Search
Search
Search

Maret 18, 2016

Review Kuliah Umum: Advance Material Technology

kuliahumumby DR. Hasanuddin Abdurakhman

Dalam tulisan kali ini saya hendak membuat review tentang perkuliahannya. Kuliah ini bersifat terbuka, bisa diikuti siapa saja, tidak harus mereka yang berkecimpung di bidang MIPA khususnya kimia. Jadi saya rasa ada manfaatnya buat kita semua. Saya sendiri bukan orang MIPA, saya salah seorang pembaca tulisan tulisan Pak Hasan. Motivasi ikut kuliah adalah karena penasaran dan ingin melihat langsung bagaimana Pak Hasan dan bagaimana “isi” kepalanya. Saya tidak selalu setuju dengan apa yang ditulis pak Hasan, tapi banyak pendapat beliau yang “membuka mata” dan sebagian besar saya amini.

Salah satu inti pesan yang disampaikan dalam kuliah adalah stay in touch with your future. “Lha, kok gak nyambung?” Memang tidak, karena kuliah umum ini, meminjam istilah pak Hasan, adalah “excuse” yang bagus untuk datang ke Jogja dan mengambil jam kuliah mahasiswa agar tidak dimarahi koleganya, pak Akmal. Inti utama yang hendak disampaikan, sebagaimana bisa diduga bila sering membaca tulisan pak Hasan di FB, adalah sharing dan motivasi untuk para adik adik mahasiswa. Pak Hasan tampak memiliki niat baik dan semangat untuk berbagi dan memajukan adik-adiknya. Pak Hasan ingin mengingatkan/menyadarkan kita tentang membangun masa depan masing masing.

Sebagai salah satu pembaca tulisan Pak Hasan, saya ingin menilai apakah beliau tepat waktu (atau Cuma omdo), mengingat beliau adalah seorang “penduduk dunia” dan sudah malang melintang di dunia profesional. Kuliah dimulai pukul 08.07, sedikit terlambat. Akan tetapi, bukan karena Pak Hasan datang terlambat, karena kebetulan saya melihat beliau sudah tiba (turun dari mobil) jam 07.50, mungkin karena bincang-bincang dulu melepas kangen dengan teman lama. Saat kuliah dimulai, bangku terisi sekitar 75%, 20 menit kuliah berjalan baru terisi hampir penuh.

Kuliah dibuka sesuai judul. Pak Hasan banyak menginformasikan mengenai produk-produk kimia mutakhir, khususnya yang masuk dalam domain Toray Industry, tempat Pak Hasan menjadi salah satu general manager. Perusahaan Toray sendiri banyak bergerak dibidang advance material yang telah menggunakan teknologi nano. Saat ini sudah tidak zamannya lagi kimia “ala merlin” dimana ilmuwan mencampur aduk bahan bahan kimia dasar untuk melihat akan menjadi apa dan lalu mencari tahu kegunaannya. Saat ini adalah era advanced material dimana seorang ilmuwan sudah mampu mendesain material tertentu dengan properti tertentu, istilah pak Hasan “tune in” material, seusai dengan kebutuhan penciptanya.

“Masa depan adalah advance material” ujar Pak Hasan. Sekarang, Ilmuwan bertujuan menciptakan functional material yang menekankan pada fungsi. “Apa bedanya kondom dengan parasut?” tanya pak Hasan. “Kalau parasut bocor orang mati, kalau kondom bocor orang lahir”, begitu salah satu joke Pak Hasan tentang function. Toray industri tempat Pak Hasan bekerja merupakan pemegang 47% pangsa pasar carbon fibre di seluruh dunia. Carbon fibre sebuah material dengan properti ¼ kali berat alumunium, namun dengan 10 kali tensile strenght baja. Material yang lazim digunakan untuk badan pesawat terbang Boeing seri mutakhir (dreamliner series).

Carbon fibre pada dasarnya tidak banyak berbeda dengan batubara/arang, sama sama tersusun dari atom karbon, akan tetapi dengan teknologi nano atom karbon doang itu disusun sedemikian rupa dengan cara tertentu sehingga memiliki properti yang sangat jauh berbeda dari sifat kimia dasar karbon itu sendiri. Bahasa lainnya meng”tune-in” atom-atom karbon. Pak Hasan juga bercerita banyak dengan polimer-polimer dengan segudang aplikasinya.

