Search
Search
Search

Oktober 24, 2022

Mahasiswa UGM Berdayakan Sanggar Tani Muda Melalui Sistem Kelola Tani Terintegrasi

Salah satu Tim PPK Ormawa dari Lingkar Studi Sains (LSiS) Universitas Gadjah Mada berhasil membantu meningkatkan hasil produksi pertanian dan kualitas kelembagaan sanggar tani muda di Desa Jatimulyo, Kecamatan Dlingo, Kabupaten Bantul, Yogyakarta.

Tim tersebut beranggotakan lima belas orang mahasiswa dari Fakultas MIPA dan Fakultas Teknologi Pertanian yakni Saeful Ismail, Makhasin, Salsabila, Anggitta, Dania, Dedek, Dian, Invia, Ismi, Rifqi, Raisma, Affifah, Soffira, dan Thoriq. Mereka berhasil mendukung petani muda Desa Jatimulyo dalam mewujudkan sistem kelola tani yang terintegrasi dan mampu berdampak nyata bagi masyarakat yang terberdayakan.

PPK Ormawa (Program Penguatan Kapasitas Organisasi Kemahasiswaan) merupakan program pengabdian dan pemberdayaan masyarakat yang didukung penuh oleh Kemdikbud. Dalam hal ini, Ormawa LSiS mendukung dan memberdayakan sektor pertanian Desa Jatimulyo melalui sebuah program bernama “Simphony Tani” yang didesain sebagai sekolah non formal pertanian berkurikulum untuk sanggar tani muda.

Pertani Desa Jatimulyo hanya didominasi oleh masyarakat usia lebih dari 40 tahun. Hal ini disebabkan oleh generasi mudanya yang memilih keluar daerah untuk mencari pekerjaan lain yang dianggap lebih menjanjikan. Krisis petani muda di sektor pertanian dan dominannya petani tua memiliki konsekuensi terhadap pembangunan sektor pertanian berkelanjutan, khususnya terhadap produktivitas pertanian, daya saing pasar, kapasitas ekonomi pedesaan, dan dalam jangka panjang akan mengancam ketahanan pangan serta keberlanjutan sektor pertanian.

Selain isu terkait fenomena penuaan petani dan berkurangnya tenaga kerja muda, pertanian Desa Jatimulyo juga dihadapkan dengan masalah sistem pertanian yang hanya berfokus pada peningkatan jumlah hasil produksi. Sistem tersebut hanya mengoptimalkan sumber daya alam yang ada tanpa memperhatikan sumber daya manusia, kelembagaan, dan teknologi dalam membangun pertanian berkelanjutan.

Dalam 1 tahun terakhir, gagasan strategi sistem pertanian tersebut telah diprakarsai melalui diskusi masyarakat setempat dengan menerapkan sistem tani berkelompok yang berfokus pada berbagai pelatihan pertanian disertai analisis pratanam dan masa tanam. Hal tersebut berdampak positif terhadap surplus produksi yang terlihat dari hasil panen mencapai 4 kuintal pada panen bawang merah dan terong tahun 2021. Namun demikian, sistem tani yang hanya berfokus pada faktor produksi tersebut menyebabkan terjadinya kelimpahan produksi yang tidak diimbangi dengan distribusi pemasaran hasil pertanian yang baik. Akibatnya, masyarakat Desa Jatimulyo kesulitan dalam hal memasarkan hasil produksi pertanian.

Dengan berbagai analisis permasalahan di atas, Desa Jatimulyo memiliki potensi untuk menjadi pelopor perkembangan petani muda di Desa Jatimulyo dan sekitarnya. Potensi tersebut didukung oleh tersedianya taruna tani level kecil di Desa Jatimulyo dengan kepercayaan masyarakat yang sudah terbentuk sebelumnya. Oleh karena itu, sebuah program bernama “Simphony Tani” bertemakan “Desa Pelopor Sanggar Tani” diusulkan untuk membangun pertanian agile (adaptif), terintegrasi, dan berkelanjutan melalui lembaga pemberdayaan pemuda desa produktif. Program ini merupakan bagian dari peningkatan kapasitas ormawa dengan pemberdayaan pemuda desa yang diharapkan menjadi pelopor gerakan tani muda bagi Desa Jatimulyo dan sekitarnya.

