Search
Search
Search

SDG 16: Perdamaian Keadilan dan Kelembagaan yang Tangguh

Perjuangkan Demokrasi, BEM KM FMIPA UGM Turut Ambil Bagian dalam Aksi

Aksi demonstrasi yang berlangsung pada Agustus lalu sebagai tindak lanjut dari konsolidasi Forum Cik Di Tiro menarik perhatian luas dari kalangan mahasiswa, termasuk mahasiswa FMIPA UGM. Demonstrasi ini dilakukan sebagai respons terhadap manuver DPR yang berupaya menentang putusan Mahkamah Konstitusi (MK) terkait pelaksanaan Pilkada. BEM KM FMIPA UGM turut aktif dalam merespons isu ini dengan mengkoordinasi mahasiswa FMIPA untuk berpartisipasi dalam aksi.

Asa, Direktur Jenderal Pergerakan Kementerian Kajian dan Aksi Strategis BEM KM FMIPA UGM, merupakan salah satu peserta aksi yang aktif turun ke jalan. Menurutnya, alasan mengikuti aksi ini bukan hanya karena ketertarikan pribadi terhadap politik, tetapi juga sebagai bentuk tanggung jawab moral.

“Sebagai Dirjen Pergerakan di Kastrat, Saya merasa ini adalah tanggung jawab besar. Sebagai generasi penerus bangsa, kita harus sadar dan peduli terhadap situasi politik di Indonesia,” ujar Asa.

Asa mengungkapkan bahwa aksi tersebut memberikan banyak kesan positif dan membuatnya lebih terbuka terhadap situasi politik nasional.

“Senang rasanya melihat banyak pihak, terutama mahasiswa, yang mulai sadar dan peduli. Ini menunjukkan bahwa semakin banyak dari kita yang sudah melek terhadap perpolitikan,” ujarnya dengan antusias.

Sebelum aksi, BEM KM UGM melalui Kementerian Kajian dan Aksi Strategis (Kastrat) telah menyatakan komitmennya untuk terus mengawal dan memperjuangkan demokrasi di Indonesia. Mereka bertekad memastikan bahwa keadilan ditegakkan dan suara rakyat didengar.

Kepedulian mahasiswa terhadap situasi demokrasi ini menjadi cerminan nilai-nilai Sustainable Development Goals (SDGs), khususnya poin 16 yaitu Perdamaian, Keadilan dan Kelembagaan yang Tangguh. Partisipasi mahasiswa dalam mengawal proses politik menunjukkan upaya mereka dalam mendorong transparansi dan akuntabilitas pemerintah, mendorong terciptanya masyarakat yang damai, inklusif, dan berkeadilan.

Penulis: Meitha Eka Nurhasanah
Editor: Febriska Noor Fitriana
Dokumentasi: Asa Qurrota Aina

Read More

Cerita Rosa, Alumnus FMIPA UGM Bagikan Pengalaman Misa Kudus bersama Paus Fransiskus

Kedatangan Paus Fransiskus, pemuka agama Katolik tertinggi di dunia menjadi sorotan di media masa Indonesia. Sosok Margareta Rosemary yang akrab dipanggil Rosa, Alumnus FMIPA UGM program studi Fisika membagikan pengalaman berharganya saat mendapatkan kesempatan mengikuti Misa Kudus bersama Paus Fransiskus di Stadion Gelora Bung Karno, Jakarta. Pengalaman tersebut menjadi impian banyak umat Katolik yang mendambakan sosok bersahaja dan mulia dari Paus Fransiskus.

Misa Kudus dilaksanakan pada awal bulan September yang merupakan salah satu rangkaian Kunjungan Apostolik Bapa Suci ke Indonesia. Menurut Rosa, momen tersebut merupakan momen langka karena kunjungan Paus terakhir ke Indonesia adalah 35 tahun yang lalu yaitu pada tahun 1989. Pada momen tersebut, tentunya Rosa belum lahir.

“Bersyukur atas pengalaman iman ini, Saya semakin diteguhkan akan kesatuan Gereja Katolik. “Viva il Papa! Viva Papa Francesco! Welcome to Indonesia Papa Francesco”. Delapan puluh tujuh ribu umat Katolik dari seluruh penjuru tanah air antusias bersorak menyambut Bapa Paus di GBK. Misa kudus berjalan dengan hikmat dan penuh syukur. Salah satu pesan Bapa Suci yang saya bawa pulang:  Jangan lelah untuk terus menabur kebaikan, walaupun kita belum tentu menuai hasilnya. Kiranya pesan ini juga baik untuk bangsa kita yang Bhinneka Tunggal Ika. Benih-benih kebaikan mempererat persaudaraan dan kesatuan kita sebagai Bangsa Indonesia,” papar Rosa.

