Search
Search
Search

Agustus 26, 2024

Dorong Gaya Hidup Sehat, FMIPA Kembali Gelar Senam dan Pengecekan Kesehatan Mata

FMIPA UGM rutin gelar senam dan pelayanan kesehatan dalam rangka mendorong gaya hidup sehat baik bagi pegawai, dosen, atau mahasiswa di lapangan basket FMIPA UGM. Agenda dimulai dengan senam pagi dan dilanjutkan dengan pengecekan kesehatan mata pada Jumat 23 Agustus 2024.

“Rasanya lebih fresh, lebih enteng badannya. Bergerak lebih banyak karena day by day kan duduk di depan komputer,” papar Selly Rosiani selaku pegawai FMIPA UGM.

Selepas senam, tersedia makanan sehat berupa rebusan jagung, kacang kedelai, serta air putih untuk dikonsumsi peserta senam.

“Rasanya lebih sehat, lebih seger, dan lebih bugar. Harapannya, bisa rutin diadakan setiap minggu,” papar Shanti selaku pegawai FMIPA UGM.

Pemeriksaan kesehatan mata dapat dilakukan di Selasar FMIPA UGM yang berlokasi bersebrangan dengan lokasi senam.

“Pemeriksaan mata itu 6 bulan sekali untuk deteksi mata minus, silinder, indikasi katarak, dan gula mata. Targetnya semua sivitas akademika di FMIPA. Harapannya, mereka bisa lebih menjaga kesehatan mata,” papar Hafid selaku petugas pemeriksa kesehatan mata dari Arsen Kacamata.

Kegiatan senam dan pengecekan kesehatan mata ini berpeluang dalam meningkatkan kesadaran terhadap penyakit tidak menular seperti tekanan darah tinggi dan obesitas sehingga merupakan wujud nyata dari poin 3 SDGs di bidang Kehidupan Sehat dan Sejahtera. Selain itu, kegiatan tersebut turut berkontribusi dalam jaminan pelayanan kesehatan bagi masyarakat kampus untuk dapat melakukan pencegahan atau deteksi dini penyakit yang berisiko. Harapannya, kegiatan ini akan terus mendorong kesadaran kesehatan di lingkungan FMIPA UGM sehingga tercipta kondisi kampus yang sehat.

Penulis: Febriska Noor Fitriana
Dokumentasi: Danendra Azriel Ramdhany

Read More

Mengenal Hanafi, Mahasiswa FMIPA UGM Mahir dalam Lomba Pewara Bahasa Jawa

Usai perlombaan Pewara Bahasa Jawa atau pranatacara yang diselenggarakan FMIPA UGM pada Jumat, 23 Agustus 2024 di Selasar Auditorium FMIPA UGM, Hanafi, salah satu peserta lomba membagikan kisah dan pengalamannya dalam menjadi pewara berbahasa Jawa. Mahasiswa Kimia S1 angkatan 2022 tersebut telah menggeluti dunia pewara bahasa Jawa sejak di bangku kuliah yaitu pada tahun 2021.

“Saya biasanya nge-MC di kampung seperti acara lelayu, pengajian, merti dusun (syukuran desa). Ikut lomba di Sleman di kategori pranatacara umum, remaja, dan macapat (menyanyikan lagu bahasa Jawa) di bawah Dinas Kebudayaan Kabupaten Sleman,” papar Hanafi.

Hanafi juga bercerita bahwa dirinya mengikuti sanggar untuk pewara di Sanggar Genggong. Selain belajar menjadi pewara, di sanggar tersebut dirinya juga mengembangkan bakat menyanyikan lagu berbahasa jawa atau disebut dengan macapat. Walaupun dirinya sudah terbiasa menjadi pewara dengan menggunakan bahasa Jawa, ada beberapa tantangan yang dirasakan seperti menyiapkan teks acara, menyiapkan busana, dan merias diri yang dilakukan semuanya secara mandiri.

Di balik tantangan yang dihadapinya, Hanafi merasa senang karena kegiatan lomba di FMIPA UGM turut menjadi ajang untu berlatih lebih lanjut bagi Hanafi.

“Senang, soalnya ini menjadi ajang latihan dan dapat insight dari orang lain. Harapannya bisa menjadi pewara di manten (pernikahanan) adat yang ada upacara panggihnya (temu manten). Kalau ada kesempatan dan mampu dari segi waktu ya saya ingin menawarkan diri untuk menjadi pewara,” papar Hanafi.

