Bisa kuliah di Salah satu universitas terbaik di negeri ini, seperti UGM, tentu saja menjadi cita-cita hampir sebagian besar lulusan sekolah menengah atas. Cita-cita yang sama yang pernah saya impikan ketika saya hampir sampai pada garis ujung pendidikan menengah saya. Dan keberuntungan pun memihak kepada saya, ketika saya dinyatakan lulus seleksi penjaringan bibit unggul daerah (PBUD) di Universitas Gadjah Mada, Fakultas Matematika Pengetahuan Alam, Jurusan matematika, Program Studi Ilmu Komputer. Saya tidak bisa menggambarkan secara tertulis betapa antusias, senang, gugup, tidak sabar nya saya untuk segera memasuki periode baru perjalanan belajar saya. Ya, kombinasi perasaan yang tidak bisa dideskripsikan dalam satu kata.
Ketika perjalanan kuliah dimulai, sebagai mahasiswa baru banyak hal lain yang harus saya pelajari selain materi kuliah. Belajar jauh dari orang tua, belajar mengelola uang, belajar bertanggung jawab pada diri sendiri, belajar dewasa dengan pilihan. Intinya bagi saya, kuliah adalah proses pembelajaran hidup multi dimensi. Dua semester awal saya habiskan bersama teman-teman menekuni mata kuliah dasar, dan pada saat itu banyak diantara teman-teman satu angkatan yang mengeluhkan banyaknya materi kuliah dasar yang berbau matematika. Mereka nampaknya mempunyai harapan yang melimpah tentang kuliah dengan materi nan canggih tentang informatika dan komputasi. Saya? Saya memilih mempelajari semua materi dengan tenang, tanpa banyak bertanya walaupun saya waktu itu juga tidak mengerti betul apa gunanya ilmu dasar tersebut. Saya bisa menemukan jawaban atas pertanyaan itu hanya ketika saya sudah mulai bekerja. Setelah menginjak tahun kedua dan ketiga, mulai banyak pilihan mata kuliah dengan materi beragam. Saya dan teman-teman satu angkatan mulai “berpisah” sesuai dengan aspirasi masing-masing. Saya masih setia dengan kecintaan saya terhadap angka-angka. Matematika Diskrit, Metode Simulasi, Metode Numerik menjadi mata kuliah favorit saya. Tentu saja saya juga mengambil mata-kuliah komputasi lain. Sebagai mahasiswa program studi Ilmu Komputer pilihan saya dianggap agak aneh oleh teman-teman. Tidak mengapa, saya berusaha dewasa dalam pilihan dan tidak mau ikut-ikutan. Seandainya saya tidak punya batasan waktu, tentu sudah saya ambil semua mata kuliah yang ditawarkan. Tetapi dalam keterbatasan waktu (karena saya tidak mau terlalu lama membebani orang tua), Saya harus memilih mata kuliah yang saya yakini akan memperlangkapi saya menghadapi kehidupan sebenarnya paska kuliah. Dua setengah tahun pertama saya lewatkan di kampus dengan cepat. Saya tidak banyak meluangkan waktu untuk bersosialisasi dan berorganisasi. Kampus, perpustkaaan, laboratorium dan rumah pondokan adalah empat tempat yang mendominasi setting kehidupan saya waktu itu. Hasilnya tidak mengecewakan. Indeks prestasi saya tidak pernah kurang dari 3.5. Paling tidak orang tua saya dirumah bisa tersenyum tenang setiap kali mendapat kopian hasil belajar satu semester. Paling tidak mereka bisa tenang bahwa anaknya benar-benar belajar. Menginjak tahun ketiga, saya mulai belajar berorganisasi. Rasanya cukup terlambat, namun sekali lagi itu masalah pilihan. Saya memilih waktu yang saya anggap tepat untuk belajar sesuatu. Saya bergabung dan aktif di beberapa organisasi kemahasiswaan dan belajar proses berinteraksi, berkomunikasi, memetakan dan mengelola kepentingan dan banyak hal lagi yang saya pelajari. Saya juga bergabung dengan beberapa organisasi nirlaba dengan orientasi sosial untuk lebih menajamkan kepekaan saya sebagai manusia. Semuanya berjalan dengan sangat cepat. Tidak terasa saya sudah mulai menginjak tahun keempat kuliah ketika saya harus mulai mengerjakan tugas akhir. Saya beruntung bisa mendapatkan dosen pembimbing