Hal yang disampaikan dalam kuliah tentang material tidak hanya sebatas material. Akan tetapi Pak Hasan juga menyisipkan filosofi perusahaannya. Beda perusahaan Jepang (khususnya tempat dia) dengan banyak perusahaan Indonesia adalah bahwa perusahaan Jepang memiliki “core technology”, bukan perusahaan yang hanya menjual barang. Perusahaan Jepang memiliki teknologi yang terus berkembang sesuai pasar dan bisa dijual, tidak hanya mampu manufaktur atau dagang saja.

Beliau bercerita bahwa Toray Industry yang berdiri tahun 1926 (kalo gak salah) berawal dari perusahaan tekstil, ya Anda tidak salah baca, tekstil, jualan kain. Tapi mereka bergerak dengan core technology polimer sehingga perusahaan bisa merambah kemana mana bahkan sampai material bodi pesawat terbang. Ueeeedan, istilah Pak Hasan. Bidang yang sama sekali tidak terbayangkan sebelumnya. Perusahaan Jepang terus berinovasi dengan teknologi, tidak mentok hanya jual kain untuk jadi pakaian saja.

Well, enough about advance material. Pak Hasan ingin berlanjut ke topik selanjutnya, yang merupakan “alasan” kehadirannya. Pak Hasan punya keinginan mulia untuk turut andil dalam mengentaskan “pengangguran terdidik”. Kita harus mengubah mind set bahwa kuliah itu bukan bertujuan mencari ijazah, karena ijazah itu hanyalah sebuah kertas yang terbuat dari bahan yang sama dengan toilet paper.

Yang paling penting adalah mempersiapkan kompetensi diri, mempelajari skill yang bisa digunakan kelak untuk tujuan yang kita capai. Pak Hasan mengajak kita untuk membuat “peta” di mana posisi kita sekarang, apa yang ingin kita capai, dan apa yang harus kita lakukan untuk mencapainya. Kita kuliah itu harus jelas, harus punya tujuan, skillset apa yang harus kita miliki dalam jangka waktu perkuliahan .

Jangan sampai saat sudah semester 6 (Pak Hasan sepertinya senang banget bilang semester 6) atau bahkan sudah lulus, masih bingung mau ngapain. Lebih lanjut lagi Pak Hasan mengungkapkan bahwa jangan pernah mengambil S2 hanya untuk manjangin gelar, atau istilah real-nya menunda masa menganggur. Ambil S2 bagus, tapi harus jelas tujuannya.

Saat kuliah, kita belajar untuk mencapai kompetensi minimal. Sisanya harus kita pelajari sendiri selama sisa hidup kita. Jangan pernah takut untuk belajar. Jangan pernah takut untuk go deeper atau go wider. Tidak perlu malu bila kita harus memulai karir dengan mengerjakan sesuatu yang tidak sesuai bidang, yang penting ada hal yang bisa kita pelajari dari bidang itu (go wider). Atau sebaliknya, pengalaman di dunia nyata bisa saja seorang lulusan kimia awalnya bekerja di bidang produksi namun kemudian mendapat promosi menjadi HRD karena telah memiliki pemahaman mengenai kepegawaian di perusahaan tersebut.

Pak Hasan mencontohkan pengalamannya sendiri, selepas selesai S3 dan bekerja sebagai peneliti di Jepang, beliau pulang ke Indonesia. Saat itu, ijazah S3 nya kagak laku karena tidak dibutuhkan. Beliau “membuang Doktor”-nya dan bekerja dibidang (kalau gak salah) HRD. Ya, pekerjaan yang gak S3 banget. Tapi buang rasa malu, kerjakan, belajar, dan 6 tahun setelahnya beliau bisa mencapai posisi manager. Beliau menekankan pentingnya belajar terus menerus meningkatkan kompetensi. Bahkan beliau dengan pede mengatakan “Saya ini penduduk dunia, saya bisa diterima di manapun karena saya memiliki skill yang bisa dipakai dimanapun”. Bukan untuk pamer, melainkan untuk memberikan motivasi.