Rosa juga bercerita mengenai pengalaman yang didapat setelah rangkaian misa usai.

“Setelah rangkaian misa kudus selesai, kami semua pulang dengan penuh suka cita dan siap diutus menabur kebaikan. Acara berlangsung sampai malam, dari semua orang yang saya jumpai tidak ada satupun yang mengeluh lelah apalagi menyesal menjadi bagian dari momen bersejarah ini. Hari itu begitu mudah mendapatkan foto bagus, kegembiraan ‘overflow’ dari dalam hati kami,” ungkap Rosa.

Dalam hal ini Rosa memiliki harapan bahwa semoga teladan kesederhanaan Bapa Paus dan pesan untuk senantiasa menabur kebaikan selalu mengutamakan dialog dalam keberagaman menginspirasi banyak orang. Dari cerita Alumnus FMIPA tersebut menjadi cerminan dari SDGs nomor 16 yaitu Perdamaian, Keadilan, dan Kelembagaan yang Tangguh melalui pesan damai yang disampaikan agar tidak menimbulkan konflik di Indonesia khususnya konflik antar umat beragama.

Penulis: Febriska Noor Fitriana
Dokumentasi: Margareta Rosemary

Read More

Hari Solidaritas Jilbab Internasional, Mahasiswi FMIPA UGM Berbagi Cerita Menarik Tentang Berjilbab

Dalam rangka memperingati momen Solidaritas Jilbab Internasional, sejumlah mahasiswi FMIPA UGM turut membagikan cerita dan pengalaman mereka dalam menggunakan jilbab serta pandangan mereka mengenai jilbab. Hal ini disampaikan oleh Ainun, Nabila, dan Meila yang menceritakan mulai dari makna, model jilbab kesukaan, tantangan, dan harapan.

https://www.instagram.com/p/C_fGPdlyRUf/

Pada topik pertama, makna jilbab menurut Ainun adalah identitas sebagai Muslimah sedangkan menurut Nabila jilbab adalah untuk untuk menutup aurat terutama di bagian dada dan kepala dan menurut Meila hijab dimaknai sebagai pelindung dan penjaga diri sebagai seorang Muslimah.

“Aku pake bahan scuba atau pashima atau bahan kaos juga,” papar Nabila

“Aku pakenya model ini yang modelnya bisa ke kanan dan ke kiri intinya bisa menutup dada,” papar Meila.

Selanjutnya, mereka menceritakan mengenai warna kesukaan mereka yang didominasi warna hitam karena adanya anggapan warna yang cukup mudah dipadu-padankan dengan pakaian mereka terutama untuk kuliah.

“Warnaku mungkin jadi warna favorit orang kali ya, Aku sukanya item atau abu-abu,” papar Ainun.

Hal tersebut turut diamini oleh Nabila dan Melia dengan preferensi warna terang lainnya.

“Aku sih sama hitam, tapi Aku sama krem karena menurutku kedua warna tersebut masuk ke semua warna baju yang sering aku pake,” tutur Nabila.

“Aku juga sama warna hitam sama dusty pink karena warnanya lebih cerah dan lucu aja kalau dipake,” ujar Meila.

Selain itu, ketiga mahasiswa tersebut turut membagikan mengenai tantangan yang dialami sebagai seseorang yang menggunakan jilbab.

“Mungkin kalau aku angin kali ya. Kalau naik motor hijab tuh rawan banget terbang gitu. Jadi, rawan banget auratnya kelihatan,” papar Ainun.

“Kalau aku mungkin kalau pas wudhu kan ya kena air jadi agak basah,” kata Meilia.

Dalam menutup cerita, mereka turut menyampaikan harapan dan pesan kepada teman-teman yang sedang berusaha untuk menggunakan jilbab.

“Tetap istiqomah aja insha Allah jadi lebih baik,” kata Ainun.

“Lebih percaya diri aja karena itu versi diri kamu yang lebih baik,” kata Nabila.

“Semoga teman-teman tetap dalam lindungan Allah,” kata Meila.

Cerita pengalaman dan pandangan ketiga mahasiswa FMIPA UGM tersebut menjadi implementasi dari SDGs nomor 5 yaitu Kesetaraan Gender dan nomor 16 yaitu Perdamaian, Keadilan, dan Kelembagaan yang Tangguh dalam hak asasi manusia khususnya perempuan dalam identitas gender menggunakan hijab.