tugas akhir bapak Retantyo Wardoyo. Saya ingat waktu itu beliau baru pulang dari Inggris. Setelah berdiskusi beberapa kali, akhirnya pak Yoyok menyetujui usulan judul skripsi saya : pendekatan probablitas untuk penyelesaian problem ketidakpastian, sebuah materi dalam domain artificial intelligence. Sekali lagi, pilihan saya ini membuktikan kecintaan saya terhadap angka. Kurang lebih satu tahun saya mengerjakan skripsi, sempat terputus karena saya harus mengambil kuliah kerja nyata, sebelum akhirnya saya dinyatakan lulus ujian tugas akhir. Sebuah momen yang agak menakutkan bagi saya karena dalam ujian skrispsi tersebut hadir pak Suparno, Satu-satunya dosen yang meninggalkan kenang-kenangan satu nilai C dalam transkrip nilai kuliah saya. Saya harus berterimakasih kepada banyak nama yang telah membantu saya dalam menyelesaikan skripsi. Wayan, Yosep, Dodi, Agus Budianto, Angelina Dewi dan banyak nama lain yang saya anggap berjasa besar dalam proses skripsi. Bulan Oktober 1997 saya dinyatakan lulus dari kampus yang 4 tahun sebelumnya saya impikan untuk proses belajar. Saya hampir tidak percaya bahwa saya sudah sampai diujung perjalanan dengan perasaan yang bercampur, antara senang karena satu tahap pembelajaran saya sudah selesai tetapi sekaligus juga sedih karena rasanya belum banyak yang saya pelajari. Karena satu dan lain hal baru di bulan Februari 1998 saya bisa mengikuti wisuda dan saya menjadi lulusan terbaik fakultas MIPA dan duduk dideretan paling depan bersama dengan lulusan terbaik dari masing-masing fakultas. Sebuah kebanggan tersendiri, terlepas saya masih kebingungan mencari pendamping wisuda saat itu. Saya hanya bisa tersenyum sepanjang waktu. A very precious moment
Beberapa hari setelah wisuda saya mendapatkan surat dari PT. Freeport Indonesia yang menyatakan bahwa saya lolos mengikuti program management trainee di perusahaan tersebut dengan lokasi kerja di irian Jaya. Saya pun menjalani babak baru kehidupan saya, beralih dari mahasiswa menjadi pekerja. Bulan maret 1998 saya berangkat ke irian bersama dengan 34 orang peserta management trainee lain dari seluruh Indonesia. Ada beberapa rekan alumni UGM yang menjadi management trainee satu angkatan dengan saya. Penempatan pertama saya sebagai management trainee adalah di departemen environmental. Agak aneh memang. Saya adalah lulusan Matematika-Ilmu komputer tetapi ditugaskan membantu departemen yang mengurusi lingkungan hidup. Enam bulan pertama, tugas saya adalah mengimplementasikan system informasi laboratorium. Bekerja sama dengan rekan dari departemen MIS, saya mengimplementasikan system yang baru dibeli tersebut sekaligus bertugas untuk mengoperasikannya. Banyak hal yang saya pelajari dalam enam bulan tersebut, lebih dari sekedar implementasi system informasi tetapi juga tentang organisasi proyek, manajemen perubahan dan masih banyak lagi. Satu hal, yang membuat saya merasa bersyukur saya belajar metode numerik, adalah ketika saya harus mencari korelasi antara beberapa parameter lingkungan untuk keperluan pemantauan dan pengendalian dampak lingkungan. Itulah saat dimana saya menemukan jawaban atas pertanyaan saya dahulu diawal kuliah. Kenapa saya harus belajar mata kuliah-mata kuliah ini? Saya menyadari bahwa mata kuliah tersebut memberikan landasan logika yang kuat bagi saya untuk menjadi “problem solver” bukan hanya sekedar menjadi programmer atau system analyst. Dan di beberapa tugas lain, saya kembali membuktikan ampuhnya ilmu-ilmu yang saya pelajari. Setelah satu tahun menjadi management trainee, saya kemudian diangkat menjadi karyawan tetap di PT. Freeport Indonesia di awal 1999. Waktu berjalan dengan cepat dan saya pun beruntung mendapatkan beberapa penugasan yang menjadi arena pembuktian saya sebagai problem solver.