“Simphony Tani” memiliki 3 program pokok yakni pengelolaan kelembagaan sanggar tani, sistem kelola pertanian dan pemasaran terintegrasi, dan manajemen pelatihan serta pendampingan. Ketiga subprogram tersebut telah dirancang berdasarkan kondisi dan latar belakang mitra. Mitra yang dituju adalah Taruna Tani Rukun Lestari yang merupakan satu-satunya kelompok tani di Desa Jatimulyo.

Subprogram pengelolaan kelembagaan sanggar tani berkaitan dengan pengorganisasian sanggar tani muda melalui penguatan kelembagaan, upgrading anggota, dan workshop administrasi serta tata kelola lembaga. Subprogram sistem kelola pertanian dan pemasaran terintegrasi dilatarbelakangi oleh hasil tani yang kurang termanfaatkan serta sulitnya distribusi pemasaran produk hasil pertanian oleh masyarakat. Terakhir adalah subprogram manajemen pelatihan dan pendampingan yang ditujukan sebagai solusi untuk meningkatkan kualitas petani muda Desa Jatimulyo dengan adanya branding lembaga, pelatihan digital marketing, dan pelatihan pembuatan produk hasil tani.

Tim PPK Ormawa LSiS telah melakukan pendampingan pembuatan akun media sosial dengan tujuan untuk branding lembaga dan sebagai sarana pemasaran digital pada tanggal 24 Juli 2022. Pelatihan ini didampingi secara langsung oleh Tim dengan pemantauan secara berkelanjutan akun media sosial meliputi Instagram, Laman Web, Facebook, dan Shopee.

(Dokumentasi pendampingan pembuatan akun media sosial)

Pelatihan digital marketing juga telah dilakukan pada 30 Juli 2022 mengenai tips and trick digital marketing, cara mengembangkan brand, analisis SWOT, dan cara mengembangkan content marketing yang menarik. Menurut Sigit, salah satu anggota taruna tani, biasanya hasil tani hanya dijual ke pengepul dengan harga murah dan petani merasa rugi dengan tenaga yang telah dikeluarkan. Adanya pelatihan digital marketing ini, membuat celah baru bagi petani Desa Jatimulyo untuk memasarkan hasil tani mereka.

(Dokumentasi pelatihan digital marketing)

“Biasanya orang-orang sini jarang menggunakan media sosial, palingan ya hanya Facebook. Anak muda pun hanya menggunakan Shopee untuk belanja online dan engga pengguna aktif atau hanya konsumen. Dari pelatihan ini, kami jadi lebih tau cara pemasaran melalui online serta manfaat lain dari media sosial,” ungkapnya.

(Dokumentasi proses pembuatan gabin tape)

Salah satu hasil tani yang melimpah namun tidak termanfaatkan atau hanya dijual murah oleh masyarakat Desa Jatimulyo adalah singkong. Singkong biasanya hanya dijual sekitar 1500-2000 rupiah per-kilogramnya. Harga tersebut sangat tidak seimbang dengan tenaga yang dikeluarkan untuk merawat maupun perjalanan transportasi untuk menjualnya. Alhasil Tim PPK Ormawa LSiS mencoba mengoptimalkan hasil tani berupa singkong dengan membuatnya menjadi produk olahan gabin tape. Pelatihan pembuatan gabin tape telah dilakukan bersama taruna tani pada tanggal 21 Agustus 2022. Hasil dari gabin tape ini dijual secara online dengan sistem pre-order untuk memaksimalkan produksi dan mencegah kerugian karena gabin tape termasuk makanan basah yang tidak bisa bertahan lama.

(Pelatihan pembuatan manisan terong)

Selain gabin tape, produk hasil tani yang akan dioptimalkan pengolahan dan pemasarannya adalah terong dan kelapa. Terong menjadi komoditas pertanian yang cukup banyak dibudidayakan di Desa Jatimulyo. Namun, selama ini hasil pertanian terong hanya dijual dalam bentuk sayuran mentah dengan harga yang cenderung murah sehingga harga jual yang diperoleh masyarakat kurang sebanding dengan usaha yang telah dilakukan untuk budidaya terong tersebut. Selain itu, distribusi terong ke pasar terdekat juga memerlukan biaya yang tidak sedikit karena akses jalan kurang baik dan jarak tempuh yang cukup jauh.  Oleh karena itu, Tim PPK Ormawa LSiS mencanangkan program pelatihan pengolahan terong menjadi produk yang lebih diminati masyarakat sehingga nilai ekonomis terong dapat meningkat.

