Search
Search
Search

SDG 9: Industri Inovasi dan Infrastruktur

Jual Nasi Demi Bertahan Hidup, Simak Perjuangan Retyanto Menjadi Guru Besar

Balai Senat Universitas Gadjah Mada menjadi saksi suasana haru dan bangga atas perjuangan Prof. Drs. Retantyo Wardoyo, M.Sc., Ph.D. dalam meraih gelar guru besar pada Selasa, 28 Mei 2024 melalui penelitiannya yang berjudul Kecerdasan Artifisial dalam Bidang Kesehatan: Tinjauan Klasik Hingga Modern. Dengan perlahan, Prof. Retantyo mencoba menyampaikan apresiasi atas capaian dan perjalanannya hingga berada pada saat ini.

“Izinkan saya menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada guru-guru, kolega, teman-teman, dan keluarga yang saya cintai dan banggakan yang telah banyak membantu di sepanjang perjalanan karir akademik saya,” papar Prof. Retantyo.

Pria kelahiran 65 tahun lalu tersebut menyelesaikan studi di tanah kelahirannya yaitu Klaten, Jawa Tengah melalui SD Tegalyoso II Klaten dan SMA Negeri 1 Klaten. Saat menempuh jenjang SMP, beliau harus pindah ke Ambon mengikuti keluarga yang lain karena keluarganya sudah terlalu banyak menanggung beban sehingga Prof. Retantyo bersekolah di SMPN 3 Ambon. Prof. Retantyo menyelesaikan program sarjana di FMIPA UGM serta program magister dan doktor di University of Manchester.

Setelah menamatkan studi di University of Manchester, Prof. Retantyo mendedikasikan dirinya sebagai seorang dosen di Ilmu Komputer dan Elektronika FMIPA UGM sejak tahun 1993. Hingga akhir hayatnya, Prof. Retantyo turut dipercaya sebagai Ketua Laboratorium Algoritma dan Komputasi di Departemen Ilmu Komputer dan Elektronika FMIPA UGM.

Prof. Retyanto hampir menyerah di setiap perjuangannya untuk menyelesaikan studinya. Beberapa upaya dilakukan untuk bertahan hidup ketika sekolah seperti berjualan nasi bungkus dan meninggalkan keluarganya untuk bersekolah di Ambon bersama pamannya.

Dari hasil penelitian Prof. Retantyo sebagai guru besar, penelitiannya memiliki keberanfaatan dalam aplikasinya di bidang kesehatan seperti pada observasi penyakit stroke, identifikasi kelainan jantung, identifikasi emosi, dan penanganan osteoporosis pada tulang manusia.

“Saya bersyukur menjadi bagian dari Laboratorium Algoritma dan Komputasi yang vibrant dan produktif bersama dengan rekan-rekan saya,” ungkap Prof. Retantyo.

Kiprah dan dedikasi Prof. Retantyo di bidang Ilmu Komputer menjadi cerminan dari SDGs nomor 4 yaitu Pendidikan Berkualitas melalui pendidikan untuk keberlanjutan melalui riset yang dilakukan dan nomor 9 yaitu Industri, Inovasi, dan Infrastruktur melalui inovasi yang dilakukan untuk bidang kesehatan seperti pada observasi penyakit stroke, identifikasi kelainan jantung, identifikasi emosi, dan penanganan osteoporosis pada tulang manusia.

Penulis: Febriska Noor Fitriana
Foto: Hero Prakosa Wibowo Priyanto

Read More

Lebih dari 40 Tahun Menjadi Pendidik, Retantyo Wardoyo Raih Gelar Guru Besar dalam Bidang Ilmu Komputer

Prof. Drs. Retantyo Wardoyo, M.Sc., Ph.D. resmi dikukuhkan sebagai guru besar pada Selasa, 28 Mei 2024 di Balai Senat Universitas Gadjah Mada. Dengan penelitian berjudul Kecerdasan Artifisial dalam Bidang Kesehatan: Tinjauan Klasik Hingga Modern, Prof. Retantyo akhirnya menyandang guru besar dalam Bidang Ilmu Komputer.

“Penerapan kecerdasan artifisial telah berkembang sangat luas dalam berbagai bidang. Misalkan, kesehatan, industri, teknologi, dan pendidikan. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini, kami akan menyampaikan beberapa penerapan dalam bidang kesehatan, mulai dari klasik seperti penggunaan Decision Support Systems, Expert Systems, Case-based Reasoning hingga yang modern seperti penggunaan Machine Learning,” ucap Prof. Retantyo dalam pidato yang disampaikan Selasa (28/5).

Dalam pengantar pidatonya, Prof. Retantyo Wardoyo menjelaskan mengenai tema penelitiannya yaitu terkait penggunaan kecerdasan artifisial dalam kesehatan. Beliau menjelaskan bahwa melalui penelitian yang dilakukan dapat membantu menyelesaikan permasalahan pada keterbatasan pengetahuan yang dimiliki oleh dokter jaga di unit gawat darurat dalam menangani kasus stroke hemoragik. Stroke tersebut memiliki “golden time” yang merupakan periode kritis di mana intervensi cepat dan tepat bisa menghindari cacat permanen dan mengurangi risiko kematian.

“Untuk mengatasi keterbatasan pengetahuan dokter, digunakan algoritma C4.5 yang menganalisis data rekam medis pasien sehingga membantu dokter umum dalam mengambil keputusan yang lebih akurat dan cepat dalam situasi kritis,” papar Prof. Retantyo.