Setelah sesi tanya jawab, kuliah ditutup. Audiens diminta berdiri dan meneriakkan GANBAREMASU !!! 3x. Itu salah satu ucapan yang lazim diucapkan orang Jepang untuk menyemangati anaknya yang sedang belajar, misalnya belajar jalan lalu terjatuh. Artinya lebih kurang “ayo bangkit, do your best! “ (benar gak pak? Saya baru googling). Pak Hasan menganalogikannya dengan bersungguh sungguh dalam berusaha, atau kalau dalam istilah agamanya “berjihad”.

Penilaian saya pribadi, sebagai orang non-kimia, kuliah Pak Hasan menarik. Beliau tidak menjejali kuliah dengan materi njlimet biar terkesan “wah”. Beliau mampu membuatnya sederhana namun berisi. Suara beliau terdengar lantang, bahkan 1/3 kuliah, mikrofon tidak dipakai lagi. Saat kuliah, Pak Hasan lebih cenderung mendekat ke sisi kiri beliau (± 75 : 25), hmmm, kenapa Pak? apa gadis unyu unyu lebih banyak di sebelah kiri? :p .

Pak Hasan cocok sebagai motivator, karena selain mampu memberikan kuliah yang sederhana namun padat, beliau juga memiliki background yang memadai. Bisa dibilang beliau telah mencapai atau hampir mencapai “puncak karir” sebagaimana diimpikan banyak orang, telah menjadi seorang general manager (bahkan direktur) sebuah perusahaan internasional. Sehingga apa yang diomongkan bisa lebih dipercaya karena ada contoh nyata. Tidak seperti seminar cara menjadi kaya oleh orang (yang mungkin saja) belum kaya.

Pada awal kuliah, pak Hasan kadang seperti “kehabisan napas”, entahlah, mungkin karena semangat menyala nyala atau mungkin perut yang “one big pack”.

Akhir kata, acara tentu saja tidak lengkap tanpa selfie-selfie dengan Pak Hasan. Tentu saja salah satu nya bersama para mahasiswi sing ayu ayu. 😉

Sumber : http://www.kompasiana.com/admiral_aokiji/review-kuliah-umum-advance-material-technology_56ea3dcf4d7a61210bff5200

kuliahumum1

 

 

 

 

 

 

 

 

Read More

Review Kuliah Umum: Advance Material Technology

kuliahumumby DR. Hasanuddin Abdurakhman

Dalam tulisan kali ini saya hendak membuat review tentang perkuliahannya. Kuliah ini bersifat terbuka, bisa diikuti siapa saja, tidak harus mereka yang berkecimpung di bidang MIPA khususnya kimia. Jadi saya rasa ada manfaatnya buat kita semua. Saya sendiri bukan orang MIPA, saya salah seorang pembaca tulisan tulisan Pak Hasan. Motivasi ikut kuliah adalah karena penasaran dan ingin melihat langsung bagaimana Pak Hasan dan bagaimana “isi” kepalanya. Saya tidak selalu setuju dengan apa yang ditulis pak Hasan, tapi banyak pendapat beliau yang “membuka mata” dan sebagian besar saya amini.

Salah satu inti pesan yang disampaikan dalam kuliah adalah stay in touch with your future. “Lha, kok gak nyambung?” Memang tidak, karena kuliah umum ini, meminjam istilah pak Hasan, adalah “excuse” yang bagus untuk datang ke Jogja dan mengambil jam kuliah mahasiswa agar tidak dimarahi koleganya, pak Akmal. Inti utama yang hendak disampaikan, sebagaimana bisa diduga bila sering membaca tulisan pak Hasan di FB, adalah sharing dan motivasi untuk para adik adik mahasiswa. Pak Hasan tampak memiliki niat baik dan semangat untuk berbagi dan memajukan adik-adiknya. Pak Hasan ingin mengingatkan/menyadarkan kita tentang membangun masa depan masing masing.

Sebagai salah satu pembaca tulisan Pak Hasan, saya ingin menilai apakah beliau tepat waktu (atau Cuma omdo), mengingat beliau adalah seorang “penduduk dunia” dan sudah malang melintang di dunia profesional. Kuliah dimulai pukul 08.07, sedikit terlambat. Akan tetapi, bukan karena Pak Hasan datang terlambat, karena kebetulan saya melihat beliau sudah tiba (turun dari mobil) jam 07.50, mungkin karena bincang-bincang dulu melepas kangen dengan teman lama. Saat kuliah dimulai, bangku terisi sekitar 75%, 20 menit kuliah berjalan baru terisi hampir penuh.