Produk yang dikembangkan dari terong adalah manisan. Pelatihan pembuatan manisan terong telah dilaksanakan pada 27 Agustus 2022 yang diikuti oleh taruna tani dan kelompok ibu-ibu PKK Desa Jatimulyo. Pelatihan ini mencakup pemaparan materi, praktik pembuatan manisan hingga pengemasan dan pelabelan produk.

Saeful Ismail menerangkan bahwa produk manisan terong yang dibuat diberi nama brand “Taruna” dengan alasan nama tersebut mudah diingat dan menggambarkan kelompok tani muda Desa Jatimulyo (Taruna Tani). Kedepannya, diharapkan taruna tani bisa mengembangkan brand produk manisan terong ini dengan jangkauan yang lebih luas lagi dengan menerapkan teknik-teknik marketing yang sudah didapatkan di awal program.

(Produksi VCO menggunakan alat sederhana)

Tidak hanya singkong dan terong yang menjadi komoditas utama di Desa Jatimulyo. Hasil tani Kelapa juga melimpah dan banyak dijumpai di desa ini. Salah satu produk yang bisa dikembangkan dari kelapa adalah Virgin Coconut Oil (VCO). Produk VCO dipilih karena masih jarang dikembangkan serta memiliki manfaat dari segi kesehatan. Metode pembuatan VCO yang diterapkan di awal masih sederhana dengan alat yang terjangkau, tetapi untuk keberlanjutan akan dipilih metode dan penggunaan alat yang lebih canggih sehingga produksi VCO lebih efektif dan efisien.

Selain itu, agar produksi VCO berkelanjutan dan tidak menimbulkan limbah yang mencemari lingkungan, dilakukan juga pelatihan pengolahan hasil samping produksi berupa ampas kelapa menjadi sebuah pakan ternak yang lebih bermanfaat. Pelatihan pembuatan dan pengolahan limbah VCO telah dilaksanakan pada 18 September 2022. Kegiatan ini diawali dengan penjelasan mengenai VCO dan dilanjutkan dengan praktik pembuatan VCO dan pengolahan limbahnya serta pengemasan produk VCO yang sudah jadi. Warga sangat antusias mengikuti program pelatihan ini karena masih banyak yang masih awam dengan produk VCO sehingga program ini secara tidak langsung menjadi sarana edukasi yang bermanfaat dalam menambah pengetahuan masyarakat Desa Jatimulyo khususnya anggota taruna tani.

Hasil nyata dari program ini telah dirasakan oleh masyarakat setempat khususnya Iwan, salah satu inisiator taruna tani di Desa Jatimulyo. Ia menjelaskan bahwa sebelumnya taruna tani berjalan seadanya tanpa target yang terstruktur. Kegiatan yang dilakukan hanya sebatas kumpul-kumpul dengan diskusi hasil tani masing-masing secara singkat. Permasalahan yang ada seperti hasil tani yang hanya terjual murah ataupun gagal panen tidak terbahas secara detail dan kebanyakan hanya stuck tanpa solusi yang jelas. Setelah adanya program ini masalah terkait pertanian maupun kelembagaan yang ada sedikit demi sedikit teratasi dan mampu berdampak secara langsung terhadap semangat dan produktivitas tani muda Desa Jatimulyo.

“Terima kasih kepada rekan-rekan LSiS atas sumbangsihnya yang telah membagikan ilmu dan memberikan tenaganya untuk memajukan Taruna Tani Rukun Lestari. Semoga kita bisa membangun simbiosis mutualisme yang lebih kuat lagi,” terangnya.

Kedepan program ini diharapkan mampu memberdayakan taruna tani yang ada, memberikan pengetahuan tentang pertanian untuk regenerasi petani dari usia non produktif ke usia produktif, serta pembekalan skill penunjang untuk mendukung petani yang adaptif secara berkelanjutan.