Penulis: Febriska Noor Fitriana
Gambar: Anugrah Yuwanda Atmaja

Read More

Perjuangkan Demokrasi, BEM KM FMIPA UGM Turut Ambil Bagian dalam Aksi

Aksi demonstrasi yang berlangsung pada Agustus lalu sebagai tindak lanjut dari konsolidasi Forum Cik Di Tiro menarik perhatian luas dari kalangan mahasiswa, termasuk mahasiswa FMIPA UGM. Demonstrasi ini dilakukan sebagai respons terhadap manuver DPR yang berupaya menentang putusan Mahkamah Konstitusi (MK) terkait pelaksanaan Pilkada. BEM KM FMIPA UGM turut aktif dalam merespons isu ini dengan mengkoordinasi mahasiswa FMIPA untuk berpartisipasi dalam aksi.

Asa, Direktur Jenderal Pergerakan Kementerian Kajian dan Aksi Strategis BEM KM FMIPA UGM, merupakan salah satu peserta aksi yang aktif turun ke jalan. Menurutnya, alasan mengikuti aksi ini bukan hanya karena ketertarikan pribadi terhadap politik, tetapi juga sebagai bentuk tanggung jawab moral.

“Sebagai Dirjen Pergerakan di Kastrat, Saya merasa ini adalah tanggung jawab besar. Sebagai generasi penerus bangsa, kita harus sadar dan peduli terhadap situasi politik di Indonesia,” ujar Asa.

Asa mengungkapkan bahwa aksi tersebut memberikan banyak kesan positif dan membuatnya lebih terbuka terhadap situasi politik nasional.

“Senang rasanya melihat banyak pihak, terutama mahasiswa, yang mulai sadar dan peduli. Ini menunjukkan bahwa semakin banyak dari kita yang sudah melek terhadap perpolitikan,” ujarnya dengan antusias.

Sebelum aksi, BEM KM UGM melalui Kementerian Kajian dan Aksi Strategis (Kastrat) telah menyatakan komitmennya untuk terus mengawal dan memperjuangkan demokrasi di Indonesia. Mereka bertekad memastikan bahwa keadilan ditegakkan dan suara rakyat didengar.

Kepedulian mahasiswa terhadap situasi demokrasi ini menjadi cerminan nilai-nilai Sustainable Development Goals (SDGs), khususnya poin 16 yaitu Perdamaian, Keadilan dan Kelembagaan yang Tangguh. Partisipasi mahasiswa dalam mengawal proses politik menunjukkan upaya mereka dalam mendorong transparansi dan akuntabilitas pemerintah, mendorong terciptanya masyarakat yang damai, inklusif, dan berkeadilan.

Penulis: Meitha Eka Nurhasanah
Editor: Febriska Noor Fitriana
Dokumentasi: Asa Qurrota Aina

Read More

Cerita Rosa, Alumnus FMIPA UGM Bagikan Pengalaman Misa Kudus bersama Paus Fransiskus

Kedatangan Paus Fransiskus, pemuka agama Katolik tertinggi di dunia menjadi sorotan di media masa Indonesia. Sosok Margareta Rosemary yang akrab dipanggil Rosa, Alumnus FMIPA UGM program studi Fisika membagikan pengalaman berharganya saat mendapatkan kesempatan mengikuti Misa Kudus bersama Paus Fransiskus di Stadion Gelora Bung Karno, Jakarta. Pengalaman tersebut menjadi impian banyak umat Katolik yang mendambakan sosok bersahaja dan mulia dari Paus Fransiskus.

Misa Kudus dilaksanakan pada awal bulan September yang merupakan salah satu rangkaian Kunjungan Apostolik Bapa Suci ke Indonesia. Menurut Rosa, momen tersebut merupakan momen langka karena kunjungan Paus terakhir ke Indonesia adalah 35 tahun yang lalu yaitu pada tahun 1989. Pada momen tersebut, tentunya Rosa belum lahir.

“Bersyukur atas pengalaman iman ini, Saya semakin diteguhkan akan kesatuan Gereja Katolik. “Viva il Papa! Viva Papa Francesco! Welcome to Indonesia Papa Francesco”. Delapan puluh tujuh ribu umat Katolik dari seluruh penjuru tanah air antusias bersorak menyambut Bapa Paus di GBK. Misa kudus berjalan dengan hikmat dan penuh syukur. Salah satu pesan Bapa Suci yang saya bawa pulang:  Jangan lelah untuk terus menabur kebaikan, walaupun kita belum tentu menuai hasilnya. Kiranya pesan ini juga baik untuk bangsa kita yang Bhinneka Tunggal Ika. Benih-benih kebaikan mempererat persaudaraan dan kesatuan kita sebagai Bangsa Indonesia,” papar Rosa.