Secara umum, Prof. Retantyo Wardoyo menyampaikan riwayat singkat penemuan, pengembangan kecerdasan artifisial, dan beberapa contoh aplikasinya di bidang kesehatan seperti pada observasi penyakit stroke, identifikasi kelainan jantung, identifikasi emosi, dan penanganan osteoporosis pada tulang manusia. Kemudian, disampaikan juga mengenai potensi pengembangan riset dan aplikasi di masa depan untuk menjadi bahan pembelajaran bagi dokter atau calon dokter.

Kiprah dan dedikasi Prof. Retantyo di bidang komputer menjadi cerminan dari SDGs nomor 4 yaitu Pendidikan Berkualitas melalui pendidikan untuk keberlanjutan melalui riset yang dilakukan dan nomor 9 yaitu Industri, Inovasi, dan Infrastruktur melalui inovasi yang dilakukan seperti observasi penyakit stroke, identifikasi kelainan jantung, identifikasi emosi, dan penanganan osteoporosis pada tulang manusia.

Penulis: Febriska Noor Fitriana
Foto: Hero Prakosa Wibowo Priyanto

Read More

Tekuni Kimia untuk Tujuan Pembangunan Berkelanjutan, Roto Raih Gelar Guru besar di Bidang Ilmu Kimia

Prof. Drs. Roto, S.Si., M.Eng., Ph.D. resmi dikukuhkan sebagai guru besar pada Selasa, 14 Mei 2024 di Balai Senat Universitas Gadjah Mada. Dengan penelitian berjudul Analisis Kimia Berbasis Quartz Resonator dan Aplikasinya, Prof. Roto akhirnya menyandang guru besar dalam Bidang Kimia.

“Para ahli memperkirakan terdapat 4 tantangan terbesar terkait bidang kimia di abad 21 yaitu pencemaran lingkungan, krisis energi, kesehatan dan kedokteran, dan kekurangan bahan baku termasuk bahan baku bahan pangan. Oleh sebab itu, potensi aplikasi mengenai metode analisis ini akan difokuskan pada 4 bidang tersebut,” ucap Prof. Roto dalam pidato yang disampaikan Selasa (14/5).

Dalam pengantar pidatonya, Prof. Roto menjelaskan mengenai tema penelitiannya yaitu terkait penggunaan QCM atau Quartz Crystal Microbalance yang ditekuni sejak tahun 2000. Beliau menjelaskan bahwa QCM adalah metode analisis kimia yang bisa memberikan hasil secara cepat, akurat, selektif, dan sensitif. Walaupun memiliki keunggulan yang luar biasa dalam penerapannya di berbagai bidang. Dalam hal ini, Prof. Roto turut membuka kesempatan riset bersama dengan mengajak para hadirin untuk turut berkolaborasi dalam pengembangan riset yang dihasilkan.

“Saya secara pribadi atau sebagai anggota tim peneliti bidang QCM membuka kesempatan jika ada di antara audiens yang tertarik untuk berkolaborasi dalam penelitian ini di bidang-bidang yang sudah saya rinci atau bahkan mungkin bidang lain yang belum tercakup,” papar Prof. Roto.

Secara umum, Prof. Roto menyampaikan riwayat singkat penemuan, pengembangan aplikasi QCM, dan beberapa contoh aplikasinya di bidang lingkungan untuk pemantauan pencemaran, di bidang kesehatan dan kedokteran untuk diagnosis penyakit, dan di bidang keamanan pangan untuk mendeteksi patogen dalam makanan. Kemudian, disampaikan juga mengenai potensi pengembangan riset dan aplikasi Quartz Crystal Microbalance di masa depan.

Kiprah dan dedikasi Prof. Roto di bidang kimia menjadi cerminan dari SDGs nomor 4 yaitu Pendidikan Berkualitas melalui pendidikan untuk keberlanjutan melalui riset yang dilakukan dan nomor 9 yaitu Industri, Inovasi, dan Infrastruktur melalui inovasi yang dilakukan seperti di bidang lingkungan untuk pemantauan pencemaran, di bidang kesehatan dan kedokteran untuk diagnosis penyakit, dan di bidang keamanan pangan untuk mendeteksi patogen dalam makanan.

Penulis: Febriska Noor Fitriana
Foto: Hero Prakosa Wibowo Priyanto

Read More

Puluhan Tahun Menjadi Dosen, Simak Perjalanan Roto Raih Gelar Guru Besar

Balai Senat Universitas Gadjah Mada menjadi saksi suasana haru dan bangga atas perjuangan Prof. Drs. Roto, S.Si., M.Eng., Ph.D. dalam meraih gelar guru besar pada Selasa, 14 Mei 2024 melalui penelitiannya yang berjudul Analisis Kimia Berbasis Quartz Resonator dan Aplikasinya. Dengan perlahan, Prof. Roto mencoba menyampaikan apresiasi atas capaian dan perjalanannya hingga berada pada saat ini.

“Saya persembahkan capaian ini untuk Departemen Kimia, tempat berkarya para guru dan mentor saya selama ini. Terima kasih telah membuka jalan bagi saya untuk menimba ilmu dan mengabdi di Departemen Kimia terbaik di Indonesia. Demikian pula bimbingan dan arahan yang tak pernah hendti dari mentor dan para rekan sejawat,” papar Prof. Roto.

