Search

UNIVERSITAS GADJAH MADA FACULTY OF MATHEMATICS AND NATURAL SCIENCES 

Search
Search

Prestasi

Kisah Pesawat Ashwincarra Menaklukan Langit Istanbul Turki

Pesawat tanpa awak Ashwincarra besutan tim Gamaforce UGM berhasil unjuk kebolehan mengarungi langit Istanbul Turki. Rasa bangga bukan hanya karena bisa memamerkan karya di negara lain, tetapi juga berhasil membawa kemenangan yang mengarumkan nama universitas dan Indonesia di mata dunia. Ashwincarra berhasil meraih juara 3 setelah sebelumnya berkompetisi dengan 345 tim lain dari berbagai negara di  dunia dan bersaing dengan 20 robot terbang tangguh lainnya pada final di Turki.

Namun, siapa sangka prestasi itu tidaklah diperoleh dengan mudah. Sebab, robot terbang rakitan mahasiswa UGM itu sempat mengalami kerusakan berat, tepatnya saat melalui perlombaan di ronde terbang ketiga. Ashwincarra sempat mengalami kesulitan landing  karena faktor cuaca yang tidak bersahabat.

“Sempat mengalami hard landing karena saat itu angin bertiup cukup kencang sehingga mengakibatkan sayap pesawat rusak,” jelas ketua tim Gamaforce, Ariefa Yusabih, saat konferensi pers dan demo terbang Ashwincarra di Lapangan Pancasila, lembah UGM, Kamis (25/9) .

Tidak hanya kerusakaan saat ronde tiga, gangguan kembali dialami tim Gamaforce saat menerbangkan Ashwincarra saat ronde keempat. Kala itu pesawat mengalami tabrakan di udara dengan pesawat tim lain. Tabrakan itu mengakibatkan kerusakan cukup fatal yang menyebabkan sayap dan badan pesawat hancur. Sementara mereka hanya diberi waktu selama dua jam untuk melakukan perbaikan pesawat serta harus melalui technical inspection ulang untuk memastikan komponen pesawat telah sesuai dengan standar yang ditetapkan juri baik secara fisik maupun komunikasinya.

“Jadi, dalam dua jam tim Gamaforce harus memasang ulang, memindahkan semua komponen elektronis pesawat ke badan pesawat cadangan, lalu memperbaiki sayap yang rusak. Kondisi tersebut benar-benar menguras tenaga dan pikiran tim agar bisa menyelesaikan perbaikan tepat waktu,” paparnya.

Dia mengungkapkan pada kompetisi itu setiap tim diwajibkan harus mengikuti minimal 5 ronde terbang. Tim Gamaforce berhasil menyelesaikan 5 ronde terbang setelah melampaui berbagai rintangan di dalamnya. Dalam babak final robot Ashwincarra terbang bersamaan dengan 9 pesawat tim lain. Setiap pesawat dituntut untuk berhasil mengikuti dan mengunci lawan sekaligus harus bisa menghindar dari kunci pesawat lainnya. Apabila pesawat yang diterbangkan dikunci pesawat lawan maka akan mendapatkan pengurangan poin dari juri.

“Tidak mudah untuk melakukan semua hal itu sekaligus, ditambah area terbang tidak terlalu luas sekitar 300×500 meter sehingga kemampuan pilot mengendalikan pesawat dan performa pesawat sangat menentukan, terutama saat melakukan manuver,” urainya.

Nyatanya hasil tidak  mengkhianti usaha. Kerja keras yang dilakukan tim Gamaforce berhasil membuahkan hasil manis. Ashwincarra yang merupakan satu-satunya perwakilan Indonesia akhirnya dinyatakan sebagai juara tiga dari kategori fixe wing pada  Teknofest Fighter Unmanned Aerial Vehicle (UAV) Competition yang berlangsung pada 10-14 September 2019 di Istanbul, Turki

Ashwincarra merupakan UAV tipe fixed wing dengan kemampuan manuver tinggi yang mampu lepas landas, mendarat, jelajah, kemudian mendeteksi, mengunci, dan mengikuti UAV lain baik secara manual dan mandiri menggunakan sistem kecerdasan buatan.  Dengan bobot 3,8 Kg pesawat ini memiliki kecepatan 150 Km/jam yang menjadikannya paling unggul dalam mengejar pesawat lawan maupun menghindar dari kemungkinan terkunci oleh pesawat lawan.

“Pesawat ini bisa terbang hingga 40 menit dengan jarak terbang hingga 500 meter,” jelasnya.

Pesawat dilengkapi dengan telemetry 433MHz 100mW, Modul GPS, dan sensor kamera 8 megapiksel. Selain itu juga First Person View (FPV) Camera dengan FOV 165° at 1080@60fps, Flight Controller Pixhawk , Electronic Speed Controller (ESC) 100A, Video Transmitter 5.8GHz, serta baterai litium 15Ah 14.8V 65C.