Read More

Mahasiswa UGM Berdayakan Sanggar Tani Muda Melalui Sistem Kelola Tani Terintegrasi

Salah satu Tim PPK Ormawa dari Lingkar Studi Sains (LSiS) Universitas Gadjah Mada berhasil membantu meningkatkan hasil produksi pertanian dan kualitas kelembagaan sanggar tani muda di Desa Jatimulyo, Kecamatan Dlingo, Kabupaten Bantul, Yogyakarta.

Tim tersebut beranggotakan lima belas orang mahasiswa dari Fakultas MIPA dan Fakultas Teknologi Pertanian yakni Saeful Ismail, Makhasin, Salsabila, Anggitta, Dania, Dedek, Dian, Invia, Ismi, Rifqi, Raisma, Affifah, Soffira, dan Thoriq. Mereka berhasil mendukung petani muda Desa Jatimulyo dalam mewujudkan sistem kelola tani yang terintegrasi dan mampu berdampak nyata bagi masyarakat yang terberdayakan.

PPK Ormawa (Program Penguatan Kapasitas Organisasi Kemahasiswaan) merupakan program pengabdian dan pemberdayaan masyarakat yang didukung penuh oleh Kemdikbud. Dalam hal ini, Ormawa LSiS mendukung dan memberdayakan sektor pertanian Desa Jatimulyo melalui sebuah program bernama “Simphony Tani” yang didesain sebagai sekolah non formal pertanian berkurikulum untuk sanggar tani muda.

Pertani Desa Jatimulyo hanya didominasi oleh masyarakat usia lebih dari 40 tahun. Hal ini disebabkan oleh generasi mudanya yang memilih keluar daerah untuk mencari pekerjaan lain yang dianggap lebih menjanjikan. Krisis petani muda di sektor pertanian dan dominannya petani tua memiliki konsekuensi terhadap pembangunan sektor pertanian berkelanjutan, khususnya terhadap produktivitas pertanian, daya saing pasar, kapasitas ekonomi pedesaan, dan dalam jangka panjang akan mengancam ketahanan pangan serta keberlanjutan sektor pertanian.

Selain isu terkait fenomena penuaan petani dan berkurangnya tenaga kerja muda, pertanian Desa Jatimulyo juga dihadapkan dengan masalah sistem pertanian yang hanya berfokus pada peningkatan jumlah hasil produksi. Sistem tersebut hanya mengoptimalkan sumber daya alam yang ada tanpa memperhatikan sumber daya manusia, kelembagaan, dan teknologi dalam membangun pertanian berkelanjutan.

Dalam 1 tahun terakhir, gagasan strategi sistem pertanian tersebut telah diprakarsai melalui diskusi masyarakat setempat dengan menerapkan sistem tani berkelompok yang berfokus pada berbagai pelatihan pertanian disertai analisis pratanam dan masa tanam. Hal tersebut berdampak positif terhadap surplus produksi yang terlihat dari hasil panen mencapai 4 kuintal pada panen bawang merah dan terong tahun 2021. Namun demikian, sistem tani yang hanya berfokus pada faktor produksi tersebut menyebabkan terjadinya kelimpahan produksi yang tidak diimbangi dengan distribusi pemasaran hasil pertanian yang baik. Akibatnya, masyarakat Desa Jatimulyo kesulitan dalam hal memasarkan hasil produksi pertanian.

Dengan berbagai analisis permasalahan di atas, Desa Jatimulyo memiliki potensi untuk menjadi pelopor perkembangan petani muda di Desa Jatimulyo dan sekitarnya. Potensi tersebut didukung oleh tersedianya taruna tani level kecil di Desa Jatimulyo dengan kepercayaan masyarakat yang sudah terbentuk sebelumnya. Oleh karena itu, sebuah program bernama “Simphony Tani” bertemakan “Desa Pelopor Sanggar Tani” diusulkan untuk membangun pertanian agile (adaptif), terintegrasi, dan berkelanjutan melalui lembaga pemberdayaan pemuda desa produktif. Program ini merupakan bagian dari peningkatan kapasitas ormawa dengan pemberdayaan pemuda desa yang diharapkan menjadi pelopor gerakan tani muda bagi Desa Jatimulyo dan sekitarnya.