Kegiatan lomba dan latihan rutin pranatacara atau pewara bahasa Jawa merupakan cerminan dari SDGs nomor 4 yaitu Pendidikan Berkualitas melalui peningkatan keterampilan berbicara bagi sivitas akademik di kampus. Selain itu, kegiatan tersebut merupakan cerminan dari SDGs nomor 11 yaitu Kota dan Pemukiman yang Berkelanjutan melalui pelestarian tradisi penggunaan bahasa daerah di kehidupan sehari-hari.

Penulis: Febriska Noor Fitriana
Dokumentasi: Danendra Azriel Ramdhany

Read More

Yuk Siaga Bencana dengan Siapkan Tas Siaga Bencana!

Indonesia menjadi negara dengan potensi megathrust atau gempa besar yang tinggi. Belum lagi, gempa besar tersebut jika di atas M 8 akan berpotensi diikuti oleh bencana gelombang tinggi atau tsunami. Zona megathrust sendiri tersebar hampir di berbagai penjuru Indonesia dari pulau Sumatera hingga pulau Papua. Dalam hal ini, masyarakat kerap mengalami kekhawatiran berlebih mengenai bencana yang ada. Padahal, hal yang cukup krusial bagi mereka salah satunya adalah tanggap bencana dengan menyiapkan tas siaga bencana.

Tas siaga bencana dapat disesuaikan dengan kondisi masyarakat namun dengan tetap memperhatikan barang-barang pokok yang perlu dibawa. Barang tersebut terdiri atas dokumen dan surat berharga, pakaian ganti untuk 3 hari, ponsel dan powerbank, alat penerangan, uang tunai, peluit, masker dan handsanitizer, makanan ringan yang tahan lama dan air, serta obat-obatan dan perlengkapan P3K.

Hadirnya konten infografis tas bencana menjadi cerminan dari SDGs nomor 4 yaitu peningkatan keterampilan bagi masyarakat termasuk mahasiswa mengenai wawasan kebencanaan dan menghindari arus disinformasi di media mengenai megathrust. Hal ini juga menjadi benteng literasi bagi masyarakat yang terus terpapar beragam isu-isu miring yang dikaitkan dengan megathrust. Selain itu, hal ini juga menjadi cerminan dari SDGs nomor 11 yaitu Kota dan Pemukiman yang Berkelanjutan melalui pengurangan risiko bencana terutama gempa bumi melalui edukasi yang diberikan.

Penulis: Febriska Noor Fitriana
Gambar: Dhanada Santika dan Anugrah Yuwanda Atmaja

Read More

Dorong Gaya Hidup Sehat, FMIPA Kembali Gelar Senam dan Pengecekan Kesehatan Mata

FMIPA UGM rutin gelar senam dan pelayanan kesehatan dalam rangka mendorong gaya hidup sehat baik bagi pegawai, dosen, atau mahasiswa di lapangan basket FMIPA UGM. Agenda dimulai dengan senam pagi dan dilanjutkan dengan pengecekan kesehatan mata pada Jumat 23 Agustus 2024.

“Rasanya lebih fresh, lebih enteng badannya. Bergerak lebih banyak karena day by day kan duduk di depan komputer,” papar Selly Rosiani selaku pegawai FMIPA UGM.

Selepas senam, tersedia makanan sehat berupa rebusan jagung, kacang kedelai, serta air putih untuk dikonsumsi peserta senam.

“Rasanya lebih sehat, lebih seger, dan lebih bugar. Harapannya, bisa rutin diadakan setiap minggu,” papar Shanti selaku pegawai FMIPA UGM.

Pemeriksaan kesehatan mata dapat dilakukan di Selasar FMIPA UGM yang berlokasi bersebrangan dengan lokasi senam.

“Pemeriksaan mata itu 6 bulan sekali untuk deteksi mata minus, silinder, indikasi katarak, dan gula mata. Targetnya semua sivitas akademika di FMIPA. Harapannya, mereka bisa lebih menjaga kesehatan mata,” papar Hafid selaku petugas pemeriksa kesehatan mata dari Arsen Kacamata.

Kegiatan senam dan pengecekan kesehatan mata ini berpeluang dalam meningkatkan kesadaran terhadap penyakit tidak menular seperti tekanan darah tinggi dan obesitas sehingga merupakan wujud nyata dari poin 3 SDGs di bidang Kehidupan Sehat dan Sejahtera. Selain itu, kegiatan tersebut turut berkontribusi dalam jaminan pelayanan kesehatan bagi masyarakat kampus untuk dapat melakukan pencegahan atau deteksi dini penyakit yang berisiko. Harapannya, kegiatan ini akan terus mendorong kesadaran kesehatan di lingkungan FMIPA UGM sehingga tercipta kondisi kampus yang sehat.

