KOMPAS.com – Enam mahasiswa Universitas Gadjah Mada ( UGM), Yogyakarta berhasil menyabet medali emas dan perunggu kategori “Humanoid Robot” di ajang International Robot Contest (IRC) 2018, Korea Selatan.
Enam mahasiswa tersebut adalah Ikrima Sabri (Fakultas Teknik), Dini Nur Anisa (Fakultas Teknik), Tribagus Novandi Winantyo (Fakultas Teknik), Muhammad Hadyan Akbar (Fakultas Teknik), Farchan Hakim Raswa (Fakultas MIPA), dan Arifandhi Nur Muhamad (Fakultas MIPA).
Di bawah bimbingan dosen Fakultas MIPA, Wahyono, mereka meraih juara satu dalam kategori “Autonomous Curling” dan juara tiga kategori “Boxing”.
Keenam mahasiswa itu tergabung dalam tim robot UGM (GMRT atau Gadjah Mada Robotic Team), yang merupakan salah satu komunitas robotika resmi di UGM.
Persiapan
Ketua tim, Ikrima Sabri menceritakan, timnya membutuhkan waktu persiapan yang lumayan lama. “Sekitar 4 bulan,” kata Sabri saat dihubungi Kompas.com, Rabu (24/10/2018).
Robot buatan Tim UGM di ajang internasional, Korea Selatan(Dok. Novandi)
Sabri menambahkan, mereka mengerjakan robot ini hampir setiap malam hingga pagi. Di sisi lain, keesokan harinya mereka tetap harus kuliah. “Belum lagi pas waktu minggu-minggu ujian, itu lebih berat lagi,” ujar Sabri.
Tribagus Novandi Winantyo, atau yang akrab disapa Novandi menambahkan, ajang IRC kali ini diikuti oleh 10 negara, di antaranya Indonesia, Korea Selatan, Jepang, Hongkong, dan Taiwan.
Pada ajang yang terlaksana selama tiga hari ini, satu robot buatan peserta diperbolehkan mengikuti beberapa kategori.
Novandi menyampaikan, tim mereka turut di lima kategori. Namun, mereka belum berhasil meraih kemenangan untuk tiga kategori lain.
“Kami bawa tiga robot. Kami ikut lima kategori, yaitu Curling, Dance, Marathon, Boxing, dan Royal Rumble,” ujar dia.
Novandi menuturkan, tim robotik UGM terakhir kali mengirimkan perwakilannya di ajang yang sama pada tahun 2015. Saat itu, tim UGM mendapatkan medali perunggu di kategori Curling.
“Tahun 2016 dan 2017 UGM tidak mengirim tim ke sana,” ujarnya.
Tantangan
Persiapan berbulan-bulan tak serta merta membuat tim mereka melenggang tanpa tantangan.
Novandi menceritakan, di hari pertama perlombaan, servo (jika di tubuh manusia semacam sendi) robot mereka ada yang mengalami kerusakan.
Sementara mereka tidak mempunyai cadangan servo, sehingga mau tidak mau harus membeli servo di Korea.
“Hal ini membuat satu robot kami tidak bisa ikut perlombaan di hari pertama kompetisi. Pas hari kedua dan ketiga servo-nya udah ganti, jadi bisa ikut,” tuturnya.
Sistem Penilaian
Curling
Curling merupakan perlombaan menendang bola hockey hingga tepat sasaran. Sasarannya adalah daerah lingkaran yang terbagi menjadi tiga zona, yakni kuning, hijau dan merah.
Apabila bola berada di zona kuning, maka akan mendapatkan satu poin. Kemudian jika berada di zona hijau mendapat tiga poin, dan lima poin untuk bola yang berada di zona merah.
“Curling ada yang pakai RC (remote control) dan autonomous,” kata Novandi.
Jarak antara titik awal menendang sampai titik sasaran sejauh 6 meter. Setiap robot diberi kesempatan menyentuh bola (termasuk menendang) sebanyak lima kali.