Pria kelahiran 56 tahun lalu tersebut menyelesaikan studi di tanah kelahirannya yaitu Purworejo, Jawa Tengah melalui SD Negeri Wero Ngombol, SMP Panca Marga Bhakti 5 Purworejo, SMA Panca Marga Bhakti 1 Purworejo, hingga menyelesaikan program sarjana di Kimia FMIPA UGM, program magister di Keio University Japan, dan doktor di University New Brunswick Canada.

Setelah menamatkan studi di Fisika UGM, Prof. Roto mendedikasikan dirinya sebagai seorang dosen di Fisika UGM sejak tahun 1991. Hingga saat ini, Prof. Roto turut dipercaya sebagai Wakil Dekan Bidang Pendidikan, Pengajaran, dan Kemahasiswaan dengan deretan peran penting lainnya di berbagai sektor lembaga akreditasi. Beliau menjadi Wakil Direktur dari Lembaga Akreditasi Sains Alam dan Ilmu Formal (LAMSAMA), Asesor International Royal Society of Chemistry London England, Asesor Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi, dan Reviewer penelitian di lingkungan Direktorat Riset, Teknologi, dan Pengabdian kepada Masyarakat, Dikti.

Dari hasil penelitian Prof. Roto sebagai guru besar, penelitiannya memiliki keberanfaatan dalam aplikasinya di bidang lingkungan untuk pemantauan pencemaran, di bidang kesehatan dan kedokteran untuk diagnosis penyakit, dan di bidang keamanan pangan untuk mendeteksi patogen dalam makanan. Kemudian, disampaikan juga mengenai potensi pengembangan riset dan aplikasi Quartz Crystal Microbalance di masa depan.

“Saya bersyukur menjadi bagian dari UGM khususnya di Departemen Fisika sehingga dapat belajar dan berkembang bersama,” ungkap Prof. Roto.

Kiprah dan dRotokasi Prof. Roto di bidang kimia menjadi cerminan dari SDGs nomor 4 yaitu Pendidikan Berkualitas melalui pendidikan untuk keberlanjutan melalui riset yang dilakukan dan nomor 9 yaitu Industri, Inovasi, dan Infrastruktur melalui inovasi yang dilakukan untuk bidang kesehatan, kemanann pangan, dan lingkungan.

Penulis: Febriska Noor Fitriana
Foto: Datu Maulana Ahmad

Read More

Bertahan Hidup di Masjid saat Kuliah, Simak Perjuangan Edi Suharyadi Raih Gelar Guru Besar

Balai Senat Universitas Gadjah Mada menjadi saksi suasana haru dan bangga atas perjuangan Prof. Dr. Eng. Edi Suharyadi, S.Si., M.Si., M.Eng. dalam meraih gelar guru besar pada Selasa, 7 Mei 2024. Dengan perlahan, Prof. Edi mencoba mengenang bagaimana perjalanannya hingga berada pada saat ini.

“Terima kasih juga kepada sahabat saya di Masjid Nurul Islam Jalan Kaliurang Km. 5,6 di mana saya pernah tinggal bersama dan menjadi marbot selama 5 tahun sejak tahun 1995 hingga tahun 2000,” kenang Prof. Edi.

Pria kelahiran 49 tahun lalu tersebut menyelesaikan studi di tanah kelahirannya yaitu Madura, Jawa Timur melalui SD Negeri Polangan 1 Sampang, SMPN 1 Sampang, SMAN 1 Madura, hingga menyelesaikan program sarjana hingga magister di FMIPA UGM serta program magister dan doktor di Waseda University dan Nagoya University. Sejak kecil, Prof. Edi bercita-cita ingin menjadi seorang peneliti. Konsistensi dan sikap disiplin yang dimiliki sejak kecil telah membawanya hingga meraih apa yang diinginkan yaitu menjadi seorang peneliti sekaligus dosen.

“Beliau adalah sosok yang disiplin kepada kami keluarga,” ujar Fauzan, putra dari Prof. Edi.

Setelah menamatkan studi di Fisika UGM, Prof. Edi mendedikasikan dirinya sebagai seorang dosen di Fisika UGM. Hingga saat ini, Prof. Edi telah membentuk tim riset yang mengakomodasi 42 mahasiswa dari jenjang sarjana hingga doktor untuk memberikan kesempatan belajar dan penelitian di bidang fisika. Dari hasil penelitian Prof. Edi sebagai guru besar, penelitiannya memiliki keberanfaatan dalam aplikasi di bidang kesehatan seperti penghancur sel kanker, penghantar obat, dan untuk degradasi limbah.

“Saya bersyukur menjadi bagian dari UGM khususnya di Departemen Fisika sehingga dapat belajar dan berkembang bersama,” ungkap Prof. Edi.

Kiprah dan dedikasi Prof. Edi di bidang fisika menjadi cerminan dari SDGs nomor 4 yaitu Pendidikan Berkualitas melalui pendidikan untuk keberlanjutan melalui riset yang dilakukan dan nomor 9 yaitu Industri, Inovasi, dan Infrastruktur melalui inovasi yang dilakukan untuk bidang kesehatan seperti penghancur sel kanker, penghantar obat, dan untuk degradasi limbah.

Penulis: Febriska Noor Fitriana
Foto: Datu Maulana Ahmad

Read More

Puluhan Tahun Teliti Magnet, Edi Suharyadi Raih Gelar Guru besar di Bidang Ilmu Fisika Material

Prof. Dr. Eng. Edi Suharyadi, S.Si., M.Si., M.Eng. resmi dikukuhkan sebagai guru besar pada Selasa, 7 Mei 2024 di Balai Senat Universitas Gadjah Mada. Dengan penelitian berjudul Perkembangan Riset Bidang Nanomaterial Magnetik dan Aplikasinya, Prof. Edi akhirnya menyandang guru besar dalam Bidang Ilmu Fisika Material.

