Indonesia memiliki bentang geografis dan geologis yang memiliki potensi sumber daya alam dan resiko yang sama besarnya. Salah satunya adalah Longsor yang terjadi pada daerah pegunungan berbatu di Kabupaten Wonogiri, tepatnya di Desa Selopukang, sekitar 3 jam perjalanan dari Yogyakarta. Wilayah ini sejak tahun 2017 menjadi daerah binaan untuk membangun menjadi desa tanggap bencana dan mandiri secara ekonomi.
Pada tahun 2018 ini, wilayah ini kembali dikembangkan menjadi daerah dengan tangguh bencana melalui kegiatan Hibah Pengabdian Masyarakat Teknologi Tepat Guna yang dibiayai oleh Direktorat Pengabdian Kepada Masyarakat UGM tahun 2018, dengan judul G-connect2: Penyediaan Perangkat Deteksi Bencana di Daerah Rawan yang diketuai oleh Dr Mardhani Riasetiawan dengan partner peneliti Drs. Bambang Nurcahyo Prastowo dariĀ Departemen Ilmu KOmputer dan Elektronika FMIPA UGM.
Pada tanggal 24 September 2018 telah diselesaikan pemasangan 3 titik lokasi sebagai penempatan alat G-connect2 di jalur merah rawan longsor yang telah dipetakan bekerjasama dengan BPBD Kabupaten Wonogiri dan tim KKN UGM 2018. 3 Lokasi tersebut meliputi jalur utama retakan tanah yang cukup signifikan bergerak setiap waktu sehingga membutuhkan alat deteksi dan monitoring data lingkungan yang bisa diandalkan. Kombinasi dengan peralatan sebelumnya, pada G-connect2 ini dilengkapi dengan sensor suhu, pergerakan tanah, kemiringan, sendor kelembaban dan lainnya yang dapat menjadi petunjuk situational terjadinya gejala pergerakan tanah yang signifikan yang kemudian menjadi tanda terjadinya longsor.
Alat yg terpasang diberi sensor suhu , pergerakan tanah termasuk sensor gerak yang kemduaian data direkam setiap saat dan dikirimkan ke server cloud secara berkala. Kemudian data terkumpul di sajikan dalam.bentuk informasi time series dan analisis gejala pergerakan tanah yg bergejala longsor informasi tsb akan diakses okeh BPBD dan instansi terkait dan memberikan early warning ke warga sekitar
Pada pemasangan tersebut tim G-Connect mendapatkan dukungan dari masyarakat yang menjadi pihak operator alat dalam kehidupan sehari-hari dan secara mandiri dapat mengoperasionalkan, Babinda, dan BPBD kabupaten wonogiri. Meskipun jalur retakan masih sangat panjang, usaha pemasangan ini menjadi andalan untuk melakukan mitigasi yang berorientasi pada keselamatan manusia.