“Simphony Tani” memiliki 3 program pokok yakni pengelolaan kelembagaan sanggar tani, sistem kelola pertanian dan pemasaran terintegrasi, dan manajemen pelatihan serta pendampingan. Ketiga subprogram tersebut telah dirancang berdasarkan kondisi dan latar belakang mitra. Mitra yang dituju adalah Taruna Tani Rukun Lestari yang merupakan satu-satunya kelompok tani di Desa Jatimulyo.

Subprogram pengelolaan kelembagaan sanggar tani berkaitan dengan pengorganisasian sanggar tani muda melalui penguatan kelembagaan, upgrading anggota, dan workshop administrasi serta tata kelola lembaga. Subprogram sistem kelola pertanian dan pemasaran terintegrasi dilatarbelakangi oleh hasil tani yang kurang termanfaatkan serta sulitnya distribusi pemasaran produk hasil pertanian oleh masyarakat. Terakhir adalah subprogram manajemen pelatihan dan pendampingan yang ditujukan sebagai solusi untuk meningkatkan kualitas petani muda Desa Jatimulyo dengan adanya branding lembaga, pelatihan digital marketing, dan pelatihan pembuatan produk hasil tani.

Tim PPK Ormawa LSiS telah melakukan pendampingan pembuatan akun media sosial dengan tujuan untuk branding lembaga dan sebagai sarana pemasaran digital pada tanggal 24 Juli 2022. Pelatihan ini didampingi secara langsung oleh Tim dengan pemantauan secara berkelanjutan akun media sosial meliputi Instagram, Laman Web, Facebook, dan Shopee.

(Dokumentasi pendampingan pembuatan akun media sosial)

Pelatihan digital marketing juga telah dilakukan pada 30 Juli 2022 mengenai tips and trick digital marketing, cara mengembangkan brand, analisis SWOT, dan cara mengembangkan content marketing yang menarik. Menurut Sigit, salah satu anggota taruna tani, biasanya hasil tani hanya dijual ke pengepul dengan harga murah dan petani merasa rugi dengan tenaga yang telah dikeluarkan. Adanya pelatihan digital marketing ini, membuat celah baru bagi petani Desa Jatimulyo untuk memasarkan hasil tani mereka.

(Dokumentasi pelatihan digital marketing)

“Biasanya orang-orang sini jarang menggunakan media sosial, palingan ya hanya Facebook. Anak muda pun hanya menggunakan Shopee untuk belanja online dan engga pengguna aktif atau hanya konsumen. Dari pelatihan ini, kami jadi lebih tau cara pemasaran melalui online serta manfaat lain dari media sosial,” ungkapnya.

(Dokumentasi proses pembuatan gabin tape)

Salah satu hasil tani yang melimpah namun tidak termanfaatkan atau hanya dijual murah oleh masyarakat Desa Jatimulyo adalah singkong. Singkong biasanya hanya dijual sekitar 1500-2000 rupiah per-kilogramnya. Harga tersebut sangat tidak seimbang dengan tenaga yang dikeluarkan untuk merawat maupun perjalanan transportasi untuk menjualnya. Alhasil Tim PPK Ormawa LSiS mencoba mengoptimalkan hasil tani berupa singkong dengan membuatnya menjadi produk olahan gabin tape. Pelatihan pembuatan gabin tape telah dilakukan bersama taruna tani pada tanggal 21 Agustus 2022. Hasil dari gabin tape ini dijual secara online dengan sistem pre-order untuk memaksimalkan produksi dan mencegah kerugian karena gabin tape termasuk makanan basah yang tidak bisa bertahan lama.

(Pelatihan pembuatan manisan terong)

Selain gabin tape, produk hasil tani yang akan dioptimalkan pengolahan dan pemasarannya adalah terong dan kelapa. Terong menjadi komoditas pertanian yang cukup banyak dibudidayakan di Desa Jatimulyo. Namun, selama ini hasil pertanian terong hanya dijual dalam bentuk sayuran mentah dengan harga yang cenderung murah sehingga harga jual yang diperoleh masyarakat kurang sebanding dengan usaha yang telah dilakukan untuk budidaya terong tersebut. Selain itu, distribusi terong ke pasar terdekat juga memerlukan biaya yang tidak sedikit karena akses jalan kurang baik dan jarak tempuh yang cukup jauh.  Oleh karena itu, Tim PPK Ormawa LSiS mencanangkan program pelatihan pengolahan terong menjadi produk yang lebih diminati masyarakat sehingga nilai ekonomis terong dapat meningkat.