Ashwincarra dikembangkan oleh tim Gamafroce yang terdiri dari beberapa mahasiswa dari Fakultas Teknik, MIPA, serta Sekolah Vokasi. Mereka adalah Ariefa Yusabih (ketua), Fauni Ambarsari (manajer), Dwi Novarifanto (elektronis dan ground control station), Baskara (progamer), Eko Putra Wijaya (pilot), serta Ery Setiawan (mekanis). Pengembangan dilakukan dibawah bimbingan Dr. Andi Dharmawan, S.Si., M.Cs dan Dani Adhipta, S.Si., M.T. (Humas UGM/Ika; foto:Firsto)

 

sumber: https://ugm.ac.id/id/berita/18507-kisah-pesawat-ashwincarra-menaklukan-langit-istanbul-turki

Read More

Robot Terbang UGM Juarai Kompetisi UAV di Turki

Robot Ashwincarra UGM berhasil meraih juara 3 dalam Teknofest Fighter Unmanned Aerial Vehicle (UAV) Competition yang berlangsung pada 10-14 September 2019 di Istanbul, Turki

Ashwincarra adalah robot terbang unggulan karya tim Gadjah Mada Flying Object Research Center (Gamaforce). Ini merupakan pesawat UAV kategori fixed wing yang dikembangkan di bawah bimbingan Dr. Andi Dharmawan, S.Si., M.Cs dan Dani Adhipta, S.Si., M.T

Kasubdit Kreativitas Mahasiswa UGM, Suherman, Ph.D., mengapresiasi prestasi tim Gamaforce dalam kompetisi UAV di Turki. Tim dapat berlaga dengan maksimal dan menyelesaikan berbagai tantangan yang diberikan bahkan meraih juara yang mengharumkan nama UGM dan Indonesia di kancah dunia.

Pencapaian tersebut merupakan hasil dari kerja keras tim mahasiswa dan dukungan dosen pembimbing serta fakultas dan universitas.

“Kita bersyukur  karena capaian tahun ini lebih baik dari tahun lalu.  Tahun lalu UGM tidak masuk dalam 3 besar,  tahun ini kita peringkat 3,” jelasnya Jumat (20/9) di Kampus UGM.

Sebelum dinyatakan lolos untuk melaju dalam kompetisi di Turki, robot terbang Ashwincarra telah bersaing dalam rangkaian seleksi dengan 280 tim lain dari berbagai negara di dunia. Ashwincarra telah dikonfigurasi secara detail dan dilengkapi dengan teknologi artificial intelligence.(Humas UGM/Ika)

Sumber: https://ugm.ac.id/id/berita/18479-robot-terbang-ugm-juarai-kompetisi-uav-di-turki

Read More

Rasayana, Robot Terbang UGM Penakluk Langit Turki

Rasa panik menyelimuti tim Gamaforce UGM tatkala mengetahui salah satu komponen utama penyusun pesawat tanpa awak yang dirakit mengalami kerusakan yang tergolong berat. Padahal, dalam 48 jam kedepan pesawat tersebut harus segera berlaga dalam ajang Unamenned Aerial Vehicle (UAV) 2017 di Turkish Aircraft Industries Corporation (TUSAS) di Kahramankazan, Ankara, Turki.

Pesawat tanpa awak rakitan mahasiswa UGM yang diberi nama Rasayana saat itu akan bertanding dalam kompetisi pesawat tanpa awak internasional pada 13-16 Juli 2017. Rasayana berhasil lolos ke babak final setelah sebelumnya bersaing dengan 400 tim lain sehingga menjadi satu-satunya perwakilan Indonesia untuk beradu dengan 96 robot terbang tangguh lainnya di Turki.

“Sampai Turki tanggal 11, saat tiba di hotel dan bongkar muatan, baru kita tahu kalau odroid mini PC rusak saat perjalanan dalam pesawat ke Turki. Padahal, harus bertanding 2 hari berikutnya,” kata Ketua tim Gamaforce, Rifyal Garda Prabowo, kepada wartawan, Kamis (20/7) di Gedung Pusat UGM.

Ipal, sapaan akrab Rifyal Garda, mengungkapkan timnya berjuang keras dan memutar otak untuk mencari solusi persoalan tersebut. Bahkan, mengorbankan waktu tidak tidur agar pesawat ini bisa berhasil terbang dalam perlombaan. Sungguh situasi yang sangat menguras pikiran dan tenaga. Namun, perjuangan tersebut tidak sia-sia, akhirnya kerusakan bisa teratasi.

Hasil tidak pernah mengkhianati usaha. Pepatah tersebut tepat menggambarkan perjuangan yang dilakukan tim Gamaforce. Setelah melalui serangkaian proses yang panjang dan menemui berbagai rintangan, akhirnya Rasayana sukses menaklukan langit Turki. Pesawat ini dinobatkan sebagai juara tiga dalam kompetisi bergengsi ini.

“Menegangkan saat final perebutan juara 3. Ketika menerbangkan pesawat kami mengumandangkan lagu Indonesia Raya dan Hymne Gadjah Mada sebagai pemacu semangat meraih keberhasilan,” ujarnya.

Tim Gamaforce terdiri dari 9 mahasiswa yang berasal dari Fakultas Teknik dan FMIPA. Mereka adalah Umar Fadhil Ramadhjan, Ahmad Izudin, M. Syahrul Ramadhan R.W., Ardi Puspa Kartika, Rifyal Garda P., Riarsari Meirani U., Anindityo Agung B., Riswandha Latu D., serta Faricha Hidayati. Dibimbing oleh Dr. Gesang Nugroho, S.T., M.T., dan Aufaclav Zatu Kusuma Frisky, S.Si., M.Sc.

Ipal menyebutkan Rasayana memiliki spesifikasi panjang 1,2 meter, bentang sayap 2 meter dan bobot 3 kg. Dibuat dari material komposit sehingga kokoh dan kuat saat terbang. Meskipun kala itu berlomba dalam kondisi angin kencang, pesawat ini dapat terbang menyelesaikan misi.

“Saat itu angin cukup kencang dengan kecepatan 13 knots,”ungkapnya.