Kuliah dibuka sesuai judul. Pak Hasan banyak menginformasikan mengenai produk-produk kimia mutakhir, khususnya yang masuk dalam domain Toray Industry, tempat Pak Hasan menjadi salah satu general manager. Perusahaan Toray sendiri banyak bergerak dibidang advance material yang telah menggunakan teknologi nano. Saat ini sudah tidak zamannya lagi kimia “ala merlin” dimana ilmuwan mencampur aduk bahan bahan kimia dasar untuk melihat akan menjadi apa dan lalu mencari tahu kegunaannya. Saat ini adalah era advanced material dimana seorang ilmuwan sudah mampu mendesain material tertentu dengan properti tertentu, istilah pak Hasan “tune in” material, seusai dengan kebutuhan penciptanya.

“Masa depan adalah advance material” ujar Pak Hasan. Sekarang, Ilmuwan bertujuan menciptakan functional material yang menekankan pada fungsi. “Apa bedanya kondom dengan parasut?” tanya pak Hasan. “Kalau parasut bocor orang mati, kalau kondom bocor orang lahir”, begitu salah satu joke Pak Hasan tentang function. Toray industri tempat Pak Hasan bekerja merupakan pemegang 47% pangsa pasar carbon fibre di seluruh dunia. Carbon fibre sebuah material dengan properti ¼ kali berat alumunium, namun dengan 10 kali tensile strenght baja. Material yang lazim digunakan untuk badan pesawat terbang Boeing seri mutakhir (dreamliner series).

Carbon fibre pada dasarnya tidak banyak berbeda dengan batubara/arang, sama sama tersusun dari atom karbon, akan tetapi dengan teknologi nano atom karbon doang itu disusun sedemikian rupa dengan cara tertentu sehingga memiliki properti yang sangat jauh berbeda dari sifat kimia dasar karbon itu sendiri. Bahasa lainnya meng”tune-in” atom-atom karbon. Pak Hasan juga bercerita banyak dengan polimer-polimer dengan segudang aplikasinya.

Hal yang disampaikan dalam kuliah tentang material tidak hanya sebatas material. Akan tetapi Pak Hasan juga menyisipkan filosofi perusahaannya. Beda perusahaan Jepang (khususnya tempat dia) dengan banyak perusahaan Indonesia adalah bahwa perusahaan Jepang memiliki “core technology”, bukan perusahaan yang hanya menjual barang. Perusahaan Jepang memiliki teknologi yang terus berkembang sesuai pasar dan bisa dijual, tidak hanya mampu manufaktur atau dagang saja.

Beliau bercerita bahwa Toray Industry yang berdiri tahun 1926 (kalo gak salah) berawal dari perusahaan tekstil, ya Anda tidak salah baca, tekstil, jualan kain. Tapi mereka bergerak dengan core technology polimer sehingga perusahaan bisa merambah kemana mana bahkan sampai material bodi pesawat terbang. Ueeeedan, istilah Pak Hasan. Bidang yang sama sekali tidak terbayangkan sebelumnya. Perusahaan Jepang terus berinovasi dengan teknologi, tidak mentok hanya jual kain untuk jadi pakaian saja.

Well, enough about advance material. Pak Hasan ingin berlanjut ke topik selanjutnya, yang merupakan “alasan” kehadirannya. Pak Hasan punya keinginan mulia untuk turut andil dalam mengentaskan “pengangguran terdidik”. Kita harus mengubah mind set bahwa kuliah itu bukan bertujuan mencari ijazah, karena ijazah itu hanyalah sebuah kertas yang terbuat dari bahan yang sama dengan toilet paper.

Yang paling penting adalah mempersiapkan kompetensi diri, mempelajari skill yang bisa digunakan kelak untuk tujuan yang kita capai. Pak Hasan mengajak kita untuk membuat “peta” di mana posisi kita sekarang, apa yang ingin kita capai, dan apa yang harus kita lakukan untuk mencapainya. Kita kuliah itu harus jelas, harus punya tujuan, skillset apa yang harus kita miliki dalam jangka waktu perkuliahan .