Penulis: Febriska Noor Fitriana
Dokumentasi: Danendra Azriel Ramdhany

Read More

Mengenal Hanafi, Mahasiswa FMIPA UGM Mahir dalam Lomba Pewara Bahasa Jawa

Usai perlombaan Pewara Bahasa Jawa atau pranatacara yang diselenggarakan FMIPA UGM pada Jumat, 23 Agustus 2024 di Selasar Auditorium FMIPA UGM, Hanafi, salah satu peserta lomba membagikan kisah dan pengalamannya dalam menjadi pewara berbahasa Jawa. Mahasiswa Kimia S1 angkatan 2022 tersebut telah menggeluti dunia pewara bahasa Jawa sejak di bangku kuliah yaitu pada tahun 2021.

“Saya biasanya nge-MC di kampung seperti acara lelayu, pengajian, merti dusun (syukuran desa). Ikut lomba di Sleman di kategori pranatacara umum, remaja, dan macapat (menyanyikan lagu bahasa Jawa) di bawah Dinas Kebudayaan Kabupaten Sleman,” papar Hanafi.

Hanafi juga bercerita bahwa dirinya mengikuti sanggar untuk pewara di Sanggar Genggong. Selain belajar menjadi pewara, di sanggar tersebut dirinya juga mengembangkan bakat menyanyikan lagu berbahasa jawa atau disebut dengan macapat. Walaupun dirinya sudah terbiasa menjadi pewara dengan menggunakan bahasa Jawa, ada beberapa tantangan yang dirasakan seperti menyiapkan teks acara, menyiapkan busana, dan merias diri yang dilakukan semuanya secara mandiri.

Di balik tantangan yang dihadapinya, Hanafi merasa senang karena kegiatan lomba di FMIPA UGM turut menjadi ajang untu berlatih lebih lanjut bagi Hanafi.

“Senang, soalnya ini menjadi ajang latihan dan dapat insight dari orang lain. Harapannya bisa menjadi pewara di manten (pernikahanan) adat yang ada upacara panggihnya (temu manten). Kalau ada kesempatan dan mampu dari segi waktu ya saya ingin menawarkan diri untuk menjadi pewara,” papar Hanafi.

Kegiatan lomba dan latihan rutin pranatacara atau pewara bahasa Jawa merupakan cerminan dari SDGs nomor 4 yaitu Pendidikan Berkualitas melalui peningkatan keterampilan berbicara bagi sivitas akademik di kampus. Selain itu, kegiatan tersebut merupakan cerminan dari SDGs nomor 11 yaitu Kota dan Pemukiman yang Berkelanjutan melalui pelestarian tradisi penggunaan bahasa daerah di kehidupan sehari-hari.

Penulis: Febriska Noor Fitriana
Dokumentasi: Danendra Azriel Ramdhany

Read More

Yuk Siaga Bencana dengan Siapkan Tas Siaga Bencana!

Indonesia menjadi negara dengan potensi megathrust atau gempa besar yang tinggi. Belum lagi, gempa besar tersebut jika di atas M 8 akan berpotensi diikuti oleh bencana gelombang tinggi atau tsunami. Zona megathrust sendiri tersebar hampir di berbagai penjuru Indonesia dari pulau Sumatera hingga pulau Papua. Dalam hal ini, masyarakat kerap mengalami kekhawatiran berlebih mengenai bencana yang ada. Padahal, hal yang cukup krusial bagi mereka salah satunya adalah tanggap bencana dengan menyiapkan tas siaga bencana.

Tas siaga bencana dapat disesuaikan dengan kondisi masyarakat namun dengan tetap memperhatikan barang-barang pokok yang perlu dibawa. Barang tersebut terdiri atas dokumen dan surat berharga, pakaian ganti untuk 3 hari, ponsel dan powerbank, alat penerangan, uang tunai, peluit, masker dan handsanitizer, makanan ringan yang tahan lama dan air, serta obat-obatan dan perlengkapan P3K.

Hadirnya konten infografis tas bencana menjadi cerminan dari SDGs nomor 4 yaitu peningkatan keterampilan bagi masyarakat termasuk mahasiswa mengenai wawasan kebencanaan dan menghindari arus disinformasi di media mengenai megathrust. Hal ini juga menjadi benteng literasi bagi masyarakat yang terus terpapar beragam isu-isu miring yang dikaitkan dengan megathrust. Selain itu, hal ini juga menjadi cerminan dari SDGs nomor 11 yaitu Kota dan Pemukiman yang Berkelanjutan melalui pengurangan risiko bencana terutama gempa bumi melalui edukasi yang diberikan.

Penulis: Febriska Noor Fitriana
Gambar: Dhanada Santika dan Anugrah Yuwanda Atmaja

Read More
Translate