Setiap tim diberikan kesempatan mengumpulkan poin sebanyak empat kali trial, di mana setiap trial diberi waktu 100 detik.
Total peserta yang turut dalam RC curling dan autonomous ini sekitar 25 tim dari lima negara, yakni Indonesia, Korea, Taiwan, Jepang, dan Hongkong.
Muhammad Hadyan Akbar sedang membenarkan robot(Dok. Novandi)
Boxing
Untuk kategori Boxing, sistem penilaiannya adalah setiap robot yang terjatuh karena serangan lawan akan mendapat penalti 1 poin.
Sehingga robot yang terjatuh tanpa diserang lawan, maka terkena penalti 0,5.
“Kami harus berusaha mengalahkan robot lawan yang gerakannya lebih lincah dibanding robot kami, terutama saat boxing,” ujar Novandi.
“Walaupun kami tahu robot lawan lebih lincah , namun kami tetap fokus pada kekuatan robot kami dan memaksimalkan kemampuan robot kami,” tuturnya.
Bahagia
Waktu yang lama, tantangan yang ada hingga berbuah kemenangan, memberikan kebahagiaan tersendiri.
“Saya merasa bersyukur dapat menjadi bagian dari tim ini serta dapat mengikuti lomba hingga tingkat internasional,” tutur Sabri.
Tak hanya Sabri, Novandi pun juga merasa bangga karena berhasil mengharumkkan nama UGM, di mana mewakili Indonesia di ajang internasional ini.
“Kami bersyukur bisa membawa pulang medali. Tentu kami bahagia bisa membawa nama Indonesia dan UGM ke kancah internasional,” ucap Novandi.
Sumber: Kompas.com dengan judul “Tim UGM Raih Dua Gelar Lomba Robot di Korsel, Begini Ceritanya”, https://edukasi.kompas.com/read/2018/10/24/12144151/tim-ugm-raih-dua-gelar-lomba-robot-di-korsel-begini-ceritanya.
Penulis : Mela Arnani
Editor : Bayu Galih
Tim UGM Raih Dua Gelar Lomba Robot di Korsel
KOMPAS.com – Enam mahasiswa Universitas Gadjah Mada ( UGM), Yogyakarta berhasil menyabet medali emas dan perunggu kategori “Humanoid Robot” di ajang International Robot Contest (IRC) 2018, Korea Selatan.
Enam mahasiswa tersebut adalah Ikrima Sabri (Fakultas Teknik), Dini Nur Anisa (Fakultas Teknik), Tribagus Novandi Winantyo (Fakultas Teknik), Muhammad Hadyan Akbar (Fakultas Teknik), Farchan Hakim Raswa (Fakultas MIPA), dan Arifandhi Nur Muhamad (Fakultas MIPA).
Di bawah bimbingan dosen Fakultas MIPA, Wahyono, mereka meraih juara satu dalam kategori “Autonomous Curling” dan juara tiga kategori “Boxing”.
Keenam mahasiswa itu tergabung dalam tim robot UGM (GMRT atau Gadjah Mada Robotic Team), yang merupakan salah satu komunitas robotika resmi di UGM.
Persiapan
Ketua tim, Ikrima Sabri menceritakan, timnya membutuhkan waktu persiapan yang lumayan lama. “Sekitar 4 bulan,” kata Sabri saat dihubungi Kompas.com, Rabu (24/10/2018).
Robot buatan Tim UGM di ajang internasional, Korea Selatan(Dok. Novandi)
Sabri menambahkan, mereka mengerjakan robot ini hampir setiap malam hingga pagi. Di sisi lain, keesokan harinya mereka tetap harus kuliah. “Belum lagi pas waktu minggu-minggu ujian, itu lebih berat lagi,” ujar Sabri.
Tribagus Novandi Winantyo, atau yang akrab disapa Novandi menambahkan, ajang IRC kali ini diikuti oleh 10 negara, di antaranya Indonesia, Korea Selatan, Jepang, Hongkong, dan Taiwan.
Pada ajang yang terlaksana selama tiga hari ini, satu robot buatan peserta diperbolehkan mengikuti beberapa kategori.