“Topik yang saya angkat tersebut didasarkan atas penelitian Kemagnetan dan Material Magnetik yang saya mulai sejak menempuh program Magister di Fisika UGM pada tahun 1998. Kemagnetan dan Material Magnetik merupakan cabang dari bidang Fisika dan Kimia, khususnya Ilmu Material,” ucap Prof. Edi dalam pidato yang disampaikan Selasa (7/5).

Dalam pengantar pidatonya, Prof. Edi menjelaskan mengenai tema penelitiannya yaitu terkait magnet. Beliau menjelaskan bahwa dalam 2 abad terakhir, kemajuan penelitian bidang magnet permanen semakin pesat dan memainkan banyak peran besar. Bahan magnet merupakan komponen penting dari komputer bahkan dalam industri, ruang angkasa, kesehatan, dan lingkungan. Pertumbuhan penggunaan bahan magnet sebagian besar disebabkan oleh peningkatan sifat magnetik yang memungkinkan merancang perangkat yang lebih kecil, lebih ringan, dan lebih efisien.

“Atas keluasan aplikasi nanomaterial magnetik, penelitian bidang ini terus mengalami perkembangan yang sangat pesat. Ini menjadi tantangan bagi para peneliti bidang material magnetik untuk terus melakukan penelitian lintas bidang dan transdisipliner. Tidak hanya Fisika dan Kimia, tapi juga Kedokteran, Lingkungan, Pertanian, Farmasi, Teknologi Informasi, dan lain sebagainya,” papar Prof. Edi.

Secara umum, Prof. Edi menyampaikan riwayat singkat penemuan, pengembangan aplikasi nanomaterial magnetik, dan beberapa contoh aplikasinya sebagai biosensor, penghantaran obat, dan untuk degradasi limbah. Kemudian, disampaikan juga mengenai potensi pengembangan riset dan aplikasi nanomaterial magnetik di masa depan.

Kiprah dan dedikasi Prof. Edi di bidang fisika menjadi cerminan dari SDGs nomor 4 yaitu Pendidikan Berkualitas melalui pendidikan untuk keberlanjutan melalui riset yang dilakukan dan nomor 9 yaitu Industri, Inovasi, dan Infrastruktur melalui inovasi yang dilakukan untuk biosensor, penghantaran obat, dan untuk degradasi limbah.

Penulis: Febriska Noor Fitriana
Foto: Datu Maulana Ahmad

Read More

Satu Dekade Lebih Bersinergi Bersama, FMIPA UGM dan Taman Pintar Kawal Potensi Taman Budaya Embung Giwangan

FMIPA UGM bersama dengan Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta yang dalam hal ini instansi yang menaungi Taman Budaya Embung Giwangan melangsungkan pertemuan pada Kamis, 4 April 2024. Pertemuan dilaksakan langsung di lokasi kerja sama yaitu Taman Budaya Embung Giwangan. Dalam hal ini, Yetti Martanti selaku Kepala Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta memimpin langsung jalannya rapat.

Dekan FMIPA UGM, Prof. Dr. Eng. Kuwat Triyana, M.Si., memberikan sambutan dan menyatakan dukungan terhadap program kerja sama mengenai potensi lokasi yang akan dilakukan.

“Kami dari FMIPA UGM sangat antusias dalam kegiatan kerja sama yang ada. Dalam hal ini telah hadir juga dosen-dosen yang mumpuni seperti Prof. Jazi yang ahli di bidang robotika,” papar Kuwat.

FMIPA UGM turut mendukung melalui keterlibatan para peneliti baik dosen atau mahasiswa yang memiliki kompetensi dalam kerja sama yang akan dilakukan. Beberapa inovasi yang ditawarkan adalah produk dari robotika dan AI (kecerdasan buatan) untuk menunjang lokasi Taman Budaya seperti tempat sampah pintar serta penyusunan konsep adaptasi smart city yang dapat diaplikasikan di Taman Budaya.

Yetti Martanti selaku Kepala Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta memberikan apresiasi terhadap FMIPA UGM dan memberikan pemaparan terkait potensi yang bisa dikembangkan bersama dengan FMIPA UGM.

“Kami telah lebih dari 10 tahun menjalin kerja sama dengan FMIPA UGM melalui keterlibatan berbagai lapisan masyarakat seperti pameran, lomba, dan loka karya yang bersifat edukatif. Harapannya, dengan adanya kerja sama ini akan ada inovasi untuk pengembangan potensi dari Taman Budaya Embung Giwangan,” papar Yetti.

Kolaborasi yang dilakukan FMIPA UGM bersama Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta menjadi cerminan dari SDGs nomor 4 yaitu Pendidikan Berkualitas melalui keterlibatan mahasiswa dan dosen untuk pendidikan keberlanjutan dalam inovasi Taman Budaya. Selain itu, kolaborasi yang dilakukan merupakan implementasi dari SDGs nomor 9 yaitu Industri, Inovasi, dan Infrastruktur dan nomor 17 yaitu Kemitraan untuk Mencapai Tujuan melalui teknologi dan inovasi yang akan dikembangkan bersama.