DI akhir tahun 2000, saya mulai berpikir kembali tentang keinginan saya dan prioritas saya. Saya ingin belajar lagi. Doa dan keinginan dijawab Tuhan ketika saya mendapatkan beasiswa untuk mengambil program master di University of New South Wales Australia. Dalam waktu kurang lebih satu setengah tahun saya berhasil menyelesaikan program master saya di bidang engineering science dengan predikat sangat memuaskan. Tahun 2002 saya kembali ke Indonesia dan berusaha menekuni pekerjaan yang lebih berkaitan dengan Information Technology. Dalam waktu dua tahun dari 2002 sampai 2004 saya bekerja di dua perusahaan IT : Sigma dan Fujitsu sebagai system analyst dan solution architect. Tahun 2004 awal saya kembali bekerja di dunia tambang dengan bergabung di Newmont Nusa Tenggara, Perusahaan Tambah Copper dan Gold yang beroperasi di Nusa Tenggara Barat. Kurang lebih 6 bulan saya bekerja di Newmont sebelum akhirnya saya pindah ke perusahaan dimana saya bekerja saat ini : PT Vale Indonesia ( Atau dulunya di kenal dengan PT. Inco), perusahan penambangan dan pemprosesan nickel yang merupakan bagian dari Vale global, perusahaan pertambangan terbesar kedua di dunia. Di Vale, seolah passion dan aspirasi personal saya berjodoh dengan kultur dan nilai perusahaan. Secara perlahan saya menapaki jenjang karir di perusahaan yang sangat menjunjung tinggi nilai “value the people ini”. Di tahun 2005, satu tahun setelah saya bergabung dengan perusahaan saya mendapatkan kesempatan untuk menduduki salah satu posisi manager di departemen IT. Saya belajar banyak tentang kualitas kepemimpinan, pengembangan karyawan, organizational savvy dan banyak hal lain yang menjadi bekal berharga untuk perjalanan karir saya. DI tahun 2007, dua tahun setelah saya menduduki posisi manager, kesempatan lain datang. Saya dipercaya menjadi General manager departemen IT. Jabatan puncak di perusahaan ini di bidang IT. Saya pun semakin belajar banyak. Satu hal yang saya pahami ketika itu adalah bahwa keberadaan kita disebuah perusahaan dinilai dari seberapa besar nilai tambah yang kita bisa berikan kembali kepada perusahaan dan ketika kita berbicara sebuah nilai tambah, kita tidak berbicara tentang seberapa canggih dan instrument IT yang dimiliki perusahaan, seberapa banyak proses yang sudah terautomasi, seberapa bagus tampilan situs intranet dan internet perusahaan. Kita berbicara mengenai “bottom line impact” yang bisa diberikan untuk setiap US$ yang dikeluarkan perusahaan untuk IT. Dalam periode 2007-2009 saya dan tim mendapatkan beberapa penghargaan diantaranya : The Best CIO in mining & Energy sector dari majalah warta ekonomi. Ten best Indonesian CIO dari majalah SWA dan e-company award dari majalah warta ekonomi. Di tahun 2009, kembali saya mendapatkan kesempatan lain untuk “belajar” dan memberikan kontribusi kepada perusahaan diluar IT. Saya dipercaya untuk menjadi Senior General Manager Shared Service Operation yang mengelola semua kegiatan transaksional perusahaan meliputi : IT services, HR services, Procurement Services dan financial services. Itu adalah tantangan besar buat saya mengingat saya tidak mempunyai pengalaman dibidang-bidang tersebut. Tetapi saya yakin bahwa saya mempunyai modal yang cukup untuk belajar dengan cepat dan menguasai bidang-bidang tersebit : modal logika dasar yang baik. Dan benar terbukti, dalam