Produk yang dikembangkan dari terong adalah manisan. Pelatihan pembuatan manisan terong telah dilaksanakan pada 27 Agustus 2022 yang diikuti oleh taruna tani dan kelompok ibu-ibu PKK Desa Jatimulyo. Pelatihan ini mencakup pemaparan materi, praktik pembuatan manisan hingga pengemasan dan pelabelan produk.

Saeful Ismail menerangkan bahwa produk manisan terong yang dibuat diberi nama brand “Taruna” dengan alasan nama tersebut mudah diingat dan menggambarkan kelompok tani muda Desa Jatimulyo (Taruna Tani). Kedepannya, diharapkan taruna tani bisa mengembangkan brand produk manisan terong ini dengan jangkauan yang lebih luas lagi dengan menerapkan teknik-teknik marketing yang sudah didapatkan di awal program.

(Produksi VCO menggunakan alat sederhana)

Tidak hanya singkong dan terong yang menjadi komoditas utama di Desa Jatimulyo. Hasil tani Kelapa juga melimpah dan banyak dijumpai di desa ini. Salah satu produk yang bisa dikembangkan dari kelapa adalah Virgin Coconut Oil (VCO). Produk VCO dipilih karena masih jarang dikembangkan serta memiliki manfaat dari segi kesehatan. Metode pembuatan VCO yang diterapkan di awal masih sederhana dengan alat yang terjangkau, tetapi untuk keberlanjutan akan dipilih metode dan penggunaan alat yang lebih canggih sehingga produksi VCO lebih efektif dan efisien.

Selain itu, agar produksi VCO berkelanjutan dan tidak menimbulkan limbah yang mencemari lingkungan, dilakukan juga pelatihan pengolahan hasil samping produksi berupa ampas kelapa menjadi sebuah pakan ternak yang lebih bermanfaat. Pelatihan pembuatan dan pengolahan limbah VCO telah dilaksanakan pada 18 September 2022. Kegiatan ini diawali dengan penjelasan mengenai VCO dan dilanjutkan dengan praktik pembuatan VCO dan pengolahan limbahnya serta pengemasan produk VCO yang sudah jadi. Warga sangat antusias mengikuti program pelatihan ini karena masih banyak yang masih awam dengan produk VCO sehingga program ini secara tidak langsung menjadi sarana edukasi yang bermanfaat dalam menambah pengetahuan masyarakat Desa Jatimulyo khususnya anggota taruna tani.

Hasil nyata dari program ini telah dirasakan oleh masyarakat setempat khususnya Iwan, salah satu inisiator taruna tani di Desa Jatimulyo. Ia menjelaskan bahwa sebelumnya taruna tani berjalan seadanya tanpa target yang terstruktur. Kegiatan yang dilakukan hanya sebatas kumpul-kumpul dengan diskusi hasil tani masing-masing secara singkat. Permasalahan yang ada seperti hasil tani yang hanya terjual murah ataupun gagal panen tidak terbahas secara detail dan kebanyakan hanya stuck tanpa solusi yang jelas. Setelah adanya program ini masalah terkait pertanian maupun kelembagaan yang ada sedikit demi sedikit teratasi dan mampu berdampak secara langsung terhadap semangat dan produktivitas tani muda Desa Jatimulyo.

“Terima kasih kepada rekan-rekan LSiS atas sumbangsihnya yang telah membagikan ilmu dan memberikan tenaganya untuk memajukan Taruna Tani Rukun Lestari. Semoga kita bisa membangun simbiosis mutualisme yang lebih kuat lagi,” terangnya.

Kedepan program ini diharapkan mampu memberdayakan taruna tani yang ada, memberikan pengetahuan tentang pertanian untuk regenerasi petani dari usia non produktif ke usia produktif, serta pembekalan skill penunjang untuk mendukung petani yang adaptif secara berkelanjutan.

Read More
Translate