Sedikitnya 205 laboratorium di lingkungan Universitas Gadjah Mada sudah dilengkapi dengan peralatan canggih untuk mendorong kegiatan pendidikan dan riset inovatif. Laboratorium tersebut ke depan diharapkan bisa menghasilkan produk inovatif dan aplikatif yang bisa dimanfaatkan langsung oleh pemerintah dan masyarakat. “Karena cita-cita UGM bukan tidak hanya mengirim staf atau alumninya berkiprah di masyarakat dan pemerintahan namun bisa menghasilkan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk rakyat,” kata Wakil Rektor Bidang Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Prof. Dr. Suratman, M. Sc., usai menghadiri acara serah terima alat laboratorium di gedung Laboratorium Penelitian dan Pengujian Terpadu (LPPT) UGM, Selasa (25/7).
Suratman menerangkan, lima tahun terakhir UGM tengah melakukan pembenahan fasilitas alat laboratorium lewat pengadaan alat laboratorium yang lebih mutakhir dan canggih agar bisa mengikuti perkembangan dunia ilmu pengetahuan dan teknologi. Pasalnya, banyak hasil riset yang menurutnya tidak ditopang alat laboratorium yang mutakhir. “Banyak judul riset yang saya lihat belum inovatif dan update, ternyata alatnya belum akurat. Pengadaaan alat laboratium itu penting,” ujarnya.
Suratman menyampaikan laboratorium riset yang dikembangkan tidak hanya mencakup penelitian dasar namun juga diarahkan pada keluaran produk inovatif yang bisa dimanfaatkan oleh pengguna. Salah satunya adalah Electronic nose (e-nose), alat pendeteksi bau atau aroma yang digunakan untuk mendeteksi narkoba. “Penelitiannya sudah memasuki tahun ketiga, saat ini tengah proses paten dan sudah ada prototipenya,” ujarnya.
Meski demikian, Suratman mengharapkan para peneli di lingkungan UGM tidak hanya bergantung dana riset dari sumber internal universitas namun apabila penelitian sudah memasuki tahun ketiga, diharapkan penelitian yang sifatnya inovatif tersebut bisa mengandeng mitra dan industri.
Sekretaris Lembaga Penelitian dan Pengujian Terpadu (LPPT) UGM, Dr. Kuwat Triyana, mengatakan sekitar 70 persen fasilitas laboratiorum di UGM sudah dilengkapi peralatan yang canggih. Belum semua bisa dilengkapi sekaligus sehingga dilakukan secara bertahap melalui mekanisme proses pengadaan lewat sistem informasi laboratorium (silab) atau aplikasi silab.ugm.ac.id. Keberadaan sistem informasi ini dapat mengetahui jenis alat yang dibutuhkan di setiap fakultas bahkan membantu para peneliti atau pihak luar mengetahui fasilitas laboratorium yang bisa digunakan untuk proses pengujian produk milik mereka. “Tahun ini sekitar Rp4,13 milyar dana yang digelontorkan untuk proses pengadaan peralatan laboratorium,” ujarnya.
LPPT, kata Kuwat, akan terus meningkatkan kuantitas dan kualitas alat-alat laboratorium di fakultas melalui peningkatan sistem tata kelola dan pemutakhiran data dan dokumen agar laboratorium UGM bisa menerapkan good laboratory practice. (Humas UGM/Gusti Grehenson)