Novandi menyampaikan, tim mereka turut di lima kategori. Namun, mereka belum berhasil meraih kemenangan untuk tiga kategori lain.
“Kami bawa tiga robot. Kami ikut lima kategori, yaitu Curling, Dance, Marathon, Boxing, dan Royal Rumble,” ujar dia.
Novandi menuturkan, tim robotik UGM terakhir kali mengirimkan perwakilannya di ajang yang sama pada tahun 2015. Saat itu, tim UGM mendapatkan medali perunggu di kategori Curling.
“Tahun 2016 dan 2017 UGM tidak mengirim tim ke sana,” ujarnya.
Tantangan
Persiapan berbulan-bulan tak serta merta membuat tim mereka melenggang tanpa tantangan.
Novandi menceritakan, di hari pertama perlombaan, servo (jika di tubuh manusia semacam sendi) robot mereka ada yang mengalami kerusakan.
Sementara mereka tidak mempunyai cadangan servo, sehingga mau tidak mau harus membeli servo di Korea.
“Hal ini membuat satu robot kami tidak bisa ikut perlombaan di hari pertama kompetisi. Pas hari kedua dan ketiga servo-nya udah ganti, jadi bisa ikut,” tuturnya.
Sistem Penilaian
Curling
Curling merupakan perlombaan menendang bola hockey hingga tepat sasaran. Sasarannya adalah daerah lingkaran yang terbagi menjadi tiga zona, yakni kuning, hijau dan merah.
Apabila bola berada di zona kuning, maka akan mendapatkan satu poin. Kemudian jika berada di zona hijau mendapat tiga poin, dan lima poin untuk bola yang berada di zona merah.
“Curling ada yang pakai RC (remote control) dan autonomous,” kata Novandi.
Jarak antara titik awal menendang sampai titik sasaran sejauh 6 meter. Setiap robot diberi kesempatan menyentuh bola (termasuk menendang) sebanyak lima kali.
Setiap tim diberikan kesempatan mengumpulkan poin sebanyak empat kali trial, di mana setiap trial diberi waktu 100 detik.
Total peserta yang turut dalam RC curling dan autonomous ini sekitar 25 tim dari lima negara, yakni Indonesia, Korea, Taiwan, Jepang, dan Hongkong.
Muhammad Hadyan Akbar sedang membenarkan robot(Dok. Novandi)
Boxing
Untuk kategori Boxing, sistem penilaiannya adalah setiap robot yang terjatuh karena serangan lawan akan mendapat penalti 1 poin.
Sehingga robot yang terjatuh tanpa diserang lawan, maka terkena penalti 0,5.
“Kami harus berusaha mengalahkan robot lawan yang gerakannya lebih lincah dibanding robot kami, terutama saat boxing,” ujar Novandi.
“Walaupun kami tahu robot lawan lebih lincah , namun kami tetap fokus pada kekuatan robot kami dan memaksimalkan kemampuan robot kami,” tuturnya.
Bahagia
Waktu yang lama, tantangan yang ada hingga berbuah kemenangan, memberikan kebahagiaan tersendiri.
“Saya merasa bersyukur dapat menjadi bagian dari tim ini serta dapat mengikuti lomba hingga tingkat internasional,” tutur Sabri.
Tak hanya Sabri, Novandi pun juga merasa bangga karena berhasil mengharumkkan nama UGM, di mana mewakili Indonesia di ajang internasional ini.
“Kami bersyukur bisa membawa pulang medali. Tentu kami bahagia bisa membawa nama Indonesia dan UGM ke kancah internasional,” ucap Novandi.
Sumber: Kompas.com dengan judul “Tim UGM Raih Dua Gelar Lomba Robot di Korsel, Begini Ceritanya”, https://edukasi.kompas.com/read/2018/10/24/12144151/tim-ugm-raih-dua-gelar-lomba-robot-di-korsel-begini-ceritanya.
Penulis : Mela Arnani
Editor : Bayu Galih