Penulis: Febriska Noor Fitriana
Foto: Datu Maulana Ahmad

Read More

Jual Nasi Demi Bertahan Hidup, Simak Perjuangan Retyanto Menjadi Guru Besar

Balai Senat Universitas Gadjah Mada menjadi saksi suasana haru dan bangga atas perjuangan Prof. Drs. Retantyo Wardoyo, M.Sc., Ph.D. dalam meraih gelar guru besar pada Selasa, 28 Mei 2024 melalui penelitiannya yang berjudul Kecerdasan Artifisial dalam Bidang Kesehatan: Tinjauan Klasik Hingga Modern. Dengan perlahan, Prof. Retantyo mencoba menyampaikan apresiasi atas capaian dan perjalanannya hingga berada pada saat ini.

“Izinkan saya menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada guru-guru, kolega, teman-teman, dan keluarga yang saya cintai dan banggakan yang telah banyak membantu di sepanjang perjalanan karir akademik saya,” papar Prof. Retantyo.

Pria kelahiran 65 tahun lalu tersebut menyelesaikan studi di tanah kelahirannya yaitu Klaten, Jawa Tengah melalui SD Tegalyoso II Klaten dan SMA Negeri 1 Klaten. Saat menempuh jenjang SMP, beliau harus pindah ke Ambon mengikuti keluarga yang lain karena keluarganya sudah terlalu banyak menanggung beban sehingga Prof. Retantyo bersekolah di SMPN 3 Ambon. Prof. Retantyo menyelesaikan program sarjana di FMIPA UGM serta program magister dan doktor di University of Manchester.

Setelah menamatkan studi di University of Manchester, Prof. Retantyo mendedikasikan dirinya sebagai seorang dosen di Ilmu Komputer dan Elektronika FMIPA UGM sejak tahun 1993. Hingga akhir hayatnya, Prof. Retantyo turut dipercaya sebagai Ketua Laboratorium Algoritma dan Komputasi di Departemen Ilmu Komputer dan Elektronika FMIPA UGM.

Prof. Retyanto hampir menyerah di setiap perjuangannya untuk menyelesaikan studinya. Beberapa upaya dilakukan untuk bertahan hidup ketika sekolah seperti berjualan nasi bungkus dan meninggalkan keluarganya untuk bersekolah di Ambon bersama pamannya.

Dari hasil penelitian Prof. Retantyo sebagai guru besar, penelitiannya memiliki keberanfaatan dalam aplikasinya di bidang kesehatan seperti pada observasi penyakit stroke, identifikasi kelainan jantung, identifikasi emosi, dan penanganan osteoporosis pada tulang manusia.

“Saya bersyukur menjadi bagian dari Laboratorium Algoritma dan Komputasi yang vibrant dan produktif bersama dengan rekan-rekan saya,” ungkap Prof. Retantyo.

Kiprah dan dedikasi Prof. Retantyo di bidang Ilmu Komputer menjadi cerminan dari SDGs nomor 4 yaitu Pendidikan Berkualitas melalui pendidikan untuk keberlanjutan melalui riset yang dilakukan dan nomor 9 yaitu Industri, Inovasi, dan Infrastruktur melalui inovasi yang dilakukan untuk bidang kesehatan seperti pada observasi penyakit stroke, identifikasi kelainan jantung, identifikasi emosi, dan penanganan osteoporosis pada tulang manusia.

Penulis: Febriska Noor Fitriana
Foto: Hero Prakosa Wibowo Priyanto

Read More

Lebih dari 40 Tahun Menjadi Pendidik, Retantyo Wardoyo Raih Gelar Guru Besar dalam Bidang Ilmu Komputer

Prof. Drs. Retantyo Wardoyo, M.Sc., Ph.D. resmi dikukuhkan sebagai guru besar pada Selasa, 28 Mei 2024 di Balai Senat Universitas Gadjah Mada. Dengan penelitian berjudul Kecerdasan Artifisial dalam Bidang Kesehatan: Tinjauan Klasik Hingga Modern, Prof. Retantyo akhirnya menyandang guru besar dalam Bidang Ilmu Komputer.

“Penerapan kecerdasan artifisial telah berkembang sangat luas dalam berbagai bidang. Misalkan, kesehatan, industri, teknologi, dan pendidikan. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini, kami akan menyampaikan beberapa penerapan dalam bidang kesehatan, mulai dari klasik seperti penggunaan Decision Support Systems, Expert Systems, Case-based Reasoning hingga yang modern seperti penggunaan Machine Learning,” ucap Prof. Retantyo dalam pidato yang disampaikan Selasa (28/5).

Dalam pengantar pidatonya, Prof. Retantyo Wardoyo menjelaskan mengenai tema penelitiannya yaitu terkait penggunaan kecerdasan artifisial dalam kesehatan. Beliau menjelaskan bahwa melalui penelitian yang dilakukan dapat membantu menyelesaikan permasalahan pada keterbatasan pengetahuan yang dimiliki oleh dokter jaga di unit gawat darurat dalam menangani kasus stroke hemoragik. Stroke tersebut memiliki “golden time” yang merupakan periode kritis di mana intervensi cepat dan tepat bisa menghindari cacat permanen dan mengurangi risiko kematian.

“Untuk mengatasi keterbatasan pengetahuan dokter, digunakan algoritma C4.5 yang menganalisis data rekam medis pasien sehingga membantu dokter umum dalam mengambil keputusan yang lebih akurat dan cepat dalam situasi kritis,” papar Prof. Retantyo.