Pesawat ini juga memiliki keunggulan mampu terbang rendah dengan kecepatan rendah. Terbang dalam ketinggian 40 meter dan kecepatan 12 meter/detik dalam waktu 7-10 menit menyelesaikan misi. Pada kontes itu, pesawat tanpa awak ini dituntut dapat terbang rendah sekaligus dengan kecepatan rendah menbaca citra dalam suatu matrik di arena perlombaan.

“Sebenarnya pesawat ini mampu terbang hingga 100 kilometer dan kuat terbang selama 100 menit. Hanya saja di kompetisi ini pesawat harus terbang rendah dengan kecepatan rendah agar bisa membaca warna dari matrik di bawahnya,” urainya.

Dosen pembimbing tim Gamaforce, Dr. Gesang Nugroho, S.T., M.T., menuturkan prestasi yang diraih membuktikan bahwa UGM memiliki kemampuan yang sejajar dengan negara-negara maju lainnya. Teknologi yang dikembangkan mampu bersaing dengan negara lainnya.

Dia berharap kedepan pemerintah memberikan dukungan dalam pengembangan pesawat ini. Dengan begitu, pesawat tanpa awak ini dapat segera diaplikasikan untuk pemetaan dan foto udara serta monitoring suatu kawasan. (Humas UGM/Ika; foto:Firsto)

sumber

Read More

UGM Juara 3 Kompetisi Pesawat Tanpa Awak Internasional di Turki

Pesawat tanpa awak UGM sukses berlaga dalam ajang Unamenned Aerial Vehicle (UAV) Turkey Competition  2017 yang diselenggaarakan di Turkish Aircraft Industries Corporation (TUSAS) Kahramankazan, Ankara, Turki. Pesawat rakitan tim Gamaforce UGM berhasil menyabet juara tiga dalam kompetisi pesawat tanpa awak tersebut.

Kompetisi yang diadakan pada 13-16 Juli tersebut merupakan kontes pesawat tanpa awak yang diikuti oleh tim-tim tangguh dari berbagai negara di dunia. Setidaknya ada 400 tim yang mengikuti kompetisi ini dari berbagai penjuru dunia. Tim Gamaforce merupakan satu-satunya tim dari Indonesia yang sukses melenggang hingga tahap akhir dan berkesempatan menunjukkan keandalan pesawat rakitannya secara langsung di Turki berkompetisi dengan 96 tim lainnya.

Pesawat tanpa awak buatan tim Gamaforce UGM ini diberi nama Rasayana. Dalam kontes ini, Rasayana bertanding dalam kategori fixed wing.

“Alhamdulillah setelah perjuangan panjang kami bisa mempersembahkan juara 3 dalam kontes robot internasional ini. Bangga bisa mengharumkan UGM dan Indonesia di kancah internasional,” tutur Ketua umum Tim Gamaforce UGM, Rifyal Garda, saat dihubungi, Selasa (18/7) baru saja mendarat di Jakarta.

Pesawat Rasayana memiliki kemampuan jelajah yang luas hingga 100 kilometer dan mempunyai kekuatan terbang sampai 10 menit di udara. Terbang dengan kendali jarak jauh menggunakan remot kontrol. Dilengkapi pula dengan GPS dan mampu memberikan citra dari suatu matrik warna.

Dosen pembimbing Gamaforce, Dr. Gesang Nugroho, mengatakan bahwa prestasi yang diperoleh tim Gamaforce UGM tidaklah datang dengan sendirinya. Capaian ini berhasil diraih dengan perjuangan, kerja keras, dan dukungan dari berbagai pihak.

“Terima kasih atas dukungan dan doa untuk tim Gamaforce UGM. Terus berkarya, jayalah UGM, jayalah Indonesia,” tuturnya. (Humas UGM/Ika)

sumber

Read More

Pesawat Tanpa Awak Ciptaan UGM Juara 3 Kejuaraan Internasional di Turki

Yogyakarta – Pesawat tanpa awak rakitan tim Gamaforce Universitas Gadjah Mada (UGM) meraih juara 3 di Unamenned Aerial Vehicle (UAV) Turkey Competition 2017. Kompetisi ini berlangsung di Turki pada 13-16 Juli 2017.

“Alhamdulillah setelah perjuangan panjang kami bisa mempersembahkan juara 3 dalam kontes internasional ini. Bangga bisa mengharumnkan UGM dan Indonesia di kancah internasional,” tutur Ketua umum Tim Gamaforce UGM, Rifyal Garda dalam keterangan tertulis yang diterima detikcom, Selala (18/7/2017).

Setidaknya ada 400 tim yang mengikuti kompetisi ini dari berbagai penjuru dunia. Tim Gamaforce merupakan satu-satunya tim dari Indonesia yang berhasil melenggang hingga tahap akhir yang berkesempatan menunjukkan kehandalan pesawat rakitannya secara langsung di Turki berkompetisi dengan 96 tim lainnya.

Pesawat tanpa awak buatan tim Gamaforce UGM ini diberi nama Rasayana. Dalam kontes ini, Rasayana bertanding dalam kategori fixed wing.

Pesawat Rasayana memiliki kemampuan jelajah yang luas hingga 100 kilometer dan mempunyai kekuatan terbang sampai 10 menit di udara. Terbang dengan kendali jarak jauh menggunakan remot kontrol. Dilengkapi pula dengan GPS dan mampu memberikan citra dari suatu matrik warna.

Dosen pembimbing Gamaforce Dr Gesang Nugroho mengatakan prestasi yang diperoleh tim Gamaforce UGM tidaklah datang dengan sendirinya. Capaian ini berhasil diraih dengan perjuangan, kerja keras, dan dukungan dari berbagai pihak.

