Pemanfaatan energi nuklir saat ini semakin meluas dengan digunakannya energi ini di berbagai fasilitas publik seperti rumah sakit. Di tengah kondisi tersebut, pengawasan pemanfaatan nuklir menjadi hal yang penting untuk diperhatikan demi menjaga keselamatan para pengguna, masyarakat, serta lingkungan. Seiring dengan perkembangan teknologi, metode pengawasan nuklir pun semakin berkembang menjadi pengawasan yang berbasis teknologi informasi yang diberi nama Balis online.
“Balis Online merupakan sistem informasi berbasis web yang dibangun dengan perangkat lunak berbasis open source guna mendukung kegiatan pengawasan pemanfaatan tenaga nuklir mulai dari proses perizinan fasilitas radiasi dan zat radioaktif, inspeksi fasilitas tersebut, sertifikasi uji kesesuaian pesawat sinar-X, dan data pekerja radiasi,” ujar Deputi Bidang Perizinan dan Inspeksi Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN), Khoirul Huda, Selasa (1/8) di Fakultas MIPA UGM.
Guna memudahkan pengurusan perizinan, diselenggarakan Sistem Perizinan online 2.0 dan On The Spot Licensing. Dengan penerapan teknologi informasi melalui Balis Online ini diharapkan para pemegang izin pemanfaatan ketenaganukliran, khususnya di bidang kesehatan, dapat mengajukan permohonan izin dengan sistem online tanpa harus membuang waktu, uang, dan tenaga terlalu banyak.
“Meski caranya online tapi bukan berarti langsung otomatis diizinkan. Pasti tetap ada evaluasi,” imbuhnya.
Tidak hanya itu, ada pula aplikasi Balis Inspeksi Online 2.0 yang mengubah paradigma pelaksanaan inspeksi dari model konvensional menjadi model inspeksi partisipatif oleh para pengguna, serta Balis pekerja online sebagai pangkalan data untuk mengetahui pekerja radiasi yang ada di Indonesia.
Hal ini ia sampaikan dalam Seminar Keselamatan Nuklir dengan tema “Pengawasan Pemanfaatan Tenaga Nuklir Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi Publik” yang diselenggarakan atas kerja sama antara UGM dan BAPETEN.
Kepala BAPETEN, Prof. Dr. Ir. Jazi Eko Istiyanto, M.Sc., IPU., menyatakan bahwa seminar yang telah telah diadakan sejak tahun 2000 ini untuk pertama kalinya diselenggarakan di kampus untuk meningkatkan kesadaran dan pemahaman masyarakat mengenai pemanfaatan nuklir.
“Baru kali ini seminar ini diadakan di luar BAPETEN, supaya hal ini jadi topik bahasan banyak orang, tidak hanya di Batan atau BAPETEN,” ujarnya.
Eko menambahkan, meski seminar ini berjudul keselamatan nuklir, namun pembicara dan peserta yang diundang bukan hanya berasal dari kalangan yang secara langsung memanfaatkan nuklir, tetapi juga akademisi serta praktisi dari bidang-bidang lain yang dapat turut memberikan andil kepada perbaikan-perbaikan dalam pemanfaatan tenaga nuklir di Indonesia.
“Ini sudah bukan sekadar masalah nuklir lagi. Kami mengundang banyak pakar tidak hanya dari bidang nuklir. Dengan sebanyak mungkin orang yang paham, harapan kita partisipasi masyarakat juga jadi lebih efektif,” jelas Eko.
Hal ini pun mendapat sambutan baik dari Wakil Rektor UGM Bidang Usaha Kerja Sama dan Alumni, Dr. Paripurna, S.H., M.Hum., LL.M. Ia menyatakan, sebagai perguruan tinggi yang juga telah melakukan berbagai riset di bidang nuklir, UGM siap untuk membantu pemerintah dalam mengembangkan pemanfaatan tenaga nuklir secara aman.
“Perhatian kami terhadap pengembangan nuklir sangat besar karena ini juga untuk kemajuan kita. Dengan semakin maraknya penggunaan nuklir, tentu pengawasannya juga harus semakin ketat,” ujar Paripurna. (Humas UGM/Gloria)
Sumber