Secara umum, Prof. Retantyo Wardoyo menyampaikan riwayat singkat penemuan, pengembangan kecerdasan artifisial, dan beberapa contoh aplikasinya di bidang kesehatan seperti pada observasi penyakit stroke, identifikasi kelainan jantung, identifikasi emosi, dan penanganan osteoporosis pada tulang manusia. Kemudian, disampaikan juga mengenai potensi pengembangan riset dan aplikasi di masa depan untuk menjadi bahan pembelajaran bagi dokter atau calon dokter.

Kiprah dan dedikasi Prof. Retantyo di bidang komputer menjadi cerminan dari SDGs nomor 4 yaitu Pendidikan Berkualitas melalui pendidikan untuk keberlanjutan melalui riset yang dilakukan dan nomor 9 yaitu Industri, Inovasi, dan Infrastruktur melalui inovasi yang dilakukan seperti observasi penyakit stroke, identifikasi kelainan jantung, identifikasi emosi, dan penanganan osteoporosis pada tulang manusia.

Penulis: Febriska Noor Fitriana
Foto: Hero Prakosa Wibowo Priyanto

Read More

Tekuni Kimia untuk Tujuan Pembangunan Berkelanjutan, Roto Raih Gelar Guru besar di Bidang Ilmu Kimia

Prof. Drs. Roto, S.Si., M.Eng., Ph.D. resmi dikukuhkan sebagai guru besar pada Selasa, 14 Mei 2024 di Balai Senat Universitas Gadjah Mada. Dengan penelitian berjudul Analisis Kimia Berbasis Quartz Resonator dan Aplikasinya, Prof. Roto akhirnya menyandang guru besar dalam Bidang Kimia.

“Para ahli memperkirakan terdapat 4 tantangan terbesar terkait bidang kimia di abad 21 yaitu pencemaran lingkungan, krisis energi, kesehatan dan kedokteran, dan kekurangan bahan baku termasuk bahan baku bahan pangan. Oleh sebab itu, potensi aplikasi mengenai metode analisis ini akan difokuskan pada 4 bidang tersebut,” ucap Prof. Roto dalam pidato yang disampaikan Selasa (14/5).

Dalam pengantar pidatonya, Prof. Roto menjelaskan mengenai tema penelitiannya yaitu terkait penggunaan QCM atau Quartz Crystal Microbalance yang ditekuni sejak tahun 2000. Beliau menjelaskan bahwa QCM adalah metode analisis kimia yang bisa memberikan hasil secara cepat, akurat, selektif, dan sensitif. Walaupun memiliki keunggulan yang luar biasa dalam penerapannya di berbagai bidang. Dalam hal ini, Prof. Roto turut membuka kesempatan riset bersama dengan mengajak para hadirin untuk turut berkolaborasi dalam pengembangan riset yang dihasilkan.

“Saya secara pribadi atau sebagai anggota tim peneliti bidang QCM membuka kesempatan jika ada di antara audiens yang tertarik untuk berkolaborasi dalam penelitian ini di bidang-bidang yang sudah saya rinci atau bahkan mungkin bidang lain yang belum tercakup,” papar Prof. Roto.

Secara umum, Prof. Roto menyampaikan riwayat singkat penemuan, pengembangan aplikasi QCM, dan beberapa contoh aplikasinya di bidang lingkungan untuk pemantauan pencemaran, di bidang kesehatan dan kedokteran untuk diagnosis penyakit, dan di bidang keamanan pangan untuk mendeteksi patogen dalam makanan. Kemudian, disampaikan juga mengenai potensi pengembangan riset dan aplikasi Quartz Crystal Microbalance di masa depan.

Kiprah dan dedikasi Prof. Roto di bidang kimia menjadi cerminan dari SDGs nomor 4 yaitu Pendidikan Berkualitas melalui pendidikan untuk keberlanjutan melalui riset yang dilakukan dan nomor 9 yaitu Industri, Inovasi, dan Infrastruktur melalui inovasi yang dilakukan seperti di bidang lingkungan untuk pemantauan pencemaran, di bidang kesehatan dan kedokteran untuk diagnosis penyakit, dan di bidang keamanan pangan untuk mendeteksi patogen dalam makanan.

Penulis: Febriska Noor Fitriana
Foto: Hero Prakosa Wibowo Priyanto

Read More

Puluhan Tahun Menjadi Dosen, Simak Perjalanan Roto Raih Gelar Guru Besar

Balai Senat Universitas Gadjah Mada menjadi saksi suasana haru dan bangga atas perjuangan Prof. Drs. Roto, S.Si., M.Eng., Ph.D. dalam meraih gelar guru besar pada Selasa, 14 Mei 2024 melalui penelitiannya yang berjudul Analisis Kimia Berbasis Quartz Resonator dan Aplikasinya. Dengan perlahan, Prof. Roto mencoba menyampaikan apresiasi atas capaian dan perjalanannya hingga berada pada saat ini.

“Saya persembahkan capaian ini untuk Departemen Kimia, tempat berkarya para guru dan mentor saya selama ini. Terima kasih telah membuka jalan bagi saya untuk menimba ilmu dan mengabdi di Departemen Kimia terbaik di Indonesia. Demikian pula bimbingan dan arahan yang tak pernah hendti dari mentor dan para rekan sejawat,” papar Prof. Roto.