waktu satu tahun implementasi shared service di perusahaan bisa diselesaikan dan berbagai peningkatan kualitas layanan tranksasional bisa dilakukan. Tahun 2010 adalah tahun yang sangat berarti bagi saya secara karir professional. Di usia saya yang menginjak 35 tahun, saya diangkat menjadi anggota dewan direksi perusahaan. Sebuah kepercayaan yang luar biasa besar yang disampirkan pemegang saham dipundak saya. Saya bertanggung jawab mengelola hampir semua area non-produksi : IT, HR, Supply Chain, Business Support, Facility Services, Medical Services, Security Services, Education Services. Area kerja yang meliputi spektrum bisnis yang sangat lebar. Dan kembali kematangan saya sebagai seorang professional di uji. Saya tidak lagi hanya bertugas untuk mendukung pencapaian sasaran perusahaan, saya juga harus menjadi tampil sebagai wajah perusasahaan bagi pemegang kepentingan eksternal. Di tahun 2011, saya diangkat menjadi wakil presiden direktur perusahaan sampai sekarang.
Ketika saya mencoba mengingat kembali perjalanan saya dari awal, ketika saya mulai masuk kampus berlabel kampus rakyat, ketika saya mengalami kebingungan tentang mata kuliah apa yang harus saya pilih, ketika saya harus pergi ke irian untuk memulai karir saya, saya sendiri tidak percaya bahwa saya bisa sampai pada titik dimana saya berada sekarang. Saya yakin bahwa Tuhan berperan dan bekerja mendukung saya dan saya yakin bahwa juga sudah mengupayakan yang terbaik. Pencapaian ini adalah buah dari kerja keras dan totalitas. Buah dari kesabaran dan komitmen. Buah dari rentetan keputusan yang saya ambil. Ini adalah sepenggal kecil cerita saya, proses belajar saya yang saya sudah lewati. Saya pun masih harus banyak belajar. Proses itu tidak akan pernah selesai. Masih banyak harapan dan keinginan yang ingin saya capai secara pribadi maupun secara professional.
Untuk teman-teman yang masih menjalani kuliah, atau baru lulus..jangan pernah merasa “mediocre” karena menjadi lulusan MIPA, atau merasa lebih kecil dibanding lulusan dari Universitas lain.Berikan komitmen terbaik ketika teman-teman belajar dikampus, dan perluas cakrawala wawasan dengan berbagai cara yang anda bisa dapatkan. Saya selalu bangga memperkenalkan diri di forum profesi baik ditingkat nasional mapun internasional bahwa saya adalah lulusan dari jurusan Matematika UGM. Itu dalah bagian identitas saya, yang mendefinisikan siapa saya saat ini. Tidak ada batasan dalam karir selama anda mau mengeksplorasi potensi diri dan tidak menaruh diri anda dalam kotak karir yang sempit. Jangan hanya karena anda lulusan matematika, kimia, fisika kemudian anda enggan belajar subyek yang lain. Jangan hal itu memebuat anda berpikir bahwa lapangan pekerjaan anda terbatas. Apa yang anda pelajari di kampus, semua logika dasar yang ditempakan, itu adalah modal yang sangat berharga untuk menjadi apapun yang anda mau. Saya sudah menjalani proses itu, dan masih banyak hal yang saya ingin lakukan, masih panjang perjalanan saya dan saya yakin bahwa saya bisa mencapainya. Saya masih se-antusias, se-gugup dan se-tidaksabar untuk belajar, seperti ketika saya menapakkan kaki saya pertama kali di kampus MIPA.
Bravo MIPA UGM !!
Sorowako, 1 Maret 2014
Bernardus Irmanto
Alumni Jurusan Matematika, Program Studi Ilmu Komputer Angkatan 1993
Deputy President Director, PT. Vale Indonesia, tbk