Search
Search
Search

Mahasiswa UGM Berhasil Meneliti Metode Baru Uji Formalin

Penggunaan formalin masih kerap dijumpai sebagai pengawet berbagai bahan makanan, seperti tahu, mie, dan ikan asin. Penggunaan formalin sebagai bahan aditif makanan telah dilarang oleh pemerintah.

Larangan tersebut tertuang dalam Peraturan Menteri Kesehatan No. 22/Menkes/Per/IX/88 tentang Bahan Tambahan Pangan. Alasannya, pemakaian formalin dapat menyebabkan masalah pernapasan, sakit kepala, mual, iritasi pada organ pencernaan, kanker hingga kematian.

Hal tersebut mendorong empat mahasiswa S1 Program Studi Kimia, FMIPA UGM, yaitu Dadang Ovianto, Natasha Nur Fadilah, Firda Aulia’i Rahmani Ma’ruf dan Ida Bagus Alit Rai Sugiharta melakukan penelitian senyawa kimia yang dapat digunakan untuk mendeteksi kandungan formalin dalam bahan pangan. Dengan bimbingan Dr. Bambang Purwono, Ph.D, mereka telah berhasil mensintesis dan meneliti senyawa turunan piridin sebagai kemosensor.

“Alasan memilih senyawa turunan piridin karena menunjukkan beragam aktivitas biologi, seperti antimalaria, antioksidan, anestetik, antibakteri dan antiparasit,” ujar Danang Ovianto, di FMIPA UGM, Kamis (15/6).

Danang menjelaskan belum banyak penelitian yang dilakukan pada senyawa turunan piridin sebagai senyawa kemosensor. Kemosensor merupakan senyawa kimia yang dapat digunakan sebagai sensor.

Sedangkan metode yang digunakan untuk mendeteksi formalin adalah dengan mengambil sebagian dari sampel dan dicelupkan ke dalam larutan senyawa kemosensor. Awalnya, larutan tersebut tidak berwarna hingga akan berubah warna menjadi warna kuning.

Lantas kemosensor dapat mengalami perubahan warna pendaran yang dapat diamati secara fluoresensi. Penggunaan metode ini dapat dipergunakan secara kualitatif maupun kuantitatif.

“Dengan mengetahui adanya kandungan formalin dalam bahan pangan maka bahan pangan yang tidak memenuhi syarat dapat dihindarkan peredarannya dalam masyarakat,” papar Danang.

Danang Ovianto mengaku bersyukur karena penelitian ini mendapat bantuan pendanaan dari DIKTI melalui ajang PKM bidang penelitian eksakta (PKM-PE). Menurutnya, keunggulan senyawa kemosensor dalam penelitian ini adalah dapat diamati secara visual perubahan warna larutan dengan adanya formalin, sementara secara kimia akan membentuk struktur yang stabil, kuat, dan dapat balik.

“Selain itu, tidak membutuhkan pemanasan dan pengondisian pH serta penambahan reagen lain. Dengan begitu, kemosensor dapat digunakan untuk mendeteksi formalin dalam sampel secara real time,” jelasnya. (Humas UGM/ Agung)

sumber

Translate