Pria kelahiran 56 tahun lalu tersebut menyelesaikan studi di tanah kelahirannya yaitu Purworejo, Jawa Tengah melalui SD Negeri Wero Ngombol, SMP Panca Marga Bhakti 5 Purworejo, SMA Panca Marga Bhakti 1 Purworejo, hingga menyelesaikan program sarjana di Kimia FMIPA UGM, program magister di Keio University Japan, dan doktor di University New Brunswick Canada.

Setelah menamatkan studi di Fisika UGM, Prof. Roto mendedikasikan dirinya sebagai seorang dosen di Fisika UGM sejak tahun 1991. Hingga saat ini, Prof. Roto turut dipercaya sebagai Wakil Dekan Bidang Pendidikan, Pengajaran, dan Kemahasiswaan dengan deretan peran penting lainnya di berbagai sektor lembaga akreditasi. Beliau menjadi Wakil Direktur dari Lembaga Akreditasi Sains Alam dan Ilmu Formal (LAMSAMA), Asesor International Royal Society of Chemistry London England, Asesor Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi, dan Reviewer penelitian di lingkungan Direktorat Riset, Teknologi, dan Pengabdian kepada Masyarakat, Dikti.

Dari hasil penelitian Prof. Roto sebagai guru besar, penelitiannya memiliki keberanfaatan dalam aplikasinya di bidang lingkungan untuk pemantauan pencemaran, di bidang kesehatan dan kedokteran untuk diagnosis penyakit, dan di bidang keamanan pangan untuk mendeteksi patogen dalam makanan. Kemudian, disampaikan juga mengenai potensi pengembangan riset dan aplikasi Quartz Crystal Microbalance di masa depan.

“Saya bersyukur menjadi bagian dari UGM khususnya di Departemen Fisika sehingga dapat belajar dan berkembang bersama,” ungkap Prof. Roto.

Kiprah dan dRotokasi Prof. Roto di bidang kimia menjadi cerminan dari SDGs nomor 4 yaitu Pendidikan Berkualitas melalui pendidikan untuk keberlanjutan melalui riset yang dilakukan dan nomor 9 yaitu Industri, Inovasi, dan Infrastruktur melalui inovasi yang dilakukan untuk bidang kesehatan, kemanann pangan, dan lingkungan.

Penulis: Febriska Noor Fitriana
Foto: Datu Maulana Ahmad

Read More

Bertahan Hidup di Masjid saat Kuliah, Simak Perjuangan Edi Suharyadi Raih Gelar Guru Besar

Balai Senat Universitas Gadjah Mada menjadi saksi suasana haru dan bangga atas perjuangan Prof. Dr. Eng. Edi Suharyadi, S.Si., M.Si., M.Eng. dalam meraih gelar guru besar pada Selasa, 7 Mei 2024. Dengan perlahan, Prof. Edi mencoba mengenang bagaimana perjalanannya hingga berada pada saat ini.

“Terima kasih juga kepada sahabat saya di Masjid Nurul Islam Jalan Kaliurang Km. 5,6 di mana saya pernah tinggal bersama dan menjadi marbot selama 5 tahun sejak tahun 1995 hingga tahun 2000,” kenang Prof. Edi.

Pria kelahiran 49 tahun lalu tersebut menyelesaikan studi di tanah kelahirannya yaitu Madura, Jawa Timur melalui SD Negeri Polangan 1 Sampang, SMPN 1 Sampang, SMAN 1 Madura, hingga menyelesaikan program sarjana hingga magister di FMIPA UGM serta program magister dan doktor di Waseda University dan Nagoya University. Sejak kecil, Prof. Edi bercita-cita ingin menjadi seorang peneliti. Konsistensi dan sikap disiplin yang dimiliki sejak kecil telah membawanya hingga meraih apa yang diinginkan yaitu menjadi seorang peneliti sekaligus dosen.

“Beliau adalah sosok yang disiplin kepada kami keluarga,” ujar Fauzan, putra dari Prof. Edi.

Setelah menamatkan studi di Fisika UGM, Prof. Edi mendedikasikan dirinya sebagai seorang dosen di Fisika UGM. Hingga saat ini, Prof. Edi telah membentuk tim riset yang mengakomodasi 42 mahasiswa dari jenjang sarjana hingga doktor untuk memberikan kesempatan belajar dan penelitian di bidang fisika. Dari hasil penelitian Prof. Edi sebagai guru besar, penelitiannya memiliki keberanfaatan dalam aplikasi di bidang kesehatan seperti penghancur sel kanker, penghantar obat, dan untuk degradasi limbah.

“Saya bersyukur menjadi bagian dari UGM khususnya di Departemen Fisika sehingga dapat belajar dan berkembang bersama,” ungkap Prof. Edi.

Kiprah dan dedikasi Prof. Edi di bidang fisika menjadi cerminan dari SDGs nomor 4 yaitu Pendidikan Berkualitas melalui pendidikan untuk keberlanjutan melalui riset yang dilakukan dan nomor 9 yaitu Industri, Inovasi, dan Infrastruktur melalui inovasi yang dilakukan untuk bidang kesehatan seperti penghancur sel kanker, penghantar obat, dan untuk degradasi limbah.

Penulis: Febriska Noor Fitriana
Foto: Datu Maulana Ahmad

Read More

Puluhan Tahun Teliti Magnet, Edi Suharyadi Raih Gelar Guru besar di Bidang Ilmu Fisika Material

Prof. Dr. Eng. Edi Suharyadi, S.Si., M.Si., M.Eng. resmi dikukuhkan sebagai guru besar pada Selasa, 7 Mei 2024 di Balai Senat Universitas Gadjah Mada. Dengan penelitian berjudul Perkembangan Riset Bidang Nanomaterial Magnetik dan Aplikasinya, Prof. Edi akhirnya menyandang guru besar dalam Bidang Ilmu Fisika Material.

