dosen-dosen yang menjadi pembimbingnya.

“Jangan takut untuk berkreasi, manfaatkan kesempatan yang ada, dan berikan dampak positif bagi masyarakat,” papar Fajar.

Selain mengantarkan mahasiswa menyabet medali emas hingga perunggu, Fajar juga melakukan pembinaan terhadap pelajar yang akan menghadapi International Chemistry Olympiad (IChO) atau Olimpiade Kimia Internasional di Riyadh, Arab Saudi. Ajang kompetisi di bidang Kimia berskala dunia tersebut turut melibatkan peran Fajar untuk membina para pelajar dari segi materi dan juga praktik. Pada tahun ini, para delegasi pelajar Indonesia mampu menyabet medali perunggu dalam ajang tersebut.

Kiprah dan peran Fajar dalam membina mahasiswa pada ajang PIMNAS dan pelajar pada bidang International Chemistry Olympiad (IChO) atau Olimpiade Kimia Internasional hingga meraih medali menjadi cerminan dari SDGs nomor 4 yaitu Pendidikan Berkualitas melalui akses terhadap pendidikan dan peningkatan keterampilan baik untuk mahasiswa atau pelajar khususnya di bidang Kimia. Selain itu, hasil pembinaan yang dilakukan turut mendukung generasi muda dalam menciptakan inovasi yang berdampak bagi masyarakat sehingga menjadi implementasi dari SDGs nomor 9 yaitu Industri, Inovasi, dan Infrastruktur.

Penulis: Febriska Noor Fitriana
Dokumentasi: Mokhamad Fajar Pradipta

Read More

Latih Masyarakat Pesisir Olah Daun Mangrove Jadi Sabun Cair, Simak Cerita Aziz Mahasiswa Kimia FMIPA UGM

Momen KKN menjadi pengalaman berharga bagi Aziz, mahasiswa Kimia FMIPA UGM dalam mengimplementasikan ilmunya kepada masyarakat bersama dengan tim kelompoknya. Lokasi KKN Aziz berada pada Desa Wedung, Kabupaten Demak, Jawa Tengah. Terdapat 5 program kerja yang dijalankan Aziz yaitu edukasi budidaya maggot, diversifikasi minyak jelantah untuk lilin aromaterapi, pemanfaatan daun mangrove untuk sabun cair, science fair, serta lomba tartil Al-Qur’an, sains, dan calistung.

Melihat kekayaan potensi wilayah desa KKN tersebutm membuat Aziz bergerak dalam memberdayakan daun mangrove menjadi sesuatu hal yang bernilai lebih. Hal ini juga didukung oleh disiplin ilmu yang dipelajarinya di bangku kuliah yaitu bidang Kimia.

“Latar belakang Saya membuat program ini karena melihat potensi sumber daya alam di Dusun Tambak Seklenting, wedung yang merupakan daerah pesisir dan memiliki banyak ekosistem mangrove dengan berbagai spesies. Mangrove kaya akan manfaat selain mencegah terjadinya bencana, salah satunya yaitu kandungan dari daun mangrove dapat berpotensi dijadikan sabun. Sebenarnya, masih banyak manfaat lain, apalagi masyarakat di sini juga sudah mulai memanfaatkan potensi mangrove tersebut, salah satunya dengan diolah menjadi sirup, kopi, dan teh mangrove. Sehingga saya membuat produk yang belum pernah dibuat di sini,” papar Aziz.

Aziz juga berharap bahwa ke depannya dengan adanya program ini dapat menumbuhkan kesadaran masyarakat untuk menjaga dan mengelola ekosistem mangrove di daerah pesisir karena memiliki banyak potensi dan manfaat dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, produk-produk olahan dari mangrove dapat dijadikan sebagai salah satu sumber penghasilan dan lokasi hutan mangrove dapat dijadikan sebagai ekowisata.

Kegiatan KKN yang dilaksanakan oleh Aziz beserta timnya merupakan implementasi dari SDGs nomor 4 yaitu Pendidikan Berkualitas melalui peningkatan keterampilan mahasiswa dalam pengabdian masyarakat serta nomor 17 yaitu Kemitraan untuk Mencapai Tujuan dalam memajukan desa lokasi penempatan KKN. Selain itu, upaya Aziz tersebut menjadi cerminan SDGs nomor 8 yaitu pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi melalui produktivitas ekonomi masyarakat pesisir serta nomor 9 yaitu Industri, Inovasi, dan Infrastruktur melalui inovasi potensi alam masyarakat desa.

Penulis: Febriska Noor Fitriana
Dokumentasi: Nur Aziz

Read More

Sambal Skripsi: Olahan Laris Manis Karya Bimas, Mahasiswa Geofisika FMIPA UGM

Hobi memasak mengantarkan Bimas, mahasiswa Geofisika FMIPA UGM ke dalam jejaring konsumen yang selalu memburu sambal hasil olahannya yaitu Sambal Skripsi. Sejak SMA, Bimas mengaku telah hobi juga berjualan seperti telur asin. Namun, dirinya mengaku kebutuhan saat kuliah ternyata cukup menguras kantongnya. Awalnya, Bimas memasak sambal dengan bahan baku ikan asap sebanyak 3 toples. Tak disangka, toples sambal seberat masing-masing 200 gram tersebut langsung ludes dibeli teman-temannya. Kemudian, dirinya mengembangkan variasi sambal lainnya seperti cumi asin, teri, dan ayam. Namun, pelanggannya menjadikan sambal ikan asap dan cumi asin sebagai menu favoritnya.

“Selain dapat penghasilan sendiri, senang ketika pembeli puas dengan masakan saya dengan respon baik. Saya mengartikan bahwa karya seni saya dibidang makanan atau kuliner berhasil begitu pula sebaliknya. Selain itu juga kadang seneng liat temen-temen terutama yang kos makan masakan Saya karena kan selama ini makan sering di warteg atau warmindo, mie instan dan makanan gak sehat. Saya tau betul kebersihan dan bebas pengawet maupun pewarna dari sambal ini karena Saya juga makan jadi aman lah. Kalau pesan merintis usaha singkat aja asal butuh jangan gengsi pede aja,” papar Bimas.

Di balik suksesnya menjaring konsumen, Bimas juga mengaku bahwa terdapat kendala dalam produksi sambalnya akibat ketersediaan bahan seperti ikan asap yang menurutnya cukup sulit didapatkan dan harganya yang cenderung mahal. Namun, kendala tersebut tidak membuat Bimas menyerah. Dirinya tetap mengupayakan kulitas sambalnya hingga ke tangan konsumen.

“Harapannya, semoga bisa jadi sampingan yang menghasilkan juga setelah dapat kerja nanti,” papar Bimas.

Dalam hal ini, kisah Bimas tersebut menjadi implementasi dari SDGs nomor 4 yaitu Pendidikan Berkualitas melalui peningkatan keterampilan mahasiswa di bidang wirausaha. Selain itu, upaya tersebut menjadi cerminan SDGs nomor 8 yaitu pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi melalui produktivitas ekonomi yang dilakukan.

Penulis: Febriska Noor Fitriana
Dokumentasi: Bimas Herpi Pramuditya

Read More
Translate