“Terima kasih atas dukungan dan doa untuk tim Gamaforce UGM. Terus berkarya, jayalah UGM, jayalah Indonesia,” tutup Gesang.

sumber

Read More

Mahasiswa FMIPA Merintis Bisnis Pembuatan Drone

Mahasiswa UGM mengembangkan bisnis dalam bidang aeronutika. Usaha yang dirintis sejumlah mahasiswa Fakultas MIPA ini bergerak dalam pembuatan dan jasa pelatihan pengoperasian pesawat tanpa awak atau yang dikenal dengan drone.

Ikhsan Tanoto Mulyo, tim pengembang jasa pelatihan drone “The Doctor Drone”, menyampaikan pengembangan bisnis ini merupakan salah satu upaya untuk mendukung kemandirian dan kedaulatan kedirgantaraan Indonesia melalui pembuatan drone dalam negeri. Pasalnya, hingga saat ini sebagian besar drone yang digunakan masyarakat Indonesia dipenuhi dengan produk impor.

“Kebanyakan drone yang dipakai pengguna Indonesia merupakan produk impor. Oleh sebab itu, kami mengambil peran untuk membantu dalam manufaktur drone,” jelasnya, Kamis (22/6) di UGM.

Ikhsan bersama dengan keempat rekannya, yaitu Deva Agus P, Rizky Agung, Muhammad Fadhlullah, dan Selvi Faristasari tidak hanya bergerak dalam bidang usaha pembuatan drone lokal. Namun begitu, mereka juga menyediakan jasa pelatihan foto udara dan pembuatan drone.

Saat ini mereka memproduksi drone jenis quadcopter dalam dua tipe, yaitu drone basic dan drone pro yang dibanderol dengan harga antara Rp6 juta hingga Rp10 juta. Drone basic memiliki spesifikasi X330 alumunium, motor RC, timer 750kv, ESC 30 A hobbywing, FC naza lite, proppeler 4 cw ccw, dan remote 6ch. Sedangkan drone pro memiliki spesifikasi Rc timer 750kv, frame 450, propeller 1050, Fc naza dan GPS, ESC 30A hobbywing, camera action 1080, video sender TX/RX, serta remote jangkauan luas.

“ Saat ini  kami juga tengah mengembangkan drone jenis fixed wing,”tambahnya.

Ikhsan menyampaikan produk yang dikembangkan memiliki sejumlah keunggulan dibandingkan dengan produk sejenis di pasaran. Drone yang diproduksi mudah digunakan dan dari segi  pelayanannya Doctor Drone memiliki gagasan “One Stop Service”“One Stop Service” ini adalah pemberian garansi dan perawatan selamanya.

“Kami berusaha terus berinovasi dan  mengembangkan konsep drone dengan tingkat energi yang lebih tahan lama (solar cell multicopter),”urainya.

Produk drone yang dikembangkan lima mahasiswa muda ini sudah beredar di pasaran. Bagi Anda yang berminat dapat memesan secara online di tokopedia, bukalapak dan Fb: Doctor Drone. (Humas UGM/Ika)

sumber

Read More

TIKO, Mempermudah Siswa Belajar Matematika

Matematika dianggap sebagai pelajaran paling rumit dan sulit untuk dipahami bagi banyak siswa. Hal tersebut dikarenakan seringkali terdapat rumus yang dianggap cukup rumit bagi mereka.

Di sisi lain, pembelajaran matematika yang ada saat ini cenderung monoton dan kurang menarik bagi anak-anak sehingga daya ingat anak terhadap rumus yang diajarkan kurang maksimal. Sementara menurut penelitian, kemampuan dalam mengingat jauh lebih kuat jika bisa melibatkan banyak indera sehingga dapat memaksimalkan kinerja otak dalam mengingat suatu objek.

“Kenyataan itulah yang mendasari kami menciptakan solusi berupa produk mainan yang dapat membantu daya ingat anak untuk menghafal rumus-rumus matematika yang diberi nama Paman Tiko, Puzzle Mainan Matematika,” ujar Afiffah Nuur Mila Husniana, mahasiswa FMIPA, di Kampus UGM, Senin (19/7).

Bersama Hanif Hatta Mustofa, Yuda Saputra, Ramadhani Abdan Syakuro (Fakultas Teknik) dan Mifta Lutfiani (Fakultas MIPA), mereka mengembangkan produk Paman Tiko melalui ajang Program Kreativitas Mahasiswa di bidang Kewirausahaan (PKM-K). Media puzzle dipilih karena berdasarkan survei pra pelaksanaan, mainan ini masih cukup diminati di kalangan siswa, terutama anak-anak.

“Dengan menggunakan media yang disukai oleh anak-anak, sisipan materi dalam mainan tersebut akan lebih diterima oleh mereka. Selain itu, media puzzle memungkinkan Tim Paman Tiko untuk memberikan berbagai macam materi matematika sesuai dengan kebutuhan anak,” kata Affifah.

Paman Tiko, menurut Affifah, merupakan mainan yang memungkinkan anak-anak untuk belajar sembari bermain. Dalam pengembangannya, Paman Tiko mengedepankan konsep edukatif, kreatif, inovatif dan atraktif.

Sisi edukatif, dalam puzzle ini terdapat berbagai macam materi yang akan dicantumkan. Sementara itu, desain puzzle yang dipilih disesuaikan dengan gambar yang menarik dan memunculkan daya imajinasi anak.