“Topik yang saya angkat tersebut didasarkan atas penelitian Kemagnetan dan Material Magnetik yang saya mulai sejak menempuh program Magister di Fisika UGM pada tahun 1998. Kemagnetan dan Material Magnetik merupakan cabang dari bidang Fisika dan Kimia, khususnya Ilmu Material,” ucap Prof. Edi dalam pidato yang disampaikan Selasa (7/5).

Dalam pengantar pidatonya, Prof. Edi menjelaskan mengenai tema penelitiannya yaitu terkait magnet. Beliau menjelaskan bahwa dalam 2 abad terakhir, kemajuan penelitian bidang magnet permanen semakin pesat dan memainkan banyak peran besar. Bahan magnet merupakan komponen penting dari komputer bahkan dalam industri, ruang angkasa, kesehatan, dan lingkungan. Pertumbuhan penggunaan bahan magnet sebagian besar disebabkan oleh peningkatan sifat magnetik yang memungkinkan merancang perangkat yang lebih kecil, lebih ringan, dan lebih efisien.

“Atas keluasan aplikasi nanomaterial magnetik, penelitian bidang ini terus mengalami perkembangan yang sangat pesat. Ini menjadi tantangan bagi para peneliti bidang material magnetik untuk terus melakukan penelitian lintas bidang dan transdisipliner. Tidak hanya Fisika dan Kimia, tapi juga Kedokteran, Lingkungan, Pertanian, Farmasi, Teknologi Informasi, dan lain sebagainya,” papar Prof. Edi.

Secara umum, Prof. Edi menyampaikan riwayat singkat penemuan, pengembangan aplikasi nanomaterial magnetik, dan beberapa contoh aplikasinya sebagai biosensor, penghantaran obat, dan untuk degradasi limbah. Kemudian, disampaikan juga mengenai potensi pengembangan riset dan aplikasi nanomaterial magnetik di masa depan.

Kiprah dan dedikasi Prof. Edi di bidang fisika menjadi cerminan dari SDGs nomor 4 yaitu Pendidikan Berkualitas melalui pendidikan untuk keberlanjutan melalui riset yang dilakukan dan nomor 9 yaitu Industri, Inovasi, dan Infrastruktur melalui inovasi yang dilakukan untuk biosensor, penghantaran obat, dan untuk degradasi limbah.

Penulis: Febriska Noor Fitriana
Foto: Datu Maulana Ahmad

Read More

Satu Dekade Lebih Bersinergi Bersama, FMIPA UGM dan Taman Pintar Kawal Potensi Taman Budaya Embung Giwangan

FMIPA UGM bersama dengan Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta yang dalam hal ini instansi yang menaungi Taman Budaya Embung Giwangan melangsungkan pertemuan pada Kamis, 4 April 2024. Pertemuan dilaksakan langsung di lokasi kerja sama yaitu Taman Budaya Embung Giwangan. Dalam hal ini, Yetti Martanti selaku Kepala Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta memimpin langsung jalannya rapat.

Dekan FMIPA UGM, Prof. Dr. Eng. Kuwat Triyana, M.Si., memberikan sambutan dan menyatakan dukungan terhadap program kerja sama mengenai potensi lokasi yang akan dilakukan.

“Kami dari FMIPA UGM sangat antusias dalam kegiatan kerja sama yang ada. Dalam hal ini telah hadir juga dosen-dosen yang mumpuni seperti Prof. Jazi yang ahli di bidang robotika,” papar Kuwat.

FMIPA UGM turut mendukung melalui keterlibatan para peneliti baik dosen atau mahasiswa yang memiliki kompetensi dalam kerja sama yang akan dilakukan. Beberapa inovasi yang ditawarkan adalah produk dari robotika dan AI (kecerdasan buatan) untuk menunjang lokasi Taman Budaya seperti tempat sampah pintar serta penyusunan konsep adaptasi smart city yang dapat diaplikasikan di Taman Budaya.

Yetti Martanti selaku Kepala Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta memberikan apresiasi terhadap FMIPA UGM dan memberikan pemaparan terkait potensi yang bisa dikembangkan bersama dengan FMIPA UGM.

“Kami telah lebih dari 10 tahun menjalin kerja sama dengan FMIPA UGM melalui keterlibatan berbagai lapisan masyarakat seperti pameran, lomba, dan loka karya yang bersifat edukatif. Harapannya, dengan adanya kerja sama ini akan ada inovasi untuk pengembangan potensi dari Taman Budaya Embung Giwangan,” papar Yetti.

Kolaborasi yang dilakukan FMIPA UGM bersama Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta menjadi cerminan dari SDGs nomor 4 yaitu Pendidikan Berkualitas melalui keterlibatan mahasiswa dan dosen untuk pendidikan keberlanjutan dalam inovasi Taman Budaya. Selain itu, kolaborasi yang dilakukan merupakan implementasi dari SDGs nomor 9 yaitu Industri, Inovasi, dan Infrastruktur dan nomor 17 yaitu Kemitraan untuk Mencapai Tujuan melalui teknologi dan inovasi yang akan dikembangkan bersama.

Penulis: Febriska Noor Fitriana
Foto: Datu Maulana Ahmad

Read More
Translate