Rosa juga bercerita mengenai pengalaman yang didapat setelah rangkaian misa usai.

“Setelah rangkaian misa kudus selesai, kami semua pulang dengan penuh suka cita dan siap diutus menabur kebaikan. Acara berlangsung sampai malam, dari semua orang yang saya jumpai tidak ada satupun yang mengeluh lelah apalagi menyesal menjadi bagian dari momen bersejarah ini. Hari itu begitu mudah mendapatkan foto bagus, kegembiraan ‘overflow’ dari dalam hati kami,” ungkap Rosa.

Dalam hal ini Rosa memiliki harapan bahwa semoga teladan kesederhanaan Bapa Paus dan pesan untuk senantiasa menabur kebaikan selalu mengutamakan dialog dalam keberagaman menginspirasi banyak orang. Dari cerita Alumnus FMIPA tersebut menjadi cerminan dari SDGs nomor 16 yaitu Perdamaian, Keadilan, dan Kelembagaan yang Tangguh melalui pesan damai yang disampaikan agar tidak menimbulkan konflik di Indonesia khususnya konflik antar umat beragama.

Penulis: Febriska Noor Fitriana
Dokumentasi: Margareta Rosemary

Read More

Hari Solidaritas Jilbab Internasional, Mahasiswi FMIPA UGM Berbagi Cerita Menarik Tentang Berjilbab

Dalam rangka memperingati momen Solidaritas Jilbab Internasional, sejumlah mahasiswi FMIPA UGM turut membagikan cerita dan pengalaman mereka dalam menggunakan jilbab serta pandangan mereka mengenai jilbab. Hal ini disampaikan oleh Ainun, Nabila, dan Meila yang menceritakan mulai dari makna, model jilbab kesukaan, tantangan, dan harapan.

https://www.instagram.com/p/C_fGPdlyRUf/

Pada topik pertama, makna jilbab menurut Ainun adalah identitas sebagai Muslimah sedangkan menurut Nabila jilbab adalah untuk untuk menutup aurat terutama di bagian dada dan kepala dan menurut Meila hijab dimaknai sebagai pelindung dan penjaga diri sebagai seorang Muslimah.

“Aku pake bahan scuba atau pashima atau bahan kaos juga,” papar Nabila

“Aku pakenya model ini yang modelnya bisa ke kanan dan ke kiri intinya bisa menutup dada,” papar Meila.

Selanjutnya, mereka menceritakan mengenai warna kesukaan mereka yang didominasi warna hitam karena adanya anggapan warna yang cukup mudah dipadu-padankan dengan pakaian mereka terutama untuk kuliah.

“Warnaku mungkin jadi warna favorit orang kali ya, Aku sukanya item atau abu-abu,” papar Ainun.

Hal tersebut turut diamini oleh Nabila dan Melia dengan preferensi warna terang lainnya.

“Aku sih sama hitam, tapi Aku sama krem karena menurutku kedua warna tersebut masuk ke semua warna baju yang sering aku pake,” tutur Nabila.

“Aku juga sama warna hitam sama dusty pink karena warnanya lebih cerah dan lucu aja kalau dipake,” ujar Meila.

Selain itu, ketiga mahasiswa tersebut turut membagikan mengenai tantangan yang dialami sebagai seseorang yang menggunakan jilbab.

“Mungkin kalau aku angin kali ya. Kalau naik motor hijab tuh rawan banget terbang gitu. Jadi, rawan banget auratnya kelihatan,” papar Ainun.

“Kalau aku mungkin kalau pas wudhu kan ya kena air jadi agak basah,” kata Meilia.

Dalam menutup cerita, mereka turut menyampaikan harapan dan pesan kepada teman-teman yang sedang berusaha untuk menggunakan jilbab.

“Tetap istiqomah aja insha Allah jadi lebih baik,” kata Ainun.

“Lebih percaya diri aja karena itu versi diri kamu yang lebih baik,” kata Nabila.

“Semoga teman-teman tetap dalam lindungan Allah,” kata Meila.

Cerita pengalaman dan pandangan ketiga mahasiswa FMIPA UGM tersebut menjadi implementasi dari SDGs nomor 5 yaitu Kesetaraan Gender dan nomor 16 yaitu Perdamaian, Keadilan, dan Kelembagaan yang Tangguh dalam hak asasi manusia khususnya perempuan dalam identitas gender menggunakan hijab.

Penulis: Febriska Noor Fitriana
Gambar: Anugrah Yuwanda Atmaja

Read More
Translate