“Diharapkan, Paman Tiko dapat mengoptimalkan kemampuan anak dalam mempelajari rumus matematika,”tutur Affifah. (Humas UGM/ Agung)

sumber

Read More

Kisah Pesawat Ashwincarra Menaklukan Langit Istanbul Turki

Pesawat tanpa awak Ashwincarra besutan tim Gamaforce UGM berhasil unjuk kebolehan mengarungi langit Istanbul Turki. Rasa bangga bukan hanya karena bisa memamerkan karya di negara lain, tetapi juga berhasil membawa kemenangan yang mengarumkan nama universitas dan Indonesia di mata dunia. Ashwincarra berhasil meraih juara 3 setelah sebelumnya berkompetisi dengan 345 tim lain dari berbagai negara di  dunia dan bersaing dengan 20 robot terbang tangguh lainnya pada final di Turki.

Namun, siapa sangka prestasi itu tidaklah diperoleh dengan mudah. Sebab, robot terbang rakitan mahasiswa UGM itu sempat mengalami kerusakan berat, tepatnya saat melalui perlombaan di ronde terbang ketiga. Ashwincarra sempat mengalami kesulitan landing  karena faktor cuaca yang tidak bersahabat.

“Sempat mengalami hard landing karena saat itu angin bertiup cukup kencang sehingga mengakibatkan sayap pesawat rusak,” jelas ketua tim Gamaforce, Ariefa Yusabih, saat konferensi pers dan demo terbang Ashwincarra di Lapangan Pancasila, lembah UGM, Kamis (25/9) .

Tidak hanya kerusakaan saat ronde tiga, gangguan kembali dialami tim Gamaforce saat menerbangkan Ashwincarra saat ronde keempat. Kala itu pesawat mengalami tabrakan di udara dengan pesawat tim lain. Tabrakan itu mengakibatkan kerusakan cukup fatal yang menyebabkan sayap dan badan pesawat hancur. Sementara mereka hanya diberi waktu selama dua jam untuk melakukan perbaikan pesawat serta harus melalui technical inspection ulang untuk memastikan komponen pesawat telah sesuai dengan standar yang ditetapkan juri baik secara fisik maupun komunikasinya.

“Jadi, dalam dua jam tim Gamaforce harus memasang ulang, memindahkan semua komponen elektronis pesawat ke badan pesawat cadangan, lalu memperbaiki sayap yang rusak. Kondisi tersebut benar-benar menguras tenaga dan pikiran tim agar bisa menyelesaikan perbaikan tepat waktu,” paparnya.

Dia mengungkapkan pada kompetisi itu setiap tim diwajibkan harus mengikuti minimal 5 ronde terbang. Tim Gamaforce berhasil menyelesaikan 5 ronde terbang setelah melampaui berbagai rintangan di dalamnya. Dalam babak final robot Ashwincarra terbang bersamaan dengan 9 pesawat tim lain. Setiap pesawat dituntut untuk berhasil mengikuti dan mengunci lawan sekaligus harus bisa menghindar dari kunci pesawat lainnya. Apabila pesawat yang diterbangkan dikunci pesawat lawan maka akan mendapatkan pengurangan poin dari juri.

“Tidak mudah untuk melakukan semua hal itu sekaligus, ditambah area terbang tidak terlalu luas sekitar 300×500 meter sehingga kemampuan pilot mengendalikan pesawat dan performa pesawat sangat menentukan, terutama saat melakukan manuver,” urainya.

Nyatanya hasil tidak  mengkhianti usaha. Kerja keras yang dilakukan tim Gamaforce berhasil membuahkan hasil manis. Ashwincarra yang merupakan satu-satunya perwakilan Indonesia akhirnya dinyatakan sebagai juara tiga dari kategori fixe wing pada  Teknofest Fighter Unmanned Aerial Vehicle (UAV) Competition yang berlangsung pada 10-14 September 2019 di Istanbul, Turki

Ashwincarra merupakan UAV tipe fixed wing dengan kemampuan manuver tinggi yang mampu lepas landas, mendarat, jelajah, kemudian mendeteksi, mengunci, dan mengikuti UAV lain baik secara manual dan mandiri menggunakan sistem kecerdasan buatan.  Dengan bobot 3,8 Kg pesawat ini memiliki kecepatan 150 Km/jam yang menjadikannya paling unggul dalam mengejar pesawat lawan maupun menghindar dari kemungkinan terkunci oleh pesawat lawan.

“Pesawat ini bisa terbang hingga 40 menit dengan jarak terbang hingga 500 meter,” jelasnya.

Pesawat dilengkapi dengan telemetry 433MHz 100mW, Modul GPS, dan sensor kamera 8 megapiksel. Selain itu juga First Person View (FPV) Camera dengan FOV 165° at 1080@60fps, Flight Controller Pixhawk , Electronic Speed Controller (ESC) 100A, Video Transmitter 5.8GHz, serta baterai litium 15Ah 14.8V 65C.

Ashwincarra dikembangkan oleh tim Gamafroce yang terdiri dari beberapa mahasiswa dari Fakultas Teknik, MIPA, serta Sekolah Vokasi. Mereka adalah Ariefa Yusabih (ketua), Fauni Ambarsari (manajer), Dwi Novarifanto (elektronis dan ground control station), Baskara (progamer), Eko Putra Wijaya (pilot), serta Ery Setiawan (mekanis). Pengembangan dilakukan dibawah bimbingan Dr. Andi Dharmawan, S.Si., M.Cs dan Dani Adhipta, S.Si., M.T. (Humas UGM/Ika; foto:Firsto)

 

sumber: https://ugm.ac.id/id/berita/18507-kisah-pesawat-ashwincarra-menaklukan-langit-istanbul-turki

Read More

Robot Terbang UGM Juarai Kompetisi UAV di Turki

Robot Ashwincarra UGM berhasil meraih juara 3 dalam Teknofest Fighter Unmanned Aerial Vehicle (UAV) Competition yang berlangsung pada 10-14 September 2019 di Istanbul, Turki

Ashwincarra adalah robot terbang unggulan karya tim Gadjah Mada Flying Object Research Center (Gamaforce). Ini merupakan pesawat UAV kategori fixed wing yang dikembangkan di bawah bimbingan Dr. Andi Dharmawan, S.Si., M.Cs dan Dani Adhipta, S.Si., M.T

Kasubdit Kreativitas Mahasiswa UGM, Suherman, Ph.D., mengapresiasi prestasi tim Gamaforce dalam kompetisi UAV di Turki. Tim dapat berlaga dengan maksimal dan menyelesaikan berbagai tantangan yang diberikan bahkan meraih juara yang mengharumkan nama UGM dan Indonesia di kancah dunia.

Pencapaian tersebut merupakan hasil dari kerja keras tim mahasiswa dan dukungan dosen pembimbing serta fakultas dan universitas.

“Kita bersyukur  karena capaian tahun ini lebih baik dari tahun lalu.  Tahun lalu UGM tidak masuk dalam 3 besar,  tahun ini kita peringkat 3,” jelasnya Jumat (20/9) di Kampus UGM.

Sebelum dinyatakan lolos untuk melaju dalam kompetisi di Turki, robot terbang Ashwincarra telah bersaing dalam rangkaian seleksi dengan 280 tim lain dari berbagai negara di dunia. Ashwincarra telah dikonfigurasi secara detail dan dilengkapi dengan teknologi artificial intelligence.(Humas UGM/Ika)

Sumber: https://ugm.ac.id/id/berita/18479-robot-terbang-ugm-juarai-kompetisi-uav-di-turki

Read More

Rasayana, Robot Terbang UGM Penakluk Langit Turki

Rasa panik menyelimuti tim Gamaforce UGM tatkala mengetahui salah satu komponen utama penyusun pesawat tanpa awak yang dirakit mengalami kerusakan yang tergolong berat. Padahal, dalam 48 jam kedepan pesawat tersebut harus segera berlaga dalam ajang Unamenned Aerial Vehicle (UAV) 2017 di Turkish Aircraft Industries Corporation (TUSAS) di Kahramankazan, Ankara, Turki.

Pesawat tanpa awak rakitan mahasiswa UGM yang diberi nama Rasayana saat itu akan bertanding dalam kompetisi pesawat tanpa awak internasional pada 13-16 Juli 2017. Rasayana berhasil lolos ke babak final setelah sebelumnya bersaing dengan 400 tim lain sehingga menjadi satu-satunya perwakilan Indonesia untuk beradu dengan 96 robot terbang tangguh lainnya di Turki.

“Sampai Turki tanggal 11, saat tiba di hotel dan bongkar muatan, baru kita tahu kalau odroid mini PC rusak saat perjalanan dalam pesawat ke Turki. Padahal, harus bertanding 2 hari berikutnya,” kata Ketua tim Gamaforce, Rifyal Garda Prabowo, kepada wartawan, Kamis (20/7) di Gedung Pusat UGM.

Ipal, sapaan akrab Rifyal Garda, mengungkapkan timnya berjuang keras dan memutar otak untuk mencari solusi persoalan tersebut. Bahkan, mengorbankan waktu tidak tidur agar pesawat ini bisa berhasil terbang dalam perlombaan. Sungguh situasi yang sangat menguras pikiran dan tenaga. Namun, perjuangan tersebut tidak sia-sia, akhirnya kerusakan bisa teratasi.

Hasil tidak pernah mengkhianati usaha. Pepatah tersebut tepat menggambarkan perjuangan yang dilakukan tim Gamaforce. Setelah melalui serangkaian proses yang panjang dan menemui berbagai rintangan, akhirnya Rasayana sukses menaklukan langit Turki. Pesawat ini dinobatkan sebagai juara tiga dalam kompetisi bergengsi ini.

“Menegangkan saat final perebutan juara 3. Ketika menerbangkan pesawat kami mengumandangkan lagu Indonesia Raya dan Hymne Gadjah Mada sebagai pemacu semangat meraih keberhasilan,” ujarnya.

Tim Gamaforce terdiri dari 9 mahasiswa yang berasal dari Fakultas Teknik dan FMIPA. Mereka adalah Umar Fadhil Ramadhjan, Ahmad Izudin, M. Syahrul Ramadhan R.W., Ardi Puspa Kartika, Rifyal Garda P., Riarsari Meirani U., Anindityo Agung B., Riswandha Latu D., serta Faricha Hidayati. Dibimbing oleh Dr. Gesang Nugroho, S.T., M.T., dan Aufaclav Zatu Kusuma Frisky, S.Si., M.Sc.

Ipal menyebutkan Rasayana memiliki spesifikasi panjang 1,2 meter, bentang sayap 2 meter dan bobot 3 kg. Dibuat dari material komposit sehingga kokoh dan kuat saat terbang. Meskipun kala itu berlomba dalam kondisi angin kencang, pesawat ini dapat terbang menyelesaikan misi.

“Saat itu angin cukup kencang dengan kecepatan 13 knots,”ungkapnya.