Jangan sampai saat sudah semester 6 (Pak Hasan sepertinya senang banget bilang semester 6) atau bahkan sudah lulus, masih bingung mau ngapain. Lebih lanjut lagi Pak Hasan mengungkapkan bahwa jangan pernah mengambil S2 hanya untuk manjangin gelar, atau istilah real-nya menunda masa menganggur. Ambil S2 bagus, tapi harus jelas tujuannya.

Saat kuliah, kita belajar untuk mencapai kompetensi minimal. Sisanya harus kita pelajari sendiri selama sisa hidup kita. Jangan pernah takut untuk belajar. Jangan pernah takut untuk go deeper atau go wider. Tidak perlu malu bila kita harus memulai karir dengan mengerjakan sesuatu yang tidak sesuai bidang, yang penting ada hal yang bisa kita pelajari dari bidang itu (go wider). Atau sebaliknya, pengalaman di dunia nyata bisa saja seorang lulusan kimia awalnya bekerja di bidang produksi namun kemudian mendapat promosi menjadi HRD karena telah memiliki pemahaman mengenai kepegawaian di perusahaan tersebut.

Pak Hasan mencontohkan pengalamannya sendiri, selepas selesai S3 dan bekerja sebagai peneliti di Jepang, beliau pulang ke Indonesia. Saat itu, ijazah S3 nya kagak laku karena tidak dibutuhkan. Beliau “membuang Doktor”-nya dan bekerja dibidang (kalau gak salah) HRD. Ya, pekerjaan yang gak S3 banget. Tapi buang rasa malu, kerjakan, belajar, dan 6 tahun setelahnya beliau bisa mencapai posisi manager. Beliau menekankan pentingnya belajar terus menerus meningkatkan kompetensi. Bahkan beliau dengan pede mengatakan “Saya ini penduduk dunia, saya bisa diterima di manapun karena saya memiliki skill yang bisa dipakai dimanapun”. Bukan untuk pamer, melainkan untuk memberikan motivasi.

Setelah sesi tanya jawab, kuliah ditutup. Audiens diminta berdiri dan meneriakkan GANBAREMASU !!! 3x. Itu salah satu ucapan yang lazim diucapkan orang Jepang untuk menyemangati anaknya yang sedang belajar, misalnya belajar jalan lalu terjatuh. Artinya lebih kurang “ayo bangkit, do your best! “ (benar gak pak? Saya baru googling). Pak Hasan menganalogikannya dengan bersungguh sungguh dalam berusaha, atau kalau dalam istilah agamanya “berjihad”.

Penilaian saya pribadi, sebagai orang non-kimia, kuliah Pak Hasan menarik. Beliau tidak menjejali kuliah dengan materi njlimet biar terkesan “wah”. Beliau mampu membuatnya sederhana namun berisi. Suara beliau terdengar lantang, bahkan 1/3 kuliah, mikrofon tidak dipakai lagi. Saat kuliah, Pak Hasan lebih cenderung mendekat ke sisi kiri beliau (± 75 : 25), hmmm, kenapa Pak? apa gadis unyu unyu lebih banyak di sebelah kiri? :p .

Pak Hasan cocok sebagai motivator, karena selain mampu memberikan kuliah yang sederhana namun padat, beliau juga memiliki background yang memadai. Bisa dibilang beliau telah mencapai atau hampir mencapai “puncak karir” sebagaimana diimpikan banyak orang, telah menjadi seorang general manager (bahkan direktur) sebuah perusahaan internasional. Sehingga apa yang diomongkan bisa lebih dipercaya karena ada contoh nyata. Tidak seperti seminar cara menjadi kaya oleh orang (yang mungkin saja) belum kaya.

Pada awal kuliah, pak Hasan kadang seperti “kehabisan napas”, entahlah, mungkin karena semangat menyala nyala atau mungkin perut yang “one big pack”.

Akhir kata, acara tentu saja tidak lengkap tanpa selfie-selfie dengan Pak Hasan. Tentu saja salah satu nya bersama para mahasiswi sing ayu ayu. 😉

Sumber : http://www.kompasiana.com/admiral_aokiji/review-kuliah-umum-advance-material-technology_56ea3dcf4d7a61210bff5200

kuliahumum1

 

 

 

 

 

 

 

 

Read More
Translate