Pesawat ini juga memiliki keunggulan mampu terbang rendah dengan kecepatan rendah. Terbang dalam ketinggian 40 meter dan kecepatan 12 meter/detik dalam waktu 7-10 menit menyelesaikan misi. Pada kontes itu, pesawat tanpa awak ini dituntut dapat terbang rendah sekaligus dengan kecepatan rendah menbaca citra dalam suatu matrik di arena perlombaan.

“Sebenarnya pesawat ini mampu terbang hingga 100 kilometer dan kuat terbang selama 100 menit. Hanya saja di kompetisi ini pesawat harus terbang rendah dengan kecepatan rendah agar bisa membaca warna dari matrik di bawahnya,” urainya.

Dosen pembimbing tim Gamaforce, Dr. Gesang Nugroho, S.T., M.T., menuturkan prestasi yang diraih membuktikan bahwa UGM memiliki kemampuan yang sejajar dengan negara-negara maju lainnya. Teknologi yang dikembangkan mampu bersaing dengan negara lainnya.

Dia berharap kedepan pemerintah memberikan dukungan dalam pengembangan pesawat ini. Dengan begitu, pesawat tanpa awak ini dapat segera diaplikasikan untuk pemetaan dan foto udara serta monitoring suatu kawasan. (Humas UGM/Ika; foto:Firsto)

sumber

Read More

UGM Juara 3 Kompetisi Pesawat Tanpa Awak Internasional di Turki

Pesawat tanpa awak UGM sukses berlaga dalam ajang Unamenned Aerial Vehicle (UAV) Turkey Competition  2017 yang diselenggaarakan di Turkish Aircraft Industries Corporation (TUSAS) Kahramankazan, Ankara, Turki. Pesawat rakitan tim Gamaforce UGM berhasil menyabet juara tiga dalam kompetisi pesawat tanpa awak tersebut.

Kompetisi yang diadakan pada 13-16 Juli tersebut merupakan kontes pesawat tanpa awak yang diikuti oleh tim-tim tangguh dari berbagai negara di dunia. Setidaknya ada 400 tim yang mengikuti kompetisi ini dari berbagai penjuru dunia. Tim Gamaforce merupakan satu-satunya tim dari Indonesia yang sukses melenggang hingga tahap akhir dan berkesempatan menunjukkan keandalan pesawat rakitannya secara langsung di Turki berkompetisi dengan 96 tim lainnya.

Pesawat tanpa awak buatan tim Gamaforce UGM ini diberi nama Rasayana. Dalam kontes ini, Rasayana bertanding dalam kategori fixed wing.

“Alhamdulillah setelah perjuangan panjang kami bisa mempersembahkan juara 3 dalam kontes robot internasional ini. Bangga bisa mengharumkan UGM dan Indonesia di kancah internasional,” tutur Ketua umum Tim Gamaforce UGM, Rifyal Garda, saat dihubungi, Selasa (18/7) baru saja mendarat di Jakarta.

Pesawat Rasayana memiliki kemampuan jelajah yang luas hingga 100 kilometer dan mempunyai kekuatan terbang sampai 10 menit di udara. Terbang dengan kendali jarak jauh menggunakan remot kontrol. Dilengkapi pula dengan GPS dan mampu memberikan citra dari suatu matrik warna.

Dosen pembimbing Gamaforce, Dr. Gesang Nugroho, mengatakan bahwa prestasi yang diperoleh tim Gamaforce UGM tidaklah datang dengan sendirinya. Capaian ini berhasil diraih dengan perjuangan, kerja keras, dan dukungan dari berbagai pihak.

“Terima kasih atas dukungan dan doa untuk tim Gamaforce UGM. Terus berkarya, jayalah UGM, jayalah Indonesia,” tuturnya. (Humas UGM/Ika)

sumber

Read More

Pesawat Tanpa Awak Ciptaan UGM Juara 3 Kejuaraan Internasional di Turki

Yogyakarta – Pesawat tanpa awak rakitan tim Gamaforce Universitas Gadjah Mada (UGM) meraih juara 3 di Unamenned Aerial Vehicle (UAV) Turkey Competition 2017. Kompetisi ini berlangsung di Turki pada 13-16 Juli 2017.

“Alhamdulillah setelah perjuangan panjang kami bisa mempersembahkan juara 3 dalam kontes internasional ini. Bangga bisa mengharumnkan UGM dan Indonesia di kancah internasional,” tutur Ketua umum Tim Gamaforce UGM, Rifyal Garda dalam keterangan tertulis yang diterima detikcom, Selala (18/7/2017).

Setidaknya ada 400 tim yang mengikuti kompetisi ini dari berbagai penjuru dunia. Tim Gamaforce merupakan satu-satunya tim dari Indonesia yang berhasil melenggang hingga tahap akhir yang berkesempatan menunjukkan kehandalan pesawat rakitannya secara langsung di Turki berkompetisi dengan 96 tim lainnya.

Pesawat tanpa awak buatan tim Gamaforce UGM ini diberi nama Rasayana. Dalam kontes ini, Rasayana bertanding dalam kategori fixed wing.

Pesawat Rasayana memiliki kemampuan jelajah yang luas hingga 100 kilometer dan mempunyai kekuatan terbang sampai 10 menit di udara. Terbang dengan kendali jarak jauh menggunakan remot kontrol. Dilengkapi pula dengan GPS dan mampu memberikan citra dari suatu matrik warna.

Dosen pembimbing Gamaforce Dr Gesang Nugroho mengatakan prestasi yang diperoleh tim Gamaforce UGM tidaklah datang dengan sendirinya. Capaian ini berhasil diraih dengan perjuangan, kerja keras, dan dukungan dari berbagai pihak.

“Terima kasih atas dukungan dan doa untuk tim Gamaforce UGM. Terus berkarya, jayalah UGM, jayalah Indonesia,” tutup Gesang.

sumber

Read More

Mahasiswa FMIPA Merintis Bisnis Pembuatan Drone

Mahasiswa UGM mengembangkan bisnis dalam bidang aeronutika. Usaha yang dirintis sejumlah mahasiswa Fakultas MIPA ini bergerak dalam pembuatan dan jasa pelatihan pengoperasian pesawat tanpa awak atau yang dikenal dengan drone.

Ikhsan Tanoto Mulyo, tim pengembang jasa pelatihan drone “The Doctor Drone”, menyampaikan pengembangan bisnis ini merupakan salah satu upaya untuk mendukung kemandirian dan kedaulatan kedirgantaraan Indonesia melalui pembuatan drone dalam negeri. Pasalnya, hingga saat ini sebagian besar drone yang digunakan masyarakat Indonesia dipenuhi dengan produk impor.

“Kebanyakan drone yang dipakai pengguna Indonesia merupakan produk impor. Oleh sebab itu, kami mengambil peran untuk membantu dalam manufaktur drone,” jelasnya, Kamis (22/6) di UGM.

Ikhsan bersama dengan keempat rekannya, yaitu Deva Agus P, Rizky Agung, Muhammad Fadhlullah, dan Selvi Faristasari tidak hanya bergerak dalam bidang usaha pembuatan drone lokal. Namun begitu, mereka juga menyediakan jasa pelatihan foto udara dan pembuatan drone.

Saat ini mereka memproduksi drone jenis quadcopter dalam dua tipe, yaitu drone basic dan drone pro yang dibanderol dengan harga antara Rp6 juta hingga Rp10 juta. Drone basic memiliki spesifikasi X330 alumunium, motor RC, timer 750kv, ESC 30 A hobbywing, FC naza lite, proppeler 4 cw ccw, dan remote 6ch. Sedangkan drone pro memiliki spesifikasi Rc timer 750kv, frame 450, propeller 1050, Fc naza dan GPS, ESC 30A hobbywing, camera action 1080, video sender TX/RX, serta remote jangkauan luas.

“ Saat ini  kami juga tengah mengembangkan drone jenis fixed wing,”tambahnya.

Ikhsan menyampaikan produk yang dikembangkan memiliki sejumlah keunggulan dibandingkan dengan produk sejenis di pasaran. Drone yang diproduksi mudah digunakan dan dari segi  pelayanannya Doctor Drone memiliki gagasan “One Stop Service”“One Stop Service” ini adalah pemberian garansi dan perawatan selamanya.

“Kami berusaha terus berinovasi dan  mengembangkan konsep drone dengan tingkat energi yang lebih tahan lama (solar cell multicopter),”urainya.

Produk drone yang dikembangkan lima mahasiswa muda ini sudah beredar di pasaran. Bagi Anda yang berminat dapat memesan secara online di tokopedia, bukalapak dan Fb: Doctor Drone. (Humas UGM/Ika)

sumber

Read More

TIKO, Mempermudah Siswa Belajar Matematika

Matematika dianggap sebagai pelajaran paling rumit dan sulit untuk dipahami bagi banyak siswa. Hal tersebut dikarenakan seringkali terdapat rumus yang dianggap cukup rumit bagi mereka.

Di sisi lain, pembelajaran matematika yang ada saat ini cenderung monoton dan kurang menarik bagi anak-anak sehingga daya ingat anak terhadap rumus yang diajarkan kurang maksimal. Sementara menurut penelitian, kemampuan dalam mengingat jauh lebih kuat jika bisa melibatkan banyak indera sehingga dapat memaksimalkan kinerja otak dalam mengingat suatu objek.

“Kenyataan itulah yang mendasari kami menciptakan solusi berupa produk mainan yang dapat membantu daya ingat anak untuk menghafal rumus-rumus matematika yang diberi nama Paman Tiko, Puzzle Mainan Matematika,” ujar Afiffah Nuur Mila Husniana, mahasiswa FMIPA, di Kampus UGM, Senin (19/7).

Bersama Hanif Hatta Mustofa, Yuda Saputra, Ramadhani Abdan Syakuro (Fakultas Teknik) dan Mifta Lutfiani (Fakultas MIPA), mereka mengembangkan produk Paman Tiko melalui ajang Program Kreativitas Mahasiswa di bidang Kewirausahaan (PKM-K). Media puzzle dipilih karena berdasarkan survei pra pelaksanaan, mainan ini masih cukup diminati di kalangan siswa, terutama anak-anak.

“Dengan menggunakan media yang disukai oleh anak-anak, sisipan materi dalam mainan tersebut akan lebih diterima oleh mereka. Selain itu, media puzzle memungkinkan Tim Paman Tiko untuk memberikan berbagai macam materi matematika sesuai dengan kebutuhan anak,” kata Affifah.

Paman Tiko, menurut Affifah, merupakan mainan yang memungkinkan anak-anak untuk belajar sembari bermain. Dalam pengembangannya, Paman Tiko mengedepankan konsep edukatif, kreatif, inovatif dan atraktif.

Sisi edukatif, dalam puzzle ini terdapat berbagai macam materi yang akan dicantumkan. Sementara itu, desain puzzle yang dipilih disesuaikan dengan gambar yang menarik dan memunculkan daya imajinasi anak.

“Diharapkan, Paman Tiko dapat mengoptimalkan kemampuan anak dalam mempelajari rumus matematika,”tutur Affifah. (Humas UGM/ Agung)

